Tangram Tingkatkan Pemahaman Matematika

Zulaikhah, S.Pd.SD SD Negeri 1 Bruno, Bruno, Purworejo
Zulaikhah, S.Pd.SD SD Negeri 1 Bruno, Bruno, Purworejo

Anak adalah titipan Tuhan bagi orang tuanya yang harus dijga dan dididik agar menjadi anak yang membanggakan, baik bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat juga bangsa dan negara. Oleh karena itu, sebagai orang tua dituntut untuk lebih peka dan perhatian kepada putra putrinya. Salah satunya dengan memberikan fasilitas agar anak dapat berkembang dan belajar, serta memasukkan anak ke sekolah dengan kualitas baik. Meskipun demikian, di masyarakat munculah pelabelan terhadap anak. Jika nilai matematikanya baik, dapat dikatakan anak itu pandai, sebaliknya jika nilai matematika buruk, maka anak tersebut dikatakan bodoh.

Menurut seorang pakar pakar pendidikan dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, Thomas Armstrong, mengungkapkan tidak ada anak yang bodoh. Setiap anak memiliki jenis kecerdasan masing-masing.

Dr Howard Gardner, profesor bidang pendidikan di Harvard University, Amerika Serikat, mengemukakan sebuah teori yang diberi nama Teori Kecerdasan Majemuk. Howard membaginya menjadi 8 jenis, yaitu pertama, Word smart (kecerdasan linguistik), jenis kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan anak dalam berbahasa, baik dalam bentuk tulisan maupun saat berbicara. Kedua, Number smart (kecerdasan logika atau matematis). Kecerdasan ini bisa ditandai ketika anak tertarik dengan angka-angka, menyukai matematika, dan hal-hal yang berbau sains, maupun yang berhubungan dengan logika. Ketiga, Self smart (kecerdasanintrapersonal), ditandai dengan anak cenderung lebih suka bermain sendiri. Keempat, People smart (kecerdasan interpersonal), cirinya anak lebih suka bermain dengan banyak orang. Kelima, Music smart (kecerdasan musikal), cirinya anak suka bernyanyi, menggoyangkan badan atau berjoget ketika mendengar suara musik, suka mendengarkan musik, mengingat lagu, suka memukul-mukul seperti bermain drum, dan main piano. Keenam, Picture smart (kecerdasan spasial), anak yang memiliki kecerdasan ini biasanya terlihat dari kesukaannya menggambar, mencorat-coret kertas, mewarnai, suka berimajinasi, hingga suka bermain-main membangun sesuatu menggunaan balok. Ketujuh, Body Smart (kecerdasan kinetik), anak yang memiliki kecerdasan kinetik umumnya sangat aktif, seperti suka berolahraga, menari, menyentuh berbagai benda dan mempelajarinya, atau membuat sesuatu dengan tangannya. Kedelapan, Nature smart (kecerdasan naturalis), anak-anak sangat suka bermain di alam, menyukai binatang, memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan suka dengan tanaman.

Baca juga:  Metode Tanya Jawab pada Pembelajaran Urutan Perundang-undangan

Dapat disimpulkan setiap anak mempunyai kecenderungan dan kecerdasan sendiri-sendiri, sehingga tugas orang tua serta guru di sekolah untuk mengarahkan dan membantu mengembangkannya.


Salah satu cara untuk mengembangkan kecerdasan spasial anak TK atau SD adalah dengan bermain tangram. Mengapa harus bermain? Karena masa anak-anak identik dengan masa bermain. Dengan bermain, anak tersebut tidak sadar bahwa mereka sedang belajar dan juga tidak akan merasa bosan. Tangram dikembangkan pertama kali di negeri Cina. Tangram artinya tujuh papan keterampilan, yaitu tujuh keping bangun datar terdiri dari berbagai jenis segitiga, jajar genjang, persegi, dan belah ketupat untuk membentuk pola tertentu.
Bermain Tangram dapat dilakukan secara sendiri, berpasangan, dan kelompok. Jika sendiri, anak dapat menyusun tujuh kepingan tangram sesuai bentuk pola yang diinginkan. Jika berpasangan, anak dapat bergantian tugas satu menjadi pemberi soal bentuk yang diinginkan sedangkan satu lagi sebagai penyusunnya. Secara kelompok dapat dibuat perlombaan. Satu anak sebagai pemberi soal dan penghitung waktu, sedangkan yang lain sebagai penyusunnya. Untuk tugas per anak dapat dilakukan secara undian. Agar lebih menarik dan menyenangkan, anak dengan waktu paling lama menyusun diberi hukuman berdasarkan kesepakatan bersama yang telah ditentukan di awal permainan serta bersifat mendidik dan tidak membahayakan.

Baca juga:  Guru Mulia karena Karyanya

Dengan bermain tangram, diharapkan anak yang tidak suka matematika jadi suka karena merasa matematika itu mudah dan menyenangkan. Anak lebih paham tentang bangun datar dan dapat melatih kreativitas anak dengan menyusun kepingan tangram dalam berbagai bentuk.

Zulaikhah, S.Pd.SD
SD Negeri 1 Bruno, Bruno, Purworejo