Bahasa Jawa ialah mata pelajaran muatan lokal di provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan D.I. Yogyakarta. Bahasa Jawa sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal wajib dari tingkat SD sampai dengan SMA. Seperti yang tercantum dalam Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 55 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa Bahasa Jawa adalah bahasa yang dipakai secara turun temurun oleh masyarakat di daerah atau penutur lainnya, sebagai sarana komunikasi dan ekspresi budaya. Maka dari itu, muatan lokal Bahasa Jawa menjadi bagian dari siswa karena dipakai secara turun temurun dan sebagai sarana komunikasi sehari-hari di lingkungan masyarakat. Sehingga seharusnya siswa lebih semangat dan lebih mudah mempelajari materi Bahasa Jawa ini.
Namun, siswa di kelas VI SDN Beji, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara masih menganggap bahwa mata pelajaran Bahasa Jawa itu sulit dan susah untuk dipahami. Seringkali terdapat siswa yang duduk di deretan bangku belakang tidak memperhatikan guru dan berbicara sendiri. Dari permasalahan tersebut, dapat diketahui bahwa siswa kelas VI kurang bergairah dalam mengikuti pembelajaran bahasa jawa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) gairah adalah keinginan yang kuat. Dalam hal ini keinginan siswa untuk belajar bahasa jawa masih kurang. Oleh karena itu, agar tujuan mata pelajaran Bahasa Jawa dapat tercapai, perlu adanya pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Rusman (2010: 326) yang mengatakan bahwa pembelajaran yang menyenangkan adalah proses pembelajaran tanpa ada paksaan atau perasaan tertekan sehingga hubungan guru dan siswa terdapat ikatan yang kuat.
           Pembelajaran yang menyenangkan dapat dilaksanakan dengan model pembelajaran, salah satunya adalah model pembelajaran talking stick. Menurut Widodo (2009) model pembelajaran talking stick merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian, secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya secara bergiliran. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan.
           Penerapan model pembelajaran talking stick pada mata pelajaran Bahasa Jawa di SDN Beji, Banjarmangu, Banjarnegara dilaksanakan secara berurutan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan tongkat (stick) dan menyiapkan music; 2) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 hingga 6 siswa; 3) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari dan menyiapkan pertanyaan sesuai materi; 4) Setelah guru selesai menyampaikan materi, lalu mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa dengan iringan musik; 5) Saat musik berhenti maka siswa yang memegang tongkat harus menjawab pertanyaan dari guru. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru; 6) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari; 7) Guru memberikan evaluasi atau penilaian.
           Penggunaan model talking stick dapat memberikan perubahan pada siswa kelas VI SDN Beji. Siswa terlihat antusias, lebih bersemangat, lebih gembira, percaya diri dan aktif saat mengikuti pembelajaran. Perhatian siswa selama guru menjelaskan juga cenderung membaik. Siswa terlihat fokus dan mendengarkan penjelasan guru, termasuk siswa yang duduk di bangku belakang terlihat lebih memperhatikan ke arah depan. Mereka juga antusias dengan kegiatan dalam proses pembelajaran Bahasa Jawa ini, siswa cenderung memperhatikan guru dan tidak berbicara sendiri. Hal tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran talking stick dapat menumbuhkan gairah belajar siswa, hal ini ditandai dengan meningkatnya minat dan partisipasi siswa dalam pembelajaran khususnya pada pelajaran Bahasa Jawa.
Oleh:
Mulyanti, S.Pd.SD
SDN Beji, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara