STAD mengingkatkan hasil belajar siswa, proses belajar mengajar yang berkualitas dikelas berperan penting untuk belajar siswa. Guru yang kreatif dan inovatif akan melaksanakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan atau model pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik siswa, materi dan media yang tersedia sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Rendahnya keaktifan dan hasil belajar siswa tidak lepas dari kelemahan guru sehingga siswa sulit memahami konsep konsep dalam pembelajaran. pada pembelajaran matematika, pendidikan kita masih di dominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal.
Kelas masih terfokus pada guru sumber utama pengetahuan. Sebagai guru melaksanakan proses belajar mengajar hanya untuk mentransfer pengalamannya kepada siswa, hal tersebut terlihat masih banyak guru yang mengggunakan metode ceramah. Pada kenyataanya metode ceramah hanya guru yang berperan aktiv dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa cepat tanggap namun cepat pula lupa yang mengakibatkan timbulnya rasa bosan dan kurang semangat belajar. Harapanya guru dapat berinovasi dengan pembelajaran yang aktiv dan pembelajaran yang bermakna maka siswa dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal. Melihat harapan yang diinginkan oleh guru dan kenyataan yang terjadi belum memuaskan pada siswa kelas 1 SD Negri Bandungrejo. Maka pembelajaran matematika diperbaiki dalam pembelajaran operasi hitung bilangan cacah terutama materi penjumlahan dan pengurangan.
Usaha yang di lakukan dengan memilih pendekatan STAD (Student Team Achievment Division) dikembangkan olehh Robert Slavin dkk. Di Universitas John Hopkin dan merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang menekankan pada aktivitas dan interaksi antara siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam memahamisuatu materi pelajaran. Menurut Slavin (Dian: 2011) pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki 5 komponen utama yaitu (a) Bahan pembelajaraan yang disajikan oleh guru baik secara langsung ataupun melalui pembelajaran (b) anggota kelompok terdiri 4-5 orang yang heterogen segi pencumpilan akademik, kelamin dan etnis. (c) dilakukan tes individu setelah beberapa kali siswa mengerjakan latihan. (d) dilakukan penilaian terhadap nilai kemajuan individu. (e) diberi pengakuan terhadap tim berdasarkan kemajuan anggota kelompok. (1) Tahap penyajian materi melalui metode ceramah, demontrasi, eksporitori, atau membahas buku matematika. Dalam tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus dan motivasirasa ingin tahu siswa tentang konsep yang akan dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan apa yang telah dimiliki dengan yang di sampaikan guru. (2) Tahap kegiatan kelompok Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang di pelajari guna kerja kelompok. Guru menginformasikan bahwa LKS harus benar benar dipahami bukan sekedar di isi dan di serahkan pada guru. Dalam hal ini apabila diantara anggota kelompok ada yang belum memahami maka teman sekelompoknya wajib memberi penjelasan kembali karena guru sekedar menjadi fasilitator yang memonitor kegiatan setiap kelompok. (3) Tahap tes individu, Tes individu atau hasil belajar ini digunakan setelah kegiatan kelompok usai dan di kerjakan secara individu. Tes ini bertujuan supaya siswa dapat menunjukan apa yang mereka pahami saat kegiatan kelompok berlangsung dan di sumbangkan sebagai nilai kelompok. (4) Tahap penghitungan nilai/Perkembangan individuLangkah-langkah :(a) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain) (b) Guru menyajikan pelajaran .(c) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk di kerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok mengerti. (d) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. (5) Memberi evaluasi (6) Kesimpulan.
Pendekatan STAD (Student Team Achievement Division) ternyata dapat menjadi alternatif pilihan sebagai inovasi pembelajaran yang menyenangkan dan tidak monoton memungkinkan interaksi antar seluruh siswa dan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika dalam operasi hitung bilangan cacah terutama materi penjumlahan dan pengurangan. Ditandai dengan meningkatnya pemahaman siswa dalam hasil belajarnya.
Tri Utami, S.Pd
Guru SD Negri Bandungrejo