Teknik Display, Tingkatkan Pemahaman Konsep Alat Optik

F. Lastri Siwi, S.Pd. Guru IPA SMP Negeri 1 Tembarak, Temanggung-Jawa Tengah
F. Lastri Siwi, S.Pd. Guru IPA SMP Negeri 1 Tembarak, Temanggung-Jawa Tengah

JATENGPOS.CO.ID, – Sebuah pernyataan yang patut menjadi permenungan bagi kita para guru adalah seperti apa yang diungkapkan oleh Andi Wira Gunawan dalam buku “Genius Learning Strategy”. Sesungguhnya tidak ada mata pelajaran yang membosankan dan bikin kantuk. Yang ada hanyalah guru yang membosankan, dan juga suasana belajar yang membosankan. Hal ini terjadi karena proses pembelajaran berlangsung secara monoton dan tidak ada variasi. Proses pembelajaran hanya merupakan proses penyampaian informasi satu arah, siswa terkesan pasif menerima materi pelajaran. Beranjak dari hal tersebut, sudah saatnya guru untuk merubah paradigma pembelajarannya yang masih bersifat teacher-centred menjadi stundent-centred dan menyenangkan.

Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan, model serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani (2015: 23), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif.

Baca juga:  Gugah Permainan Tradisional TanamkanNilai-Nilai PPK

Menurut Slavin (2008: 37) bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang menekankan belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siwa untuk lebih bersemangat dalam belajar. Dalam proses pembelajaran ini akan terjadi interaksi antara siswa dan saling memberi dan saling membantu yang akhirnya dapat menguasai semua materi pembelajaran. Oleh karenanya, kelompok kooperatif harus dibuat benar-benar heterogen baik kemampuan maupun aspek lainnya.

Pada pembelajaran IPA khususnya pengetahuan deklaratif misalnya materi alat optik, siswa dikenalkan dengan berbagai alat optik diantaranya mata dan kacamata, lup, mikroskop, teleskop serta episkop. Mengingat materi ini sebagian besar hanya bersifat informatif, maka siswa akan merasa bosan jika tidak dipersiapkan dengan baik. Dari pengalaman penulis, ada satu model pembelajaran yang sederhana tetapi siswa akan merasa senang dan terlibat di dalamnya yaitu dengan model pembelajaran kooperatif yang divariasi dengan teknik display. Menurut KBBI (Depdikbud, 1988) bahwa display artinya memperlihatkan, mempertontonkan atau mempertunjukkan. Teknik display artinya menyampaikan informasi atau pesan secara visual dengan cara dipajang sehingga menarik dan komunikatif (mudah dimengerti).


Baca juga:  Bahaya Gadget Bagi Anak SD

Dalam pembelajaran kooperatif dengan teknik display, awalnya siswa diberi tugas untuk mencari berbagai informasi berkaitan dengan alat optik itu. Misalnya saja alat optik mikroskop, maka siswa akan mencari berbagai informasi tentang mikroskop menggunakan berbagai sumber belajar yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Dengan bantuan sumber belajar itu, siswa akan menemukan berbagai informasi penting diantaranya siapa yang pertama kali menemukan, berapa jumlah lensanya, jenis lensa, bagian-bagian mikroskop, cara menggunakannya dan lain sebagainya. Informasi yang diperoleh siswa lewat tugas kelompok kemudian dituliskan pada selembar kertas kemudian di display. Setiap kelompok akan memasang informasi itu, dan tentu saja akan berbeda satu kelompok dengan kelompok yang lain.

Baca juga:  Selamat Berjuang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Setelah di display, maka tugas kelompok selanjutnya adalah mengkomunikasikan berbagai informasi yang telah diketemukan. Berbagai ragam informasi penting itu kemudian dirangkum dan disimpulkan sebagai materi alat optik itu. Dengan teknik ini ternyata mampu memikat siswa dalam belajar dan menjadikan siswa antusias mengikuti pembelajaran. Menurut Meier (2012: 56), bahwa kegembiraan bukan berarti menciptakan suasana ribut atau hura-hura. Kegembiraan berarti bangkitnya motivasi, adanya keterlibatan penuh dan terciptanya pemahaman yang membahagiakan pada diri si pembelajar.  Berarti pembelajaran dengan teknik ini juga menjadikan kemampuan siswa terasah setelah selesai pembelajaran sehingga pemahaman konsep akan materi yang telah dipelajari akan semakin mantap.(*)

Lastri Siwi, S.Pd.

Guru IPA SMP Negeri 1 Tembarak, Temanggung-Jawa Tengah