Diskusi kelompok merupakan suatu cara belajar yang melibatkan kelompok-kelompok dimana dalam setiap anggota kelompok akan mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya masing-masing serta memperoleh berbagai pengalaman atau informasi guna pemecahan masalah.
Permasalahan yang dihadapi pada peserta didik kelas X.2 semester genap tahun pelajaran 2022/2023 SMA Negeri 3 Pemalang dikarenakan masih kurang terampil dalam bernalar kritis saat diskusi kelompok. Menurutnya, bernalar kritis itu sangat sulit, butuh waktu lama untuk berpikir agar bisa menemukan ide atau gagasan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, bahkan terkadang waktu yang ditetapkan masih kurang bagi mereka untuk berdiskusi. Selain itu, menimbulkan emosional yang tidak terkontrol. Dalam diskusi seringkali terjadi perbedaan pendapat, jika setiap siswa tidak dapat menyelesaikan masalah dan tetap mempertahankan masalah dan tetap mempertahankan pendapatnya masing-masing. Dalam kondisi seperti itu, peran guru sangat diperlukan. Guru memberikan bantuan atau arahan kepada peserta didik dalam mencari solusi yang tepat serta mengarahkan peserta didiknya agar melakukan kiat-kiat sebagai berikut. Pertama, banyak bertanya. Rasa ingin tahu merupakan salah satu kunci dan kiat utama untuk melatih keterampilan bernalar kritis, bisa dipraktikkan dengan bertanya kepada diri sendiri dan juga pada orang lain dengan berlatih menerapkan prinsip 5W+1H yaitu What, When, Where, Why, Who, dan How, termasuk mengumpulkan data, informasi, menginterpretasikan, serta mengevaluasinya. Kedua, mendengarkan secara aktif. Biasakan peserta didik supaya mendengarkan atau menyimak suatu permasalahan sampai tuntas, maksudnya adalah benar-benar mendengarkan ketika orang lain berbicara atau menyampaikan ide, kemudian meresponnya sesuai situasi dan topik yang sedang dibahas saat diskusi kelompok.Sebagai guru harus bisa mengatur jalannya diskusi kelompok dengan baik. Jika ada peserta didik yang tidak berani mengeluarkan pendapat, guru bisa bertanya langsung kepada mereka seperti, “Apa pendapatmu?”, “Menurutmu bagaimana?” dan pertanyaan lainnya yang dapat memancing mereka mengeluarkan ide atau gagasannya. Ketiga, mempertimbangkan segala kemungkinan yang terjadi. Hal ini dapat dilakukan manakala ingin mengambil keputusan, saat ingin melakukan sesuatu yang mungkin dapat memengaruhi orang lain, pertimbangkan hasilnya, baik atau tidak. Keempat, manajemen waktu. Merencanakan bagaimana mengelola waktu semaksimal mungkin. Kelima, komunikasi yang baik, merupakan proses bernalar kritis, berdiskusi berbagi ide dan informasi kepada orang lain akan menunjukkan sisi bernalar kritis peserta didik.
Guru menerapkan metode diskusi kelompok untuk mengelompokkan peserta didik secara arif dan proporsional. Pengelompokkan peserta didik didasarkan pada fasilitas yang tersedia, jenis kelamin, serta random atau undian. Pembagian kelompok juga dilakukan secara heterogeny agar terjadi dinamika kegiatan belajar yang lebih baik dan masing-masing kelompok tidak terkesan berat sebelah. Setiap kelompok terdiri atas 4 sampai 6 orang. Upaya ini dilakukan agar dapat mendorong peserta didik bernalar kritis, memupuk kemauan dan kemampuan bekerja sama antar sesama, mendorong mengeluarkan pendapatnya secara bebas, membiasakan peserta didik mendengarkan pendapat orang lain, serta dapat memahami materi lebih mendalam. Selanjutnya peserta didik melaksanakan kegiatan diskusi sesuai arahan guru.
Dengan memperhatikan dan menerapkan kiat-kiat yang disampaikan guru melalui kegiatan berdiskusi kelompok, akhirnya keterampilan bernalar kritis peserta didik kelas X.2 SMA Negeri 3 Pemalang meningkat dan hasilnya memuaskan. Sebagai pendidik merasa senang dan bangga karena pembelajaran diskusi kelompok yang dibimbingnya berjalan dengan baik.
Oleh: Sri Ani Purwani, S.Pd.
Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Pemalang