Diantara tugas guru dalam kegiatan pembelajaran adalah merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan, dan menilai hasil belajar. Menilai pencapaian hasil pembelajaran siswa merupakan tugas pokok seorang guru sebagai konsekwensi logis kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Penilaian (assessment) dimaksudkan untuk mengetahui dan mengambil keputusan tentang keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Penilaian (assessment) hasil belajar merupakan komponen penting dalam kegiatan pembelajaran. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya. Menurut Djemari Mardapi dalam (Eko, 2014:1) kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik (Eko, 2014:1). Belajar IPA bukan hanya sekedar menguasai kumpulan pengetahuan tentang fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip namun merupakan sebuah proses menemukan sesuatu sehingga siswa memperoleh hal baru atau pengalaman langsung serta pemahaman terkait alam secara alamiah. Pemberian pengalaman belajar langsung melalui pengembangan kompetensi, keterampilan proses, dan sikap ilmiah menjadi salah satu karakteristik proses pembelajaran IPA di SD. Berkaitan dengan hal tersebut, guru harus mampu mengembangkan pendekatan dan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mengembangkan berpikir logis dan kritis, serta belajar dalam kondisi yang menyenangkan.
Pada kenyataannya di lapangan, mata pelajaran IPA di SD masih banyak yang sulit dipahami dan memiliki kesan kurang menarik minat siswa. Hal tersebut dikarenakan metode pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran di sekolah yang berlangsung hanya berorientasi pada bahan-bahan pelajaran dan interaksi belajar mengajar yang berjalan secara satu arah. Fungsi dan peranan guru menjadi sangat dominan. Di lain pihak, siswa hanya menyimak dan mendengarkan informasi atau pengetahuan yang diberikan guru. Sehingga siswa cenderung pasif dan kurang berani untuk menyatakan gagasannya. Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA siswa kelas VI SDN 3 Kesenet ditemukan beberapa masalah diantaranya hasil belajar siswa masih rendah. Banyak siswa yang ramai pada saat pelajaran berlangsung. Sebagian siswa ada yang bermain, mencoret-coret buku, berbicara sendiri, dan mengganggu teman lain. Rendahnya perhatian tersebut dikarenakan rasa bosan saat menerima pembelajaran. Guru masih terbatas dalam menggunakan variasi model pembelajaran yang inovatif. Kegiatan belajar mengajar sebagian besar masih berpusat pada guru (teacher centered). Siswa kurang diberi kesempatan aktif dan berperan serta dalam kegaitaan pembelajaran.
Untuk memecah masalah tersebut, maka guru memilih salah satu model pembelajaran yang menarik perhatian siswa yaitu Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT). NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional (Trianto Ibnu Badar al-Tabany, 2015: 131). Terdapat empat fase sebagai langkah-langkah (sintaks) pembelajaran kooperatif tipe NHT. Empat fase tersebut adalah 1) penomoran, 2) mengajukan pertanyaan, 3) berpikir bersama,dan 4) menjawab. Pembelajaran kooperatif tpe NHT diawali dengan memberikan penomoran siswa yaitu guru membagi kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Setiap anggota kelompok diberikan nomor yang berbeda-beda. Selanjutnya langkah berikutnya adalah guru memberikan pertanyaan atau tugas yang harus dijawab oleh setiap kelompok. Lalu setiap kelompok tersebut melakukan curah pendapat atau diskusi memikirkan jawaban atau pertanyaan dari guru. Tahap berikutnya guru memanggil siswa yang dengan nomor yang sama dalam tiap-tiap kelompok untuk menjawab pertanyaan. Siswa yang terpanggil nomornya merupakan wakil dari kelompok yang diberi kesempatan untuk memberikan jawaban yang mempresentasikan hasil kerja kelompok. Untuk itu, kelompok harus dapat memastikan bahwa setiap anggota bisa menjawab dikarenakan nomor berarapaun bisa ditunjuk untuk menjawab pertanyaan dari guru. Hal tersebut terus dilakukan hingga semua siswa dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapatkan jatah giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Pembelajaran dengan model koperatif tipe NHT dikembangkan dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran. Model tersebut mengajak siswa terlibat aktif atau berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Dengan partisipasi aktif tersebut siswa bisa saling menggali pengetahuan satu dengan yang lainnya. Kerjasama siswa juga meningkat dikarenakan adanya kegiatan yang membuat siswa harus melakukan curah pendapat. Perhatian siswa terfokus pada pembelajaran dan materi yang dibahas karena siswa harus mengetahui semua jawaban yang dituangkan dalam kelompok tersebut untuk dijadikan jawaban ketika siswa mendapatkan giliran mewakili kelompok untuk menjawab pertanyaan. Pelaksanaan pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan pengetahuan dan pengalaman belajar baru bagi siswa. Peningkatan hasil belajar sejalan dengan aktivitas siswa terhadap pembelajaran. Adanya kenaikan aktivitas belajar siswa membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT sesuai untuk pelajaran IPA.
Oleh:
Veti Laelia, S. Pd
SD Negeri 3 Kesenet
Kec. Banjarmangu
Kab. Banjarnegara