lImu Pengetahuan Alam mestinya merupakan mata pelajaran yang menyenangkan dan diminati oleh siswa, karena mempelajari tentang fenomena alam, tentang makhluk hidup juga tentang tubuh kita dengan segala permasalahannya. Dengan belajar IPA siswa dapat memahami peristiwa alam yang terjadi di alam sekitar. Sebagai contoh dengan belajar IPA, siswa akan memahami bagaimana penyebab terjadinya tsunami, angin puting beliung, mengapa tubuh kita mengalami gangguan, bagaimana pencegahannya dan pengobatannya. Banyak manfaat yang bisa kita ambil setelah mempelajari IPA secara mendalam. Hal ini sejalan dengan pendapat Elaine B. Johnson (2006:4) yang mengatakan bahwa pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran yang mengasyikkan dan bermakna. Namun realitanya justru sebaliknya, IPA dianggap “momok”, menyebalkan dan dihindari.
Kondisi tersebut juga terjadi di SMP Negeri 6 Temanggung, ketika pembelajaran IPA berlangsung, siswa tampak kurang bersemangat dan cenderung malas. Disamping itu butuh waktu yang cukup lama bagi siswa untuk dapat mengikuti pembelajaran. Untuk mengatasi itu semua butuh strategi khusus agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan menyenangkan. Salah satu cara untuk meningkatkan semangat belajar IPA diantaranya penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai, salah satunya yaitu dengan mengadakan tes di awal pelajaran (pre test) dan tes di akhir pelajaran (post test). Menurut Purwanto (2012:28), pre test yaitu tes yang diberikan sebelum pengajaran sedangkan post test adalah tes yang diberikan di setiap akhir program satuan pelajaran.
Langkah-langkah yang diambil dengan strategi ini, diawali dengan pre-post test pertama diadakan tanpa pemberitahuan sebelumnya, kemudian guru mencatat hasilnya di daftar nilai. Dengan cara ini, siswa mulai terlihat “shock” karena hanya beberapa anak yang hasilnya memuaskan. Pembelajaran selanjutnya guru memberitahukan pada siswa bahwa di setiap pertemuan akan selalu diadakan pre-postest dan hasilnya dimasukkan ke daftar nilai.
Strategi ini ternyata cukup ampuh meningkatkan semangat belajar IPA, meskipun awalnya alasan siswa adalah takut nilai pre-postest mereka “jeblok”. Di pertemuan selanjutnya siswa sudah kelihatan lebih siap mengikuti pembelajaran hari itu, terbukti hasil pretest yang semakin baik. Demikian juga ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa tampak lebih serius mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga hasil postest juga semakin meningkat. Pertemuan-pertemuan berikutnya siswa sudah mulai terbiasa dengan kegiatan pre-postest. Siswa tampak terlibat aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dari awal sampai kegitan berakhir. Hal ini juga terlihat dari raut wajah mereka yang tampak puas jika hasil pre-post test mereka sesuai dengan harapan . Hal ini berdampak pada perolehan nilai ulangan harian yang meningkat.
Hal ini sesuai dengan tujuan pre test dan post test menurut Mulyasa ( 2008: 217) yang mengatakan bahwa tujuan pre test yaitu menyiapkan siswa dalam proses belajar, mengetahui tingkat kemajuan siswa, dan untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki siswa. Di samping itu untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai. Sementara itu, tujuan post test yaitu untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa, mengetahui kompetensi yang sudah dan belum dikuasai, dan mengetahui tingkat kesulitan siswa. Disamping itu untuk mengatahui bahan acuan untuk melakukan perbaikan.
Berarti strategi pembelajaran pre-post test terbukti dapat menggugurkan image bahwa pembelajaran IPA yang semula menjadi “momok”, menjadi pembelajaran yang diminati dan menyenangkan sehingga siswa lebih bersemangat belajar IPA yang pada akhirnya pemahaman materi IPA akan semakin membaik.
Tri Hartiningsih, S.Pd.
Guru IPA SMP Negeri 6 Temanggung, Jawa Tengah