Menulis sebagai keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengemukakan gagasan – pikiran kepada orang atau pihak lain dengan media tulisan. Tujuan menulis menginformasikan , meyakinkan atau menghibur. Penguasaan bahasa tulis mutlak diperlukan dalam kehidupan masa kini. Kenyataan di lapangan keterampilan menulis kurang mendapat perhatian. Dunia informasi telah berkembang pesat, khususnya kegiatan tulis menulis. Tentu hal ini menuntut setiap orang agar mengembangkan kegiatan tulis menulis. Namun demikian ternyata banyak orang yang kekurangan ide atau bisa jadi idenya banyak tetapi kesulitan ketika harus menuangkannya dalam bentuk tulisan. Andayani (2015) menyatakan bahwa di sekolah materi menulis sabagai salah satu keterampilan berbahasa Indonesia kurang ditangani sungguh-sungguh akibatnya kemampuan berbahasa Indonesia peserta didik menjadi kurang memadai.
Mengingat pentingnya keterampilan menulis, maka dalam kurikulum 2013 khusunya kelas VII Pelajaran Bahasa Indonesia mencamtumkan materi menulis, salah satunya adalah menulis teks deskripsi. Menulis teks deskripsi masuk pada pembelajaran KD 4.2. Dengan belajar menulis teks deskripsi diharapkan peserta didik dapat mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya menggunakan bahasa yang baik, runtut, dan mudah dipahami. Melalui pembelajaran teks deskripsi peserta didik dapat menggambarkan suatu keadaan, benda, atau yang lainnya dengan baik.
Berdasarkan pengamatan, disinyalir peserta didik belum menguasai materi menulis teks deskripsi. Ini terbukti, ketika pembelajaran menulis teks deskripsi hasilnya belum sesuai harapan. Tulisan peserta didik belum runtut, kesulitan menuangkan ide atau gagasan, kesulitan memulai menulis, belum mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kurang tepat menggunakan kata dan kalimat, dan kurang tepat menerapkan kaidah-kaidah pedoman umun ejaan bahasa Indonesia. Hal ini juga dirasakan oleh peserta didik kelas VII SMP N 11 Semarang.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dicarikan solusi agar kesulitan menulis teks deskripsi bisa terurai. Salah satu upaya yaitu dengan menerapkan media bagan berbasis konteks.
Bagan merupakan salah satu media berbasis visual. Media bagan membantu peserta didik memahami bagian-bagian topik yang dipelajari. Apabila bagan diterapkan dalam bacaan, maka akan membantu pembaca memahami bagian-bagian yang dideskripsikan, sementara apabila bagan digunakan dalam keranggka menulis akan mempermudah penulis menjelaskan bagian-bagian yang akan di deskripsikan.
Konteks merupakan semua hal yang ada dalam teks. Hal yang dimaksud adalah tempat, waktu, pembicara/penulis, pendengar/pembaca, tujuan, aspek sosial yang terlibat dalam teks, sistem sosial masyarakat, sosial budaya, tanda baca dan intonasi dalam teks, dan sebagainya. Latar belakang pebelajar juga termasuk konteks yang harus diperhatikan.
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan materi ajar dengan kondisi nyata pembelajar dan pebelajar. Menurut Ismawati (Amilia, Jurnal:16) mengungkapkan bahwa pembelajaran yang kontekstual harus mengaitkan latar belakang pebelajar dengan materi ajar, sehingga pebelajar mampu membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapan dalam kehidupan nyata.
Bagan membantu peserta didik ketika akan menceritakan keadaan, tempat, ataupun benda karena dalam bagan sudah diberikan contoh bagian yang bisa diceritakan, meski tidak menutup kemungkinan siswa mengembangkan sendiri. Sedangkan yang dimaksud berbasis konteks adalah teks, keadaan, tempat, yang berada di sekitar lingkungan peserta didik. Dengan berbasis konteks ini siswa tidak merasa asing sehingga dapat menuliskan dengan penggambaran yang lengkap dan seperti konkrit.
Dengan demikian dapat disimpulankan bahwa ketika peserta didik belajar menulis teks deskripsi menggunakan bagan akan terbantu dalam memunculkan ide. Apalagi peristiwa atau objek yang dideskripsikan ada di sekitarnya, peserta didik memiliki gambaran nyata.
Ninik Nurhidayati, S.Pd.
Guru SMPN 11 Semarang