JATENGPOS,.CO.ID, – Literasi merupakan seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Literasi tidak dapat dilepaskan dari bahasa. Kita bisa disebut sebagai orang yang memiliki kemampuan literasi bila kita sudah mendapatkan kemampuan dasar dalam berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca serta menulis. Sekarang ini, istilah literasi sudah mulai digunakan dalam skala yang lebih luas, namun tetap mengacu pada kemampuan atau kompetensi dasar literasi yakni kemampuan membaca serta menulis. Hal yang paling penting dalam literasi adalah bebas buta aksara supaya bisa memahami semua konsep secara fungsional, sedangkan cara untuk mendapatkan kemampuan literasi adalah melalui pendidikan.
Literasi berhubungan dengan kegiatan membaca dan menulis. Namun sekarang sudah meluas cakupannya yaitu pengetahuan seseorang berkomunikasi di dalam masyarakat, sehingga tidak heran bila pemerintah menggalakkan gerakan literasi, terutama di sekolah. Literasi begitu penting dalam kehidupan sekarang ini, mengingat teknologinya semakin canggih. Literasi sangat diperlukan dalam segala lini kehidupan manusia, karena literasi dapat menjadi kunci manusia untuk lebih berpengetahuan dan berperadaban.
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa di sekolah adalah dengan kartu kontrak membaca. Mengingat minat baca siswa di sekolah begitu rendahnya, padahal semua informasi, wawasan, dan pengetahuan tidak akan didapatkan oleh seseorang tanpa adanya kegiatan membaca. Siswa tidak mengandalkan informasi dari seorang guru saja, mereka harus menambah pengetahuan dan wawasan informasi dengan membaca sendiri di rumah. Pembelajaran dari guru juga terbatas pada tatap muka di sekolah, siswa akan lebih banyak waktunya di rumah bersama keluarga.
Kartu kontrak membaca sebagai bukti kalau siswa telah selesai membaca satu buku. Kartu tersebut berisi nama siswa, kelas, judul buku, nama pengarang, tahun terbit, nama penerbit, tanggal mulai membaca, tanggal selesai membaca, dan laporan hasil membaca (berupa resuman). Kartu tersebut dapat dikutip dari buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas IX kurikulum 2013. Siswa diberi kartu tersebut dan diberi tugas untuk membaca buku. Setiap selesai membaca satu buku anak diharapkan mengumpulkan kartu tersebut. Selanjutnya siswa minta kartu kontrak membaca lagi kepada petugas (guru atau fotokopi sendiri) untuk kegiatan membaca buku selanjutnya. Dalam satu tahun siswa minimal menyelesaikan tujuh buku, sesuai saran yang ada di buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas IX kurikulum 2013 tersebut, sedangkan maksimal tak terbatas. Siswa dapat membaca buku sebanyak-banyaknya. Siswa disarankan untuk berlomba membaca buku dengan teman-temannya. Siswa yang membaca buku diperingkat, peringkat tersebut dapat diambil tiga besar, lima besar, atau sepuluh besar.Ssiswa yang mendapat peringkat diberi hadiah dari sekolah atau dari donatur yang lain.
Mula-mula siswa disarankan untuk membaca buku sastra atau bacaan yang ringan seperti puisi atau cerita, selanjutnya siswa diarahkan ke bacaan yang bukan sastra (buku pengetahuan) atau mengikuti panduan yang terdapat pada buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas IX kurikulum 2013. Buku tersebut setiap bab diakhiri dengan sub bab kegiatan literasi. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya literasi di sekolah.
Kartu kontrak membaca, akan dapat memacu atau memotivasi siswa dalam membaca buku, mereka akan berlomba-lomba datang ke perpustakaan sekolah atau perpustakaan daerah untuk meminjam buku guna dibaca, mereka ingin mendapat hadiah dan ingin mendapat nilai yang lebih tinggi dari teman-temannya. Tanpa disadari pengetahuan dan wawasan mereka juga bertambah. Dengan demikian kegiatan literasi di sekolah akan meningkat. Apalagi jika didukung oleh semua guru, artinya setiap guru memberi tugas kepada siswa untuk membaca buku dengan menunjukkan kartu kontrak membaca.
Siswa dipacu untuk membaca buku sebanyak-banyaknya. Hal itu juga harus dibarengi oleh gurunya, guru juga harus berusaha memberi contoh anak didiknya dalam membaca buku, bukan malah membaca wats ap (WA) saat menyuruh anak didiknya membaca buku. Guru harusnya dapat mengendalikan diri untuk tidak membaca WA saat pelajaran berlangsung di kelas, kalau memang tidak sangat penting. Apalagi guru hanya memberi tugas kepada siswa, kemudian ditinggal membaca WA. Anak juga butuh contoh dari sosok seorang guru.
Peningkatan literasi dengan kartu kontrak membaca, akan melibatkan perpustakaan. Perpustakaan sekolah harus menyediakan buku-buku sesuai dengan yang diminati siswa dan menciptakan kondisi perpustakaan yang nyaman dan memadai, serta ruang baca yang tenang. Selain itu juga perlu dukungan dari para guru, bukan hanya guru Bahasa Indonesia, guru mata pelajaran lain juga bisa menerapkan sesuai dengan mata pelajaran tersebut.
Anis Suwarti
Guru SMP Negeri 1 Kedawung, Sragen