JATENGPOS.CO.ID, – Pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi dasar utama bukan saja bagi bahasaitu sendiri, tapi juga bagi mata pelajaran yang lain. Dengan kemampuan berbahasa, siswa akan memperoleh pengetahuan yang bermanfaat bagi perkembangan daya nalar, sosial dan emosionalnya.
Pembelajaran keterampilan bahasa Indonesia menuntut ketercapaian keterampilan berbahasa yang mencakup aspek mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis, serta terintegrasi di dalamnya apresiasi sastra.
Para siswa hanya diberi tugas-tugas menghafal teks atau tugas lain yang tidak pernah pula dikenal siswa model berbicara yang benar dalam konteks tugas tersebut. Hal ini menyebabkan masih rendahnya keterampilan berbicara siswa. Di sini guru harus punya model pembelajaran yang berupaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara yaitu melalui inovasi pembelajaran kooperatif model TGT.
Pembelajaran kooperatif model TGT kepanjangan dari Teams Games Tournament. TGT dimunculkan oleh Slavin pada tahun 1990 (Ibrahim, 2001:16). Sebagai pengganti tes dan sistem perbaikan skor individu, TGT menggunakan turnamen dari home team (tim rumah) dengan anggota-anggota tim lainnya dalam pengelompokan yang homogen yaitu siswa dengan kemampuan yang sebanding. Ada empat komponen utama dalam pembelajaran kooperatif model TGT yakni permainan, belajar tim, pertandingan, penghargaan tim.
Fase-fase pembelajaran kooperatif model TGT yaitu persiapan, melaksanakan presentasi kelas, diskusi dalam kelompok, pertandingan atau turnamen, pencatatan dan penjumlahan skor kelompok, kesimpulan dan penutup. Dalam fase persiapan ada tiga hal pokok yaitu : penjelasan guru, pembagian kelompok dan mewajibkan siswa untuk mengisi turnamen.
Fase presentasi kelas meliputi pendahuluan dan inti yang dapat berisi komponen presentasi bahan dan pelatihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran, sedangkan kegiatan tim dan kuis mencakup latihan bebas dan asesmen.
Fase pertandingan atau turnamen, kegiatan yang dilakukan sudah terfokus pada siswa yaitu kegiatan turnamen. Kegiatan turnamen meliputi memulai permainan dengan cara menentukan pemain/ pembaca pertama.selanjutnyaPembaca pertama memulai permainan tersebut dengan membaca soal pada kartu dengan suara keras lalu memberi jawaban sesuai dengan hasil diskusi. Jika dia tidak yakin dengan jawabannya maka dia diijinkan untuk menebak tanpa hukumanselanjutnyaSetelah pembaca pertama memberi jawaban,Jika pada ronde pertama pembaca maupun penantang sudah menjawab, pembaca pertama boleh melihat kartu lembar jawab.
Jika jawabannya benar, dia boleh memiliki kartu tersebut, tapi jika jawabannya salah, kartu diberikan pada penantang yang jawabannya benar untuk dicatat skornya. Jika tak seorangpun menjawab benar, kartu dikembalikan ke deck.Pada ronde berikutnya penantang pertama akan menjadi pembaca dan pembaca pertama menjadi penantang terakhir. Permainan akan berlanjut sampai tumpukan kartu habis atau waktu yang diberikan usai.
Saat game berakhir, para pemain mencatat skor kartu yang mereka menangkan pada lembar skor game pada kolom bertanda “Game 1”. Jika ada grup yang ingin bermain game kedua, permainan berjalan sampai waktu tercatat oleh guru dan jumlah kartu yang dimenangkan akan dicatat di bawah “Game 2” dalam lembar skor.
Setelah selesai kelompok memasukkan poin dalam ikhtisar tim, selanjutnya ikhtisar tim dikumpulkan dan guru memasukkan dalam tabel skor individu maupun kelompok untuk mengtahui skor individu, kelompok dan rata-rata kelas juga kedudukan antar tim. Setelah selesai menjumlah skor, lembar skor diserahkan guru. kemudian mengumumkan urutan skor dari masing-masing kelompok dilanjutkan penyerahan penghargaan
Dengan model TGT ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi guru dalam proses pembelajaran agar lebih menyenangkan. Bagi siswa dapat meningkatkan keterampilan berbicara dengan cara yang menyenangkan sehingga tidak merasa bosan. Bagi sekolah dapat meningkatkan kualitas pendidikan khususnya muatan Bahasa Indonesia.
Reni Kusnawati, S.Pd.SD
Guru SD Negeri 2 Purwasana
Punggelan, Banjarnegara