Tingkatkan Tatakrama Siswa dengan Pembiasaan

Nurul Fitriyah, S.Pd Guru SMA Negeri 4 Purworejo
Nurul Fitriyah, S.Pd Guru SMA Negeri 4 Purworejo

JATENGPOS.CO.ID, – Masa sekarang ini, kenakalan remaja telah menjadi penyakit yang sulit dihindari bahkan tengah meradang di tengah-tengah masyarakat. Ada banyak kasus kenakalan remaja yang menyebabakan anak-anak remaja ini hancur masa depannya, bahkan tak jarang meresahkan masyarakat. Seperti contohnya banyak kasus pencurian, pemerkosaan, bahkan pembunuhan yang pelaku utamanaya adalah para remaja.

Seperti yang sudah kita baca dan lihat di media akhir-akhir ini banyak kejadian siswa melakukan tindakan yang kurang layak dilakukan sebagai siswa, seperti melakukan penganiayaan ringan sampai berat terhadap guru. Kejadian yang sangat menarik perhatian dunia pendidikan khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Seorang siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di salah satu sekolah di Madura telah melakukan tindak kekerasan terhadap gurunya sampai meninggal hanya karena diingatkan untuk memperhatikan saat pelajaran.

Hal ini sangat memprihatinkan bagi kita semua khususnya bagi para guru. Diharap kejadian seperti ini jangan sampai terulang lagi. Yang jadi pekerjaan kita sekarang adalah bagaimana agar siswa bisa menghargai dan menghormati guru. Seperti pepatah Jawa guru adalah digugu lan ditiru. Sikap menghormati dan menghargai siswa bisa dikaitkan dengan tatakrama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tatakrama adalah sopan santun atau adab. Di jaman modern sekarang banyak bahkan sebagian besar siswa tidak peduli lagi dengan tatakrama. Hal ini bisa dibuktikan dengan melihat sikap dan perilaku anak jaman sekarang. Sebagai contoh saat bertemu guru siswa tidak mau menyapa lebih dahulu atau bahkan pura-pura tidak melihat.Hal ini yang harus mendapat perhatian khusus di sekolah tingkat dasar sampai menengah. Bagi siswa sopan santun merupakan perwujudan budi pekerti luhur yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan dari berbagai orang dalam kedudukannya masing-masing, seperti: orang tua dan guru, para pemuka agama dan masyarakat umum.

Baca juga:  Powtoon Atasi Pembelajaran Monoton

Tatakrama tidak seperti pelajaran eksak yang harus dihafalkan. Tatakrama bagi siswa bisa terwujud dengan cara pembiasaan. Secara etimologi pembiasan berasal dari kata “biasa”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, biasa berarti 1. Lazim, 2. Seperti sedia kala, 3. Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan membuat sesuatu atau seseorang menjadi terbiasa. Ada istilah bisa karena biasa. Pembiasaan tatakrama harus dilakukan di lingkungan sekolah. Tatakrama siswa di sekolah bisa meliputi: 1. Sikap berbicara, 2. Sikap duduk, 3. Sikap berdiri, 4. Sikap berjalan, 5. Sikap berpakaian, 6. Sikap makan dan minum, 7. Sikap pergaulan dengan guru maupun teman. Dalam kaitannya pergaulan dengan guru ini penting untuk diperhatikan agar tercipta hubungan yang harmonis antara keduanya. Agar tercipta sikap siswa yang menghormati dan menghargai guru. Begitupun sebaliknya guru memberi kasih sayang dan perhatiannya kepada siswa.

iklan

Pembiasaan ini bisa dilakukan saat awal siswa masuk lingkungan sekolah. Saat bertemu dengan guru siswa harus menyapa dan mengucapkan salam sambil bersalaman. Guru pun menyambut salam siswa dengan senang hati dan senyum yang lebar dan memberi perhatian dengan menanyakan hal-hal kecil kepada siswa. Dengan cara seperti ini akan ada ikatan batin antara siswa dan guru. Saat di dalam kelas guru sebaiknya membuat aturan main misalnya saat mulai pelajaran harus berdoa. Siswa yang mau ijin ke belakang harus minta ijin dengan baik dan santun, dan saat kembali harus mengucapkan terima kasih pada guru. Siswa diharuskan berkata-kata sopan dan tidak kasar. Kalau ada siswa yang berkata kasar guru harus langsung memberi peringatan ringan atau bahkan sanksi kepada siswa yang bersangkutan.

Baca juga:  Menghebatkan Diri dengan Menghadirkan Hati

Untuk langkah awal pembiasaan tatakrama ini bisa dilakukan dengan cara pembinaan dan sosialisasi saat awal menjadi siswa di sekolah yang bersangkutan. Pada waktu Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) atau yang dulu disebut Masa Orientasi Siswa (MOS) siswa diberi pengarahan tentang aturan-aturan yang ada di sekolah. Salah satunya aturan sikap saat berada di sekolah. Bagaimana sikap kepada teman dan guru saat di sekolah. Ketika berada di dalam kelas diberi pengarahan juga bagaimana sikap saat masuk kelas, duduk di kelas dan lain-lain.

Lebih-lebih apabila sekolah kita berada di wilayah Jawa yang notabene masyarakat Jawa sangat memperhatikan bab tatakrama. Siswa dibiasakan untuk menggunakan bahasa Jawa ragam krama terhadap guru. Dengan penggunaan bahasa Jawa ragam krama secara tidak langsung akan melatih siswa untuk menghormati guru. Siswa dilatih untuk terbiasa mengucapkan kata-kata nuwun sewu, matur nuwun, ndherek langkung, nyuwun pangapunten, dan lain-lain.Jika berjalan di depan guru tubuh agak merunduk. Hal ini diharapkan bisa membentuk sikap siswa untuk lebih menghargai guru.

Baca juga:  Tingkatkan Hasil Belajar IPA Materi Perkembangbiakan Generatif dengan TS-TS

Hal lain yang bisa dilakukan untuk pembiasaan tatakrama di sekolah ini dengan cara sosialisasi kepada orang tua atau wali murid. Disampaikan kepada mereka bahwa sekolah memperhatikan sikap dan tatakrama siswa di sekolah. Diharapkan agar orang tua juga mendukung untuk memotivasi putra dan putrinya agar selalu memperhatikan sikap sopan santun dan bersikap yang baik kepada orang tua, guru dan teman di sekolah.

Dengan cara- cara pembiasaan tatakrama tersebut diharapkan akan tercipta hubungan yang baik antara siswa dan guru pada khususnya dan hubungan baik siswa dengan orang-orang di sekitarnya pada umumnya. Apabila sudah ada hubungan baik antara siswa dengan guru, tidak akan terjadi lagi kasus-kasus kenakalan siswa terhadap guru.

Siswa yang terbiasa dengan tatakrama dan sikap sopan santun akan membentuk pribadi yang berkarakter. Sehingga akan terwujud generasi muda yang baik dan membanggakan yang akan meneruskan tonggak kepemimpinan bangsa yang akan membawa bangsa Indonesia lebih baik, maju dan sejahtera.

Nurul Fitriyah, S.Pd
Guru SMA Negeri 4 Purworejo
iklan