Dalam sistem pengajaran diperlukan model dan juga metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan peserta didik. Seringkali dalam mengajar selalu menggunakan model ataupun metode lebih dari satu dalam kegiatan belajar pembelajaran, ini dimaksudkan untuk menutupi atau mengatasi kekurangan dalam metode ataupun model yang dipakai.
Banyak orang yang menganggap matematika adalah salah satu pelajaran yang paling sulit dan membosankan, ketidaksenangan siswa untuk mendalami pelajaran matematika tentu menjadi masalah maupun kendala dalam proses belajar mengajar, khususnya bagi guru matematika sendiri. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri bahwa matematika menjadi mata pelajaran yang paling tidak disukai oleh para siswa. Kebanyakan siswa menganggap matematika adalah suatu hal yang sulit karena melibatkan angka-angka, dan memiliki segudang rumus yang dianggap rumit oleh para siswa.
Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai.
Untuk mendukung pembelajaran tersebut penulis melakukan observasi di SDN Brondong Kec. Bruno Kab. Purworejo untuk melihat permasalahan yang terjadi di kelas IV. Diketahui bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan cenderung pada pencapaian target materi kurikulum yang lebih mementingkan pada penghapalan konsep daripada pemahamannya. Hal ini dapat dilihat pada kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas yang lebih berpusat pada guru. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa pada muatan pembelajaran matematika Bilangan Pecahan adalah 66,5 sedangkan KKM yang digunakan 70.
Dari permasalahan yang terjadi di atas, maka perlu upaya perbaikan dan inovasi dalam proses pembelajaran. Menurut Newman dan Artzt (1990:448) (dalam Usman H.B,2004:133) Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) adalah sebuah pendekatan yang melibatkan sebuah grup kecil dari pembelajar yang bekerja bersama-sama sebagai sebuah tim untuk memecahkan sebuah masalah, melengkapi sebuah tugas, atau mencapai tujuan umum.
Dan disini penulis memilih model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dinilai merupakan cara yang efektif digunakan dalam mengajar matematika materi bilangan pecahan untuk siswa kelas IV. Di dalam materi ini terdapat unit tugas yang hanya memiliki satu jawaban yang tepat dan merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Ini diterapkan dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang yang bersifat heterogen, guru yang menggunakan pembelajaran tipe STAD mengacu kepada belajar kelompok yang menyajikan informasi akademik baru kepada siswa menggunakan presentasi verbal atau teks.
Komponen yang terdapat dalam pembelajaran ini ada enam langkah yaitu tahap orientasi/penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi,, pembagian kelompok, kegiatan belajar dalam tim, kuis (evaluasi), penghargaan prestasi atas keberhasilan kelompok. Dengan demikian, model pembelajaran ini sangat cocok untuk mata pelajaran matematika yang melibatkan anggota dalam memecahkan masalah yang dihadapi, dan yang paling utama adalah dapat meningkatkan hasil belajar dan kerja sama siswa.
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dapat terlibat aktif dalam mencari dan menemukan sendiri konsep volume kubus dan balok. Selain itu juga meningkatkan hasil belajar siswa pada muatan pembelajaran matematika di SD. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya rata-rata nilai siswa SDN Brondong Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo pada mata pelajaran matematika kelas IV, materi bilangan pecahan yang semula hanya 66,5 menjadi 74,5. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya untuk belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas kelompoknya yang menjadikan kerja kelompok optimal.
Â
Oleh : Maria Dwioktavia, S.Pd.SD
Guru SDN Brondong, Kec. Bruno, Kab. Purworejo