Materi ajar, metode pembelajaran, pendidik, dan peserta didik adalah hal mutlak yang harus ada dalam pembelajaran. Dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), materi ajar bisa didapat dari berbagai sumber. Metode pembelajaran bisa dibuat sekreatif mungkin menggunakan berbagai aplikasi. Pendidik selalu ada untuk memberikan pendampingan. Peserta didik harus ada karena merupakan subyek pembelajaran.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh penulis pada mata pelajaran Bahasa Inggris di SMA N 11 Purworejo kelas XII semester 1 Tahun Pelajaran 2020/2021, rerata tingkat partisipasi siswa 60%. 25% siswa hanya mengisi daftar hadir tetapi tidak mengumpulkan tugas. 15% siswa tidak mengikuti pembelajaran dengan berbagai alasan.
Upaya yang dilakukan penulis untuk meningkatkan tingkat partisipasi siswa dalam PJJ di semester 2 adalah dengan menggunakan kesepakatan belajar. Kesepakatan ditawarkan oleh penulis pada peserta didik. Isi dari kesepakatan dibuat berdasarkan pengalaman selama pembelajaran di semester 1 meliputi tata cara dan etika berkomunikasi, urutan mengikuti PJJ, cara menyalin materi dari internet, cara mengirim tugas, tenggat pengiriman tugas, cara mengikuti ulangan.
Menurut Primayanti, Ada 2 cara pembuatan kesepakatan kelas. Yang pertama diawali dengan bercurah harapan, studi kasus dan dilanjut dengan membuat kesepakatan. Yang kedua dimulai dari bercurah harapan, berdiskusi dan diakhiri dengan bersepakat.
Penulis mengkombinasikan 2 cara tersebut. Dimulai dengan menyampaikan harapan yang ingin dicapai. Kemudian guru menawarkan item kesepakatan. Item yang membuat peserta didik kurang nyaman didiskusikan oleh kedua belah pihak. Proses diskusi ini dilakukan menggunakan google meet atau zoom. Penggunaan aplikasi konferensi video ini bertujuan untuk meminimalisir salah tafsir. Peserta didik diberi kesempatan untuk berpendapat dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap item yang disampaikan. Tentu saja dalam hal ini, peserta didik harus menyampaikan alasan yang masuk akal. Item yang biasanya memakan waktu adalah tenggat pengumpulan tugas. Di akhir diskusi, hasil pembahasannya harus disampaikan dengan jelas supaya peserta didik memahami hak dan kewajibannya. Dengan begitu, maka kesepakatan kelas terbentuk.
Terbentuknya kesepakatan kelas tidak secara otomatis meningkatkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran, penulis tidak henti hentinya mengingatkan peserta didik tentang kesepakatan. Kesabaran dalam pembiasaan sangat diperlukan untuk menaati kesepakatan kelas.
Jadi, kesepakatan kelas bukan hanya sekedar tentang peraturan yang harus ditaati peserta didik dan konsekuensi bagi pelanggarnya. Kesepakatan kelas harus melibatkan pendidik dan peserta didik untuk saling menyepakati kondisi kelas yang diinginkan. Kesepakatan kelas akan memandu peserta didik untuk berkomitmen terhadap item yang sudah disepakati.
Item penting yang memiliki andil besar dalam meningkatkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran adalah tenggat pengumpulan tugas. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran Bahasa Inggris, guru tidak meminta peserta didik untuk mengisi daftar hadir. Peserta didik otomatis dianggap hadir jika mereka mengumpulkan tugas tepat waktu. Adanya keterlibatan peserta didik dalam menentukan tenggat pengumpulan tugas membuat peserta didik memiliki tanggungjawab terhadap kesepakatan kelas. Ini membuat mereka lebih nyaman mengikuti pembelajaran. Dampaknya, akan meningkatkan prosentase pengumpulan tugas. Ini berarti bahwa partisipasi mereka dalam pembelajaran juga meningkat.
Terjadi peningkatan partisipasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris di semester 2. Hal ini bisa dilihat dari total 139 peserta didik kelas XII, hanya 19 peserta didik yang tingkat partisipasinya rendah. Artinya tingkat partisipasi siswa meningkat, dari 60% di semester 1 menjadi 86% di semester 2.
Oleh
Esti Handayani, S.Pd.
Guru Bahasa Inggris SMA Negeri 11 Purworejo