Tradisi Nyadran Membangun Karakter Masyarakat

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Budaya tersebut mencerminkan kondisi sosial di wilayahnya. Mengetahui dan memahami budaya itu perlu, agar kita tahu identitas bangsa kita.

Tugas kita bersama untuk melestarikan budaya agar tidak kalah dengan budaya asing yang masuk ke Negara kita. Menjunjung tinggi budaya artinya mengangkat martabat bangsa kita. Budaya yang beraneka ragam merupakan kekayaan bangsa. Salah satunya, budaya masyarakat di Jawa. Aneka ragam tradisi masyarakat Jawa menjadi identitas bagi masyarakat pulau Jawa. Sebagai contoh adalah tradisi nyadran yang dilaksanakan menjelang Ramadhan.

Nyadran adalah serangkaian upacara yang dilakukan masyarakat Jawa, terutama Jawa Tengah. Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta”sraddha” yang berarti keyakinan. Nyadran merupakan tradisi pembersihan makam masyarakat Jawa, umumnya di pedesaan.

Nyadran merupakan suatu rangkaian budaya yang berupa pembersihan makan leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri selamatan di masjid atau di rumah masing-masing untuk mendoakan keluarga yang sudah wafat, menjelang bulan suci Ramadhan yang penuh berkah, rahmad, dan ampunan.

iklan
Baca juga:  Pembelajaran Tutor Sebaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Nyadran sesungguhnya mengandung makna sosial, yaitu gotong royong, persatuan dan kesatuan, musyawarah, pengendalian sosial, serta nilai kearifan lokal yang ditunjukkan pada saat memberikan yang dibawa untuk diberikan kepada warga yang datang pada acara nyadran. Tradisi sadranan merupakan simbol adanya hubungan dengan para leluhur, sesama, dan Allah Yang Maha Kuasa.

Sadranan merupakan sebuah pola ritual yang mencampurkan budaya lokal dan nilai-nilai Islam. Jadi, sangat tampak adanya tradisi yang kental dengan nilai islami. Sadranan menjadi contoh berbaurnya agama dan kearifan lokal dalam kehidupan bermasyarakat. Nyadran sesungguhnya dapat memberi keseimbangan dalam masyarakat. Sebab, maknanya dapat menguatkan tradisi di tengah gempuran budaya barat. Selain itu, nyadran dapat memberikan edukasi karakter pada masyarakat. Dalam tradisi nyadran, mengajarkan silaturahmi tanpa memandang status sosial.

Baca juga:  Pembelajaran TAI Tingkatkan Interaksi Belajar Siswa

Sadranan juga mengajarkan cara saling menghormati, menghargai, dan berbagi. Sesungguhnya masih banyak lagi yang dapat kita petik dari tradisi nyadran sebagai bekal dalam membangun kehidupan masyarkat. Jika kita resapi, tradisi nyadran dapat memperkuat persatuan dan kesatuan. Kuatnya persatuan dan kesatuan akan membuat bangsa kita tidak mudah terpecah belah.

Sampai saat ini, tradisi nyadran masih terus dilaksanakan, agar selalu terpelihara. Hampir semua masyarakat Jawa Tengah mengenal dan melaksanakan tradisi nyadran. Tradisi ini ditunggu-tunggu masyarakat sebagai ritual penuh kebahagiaan, saling bertemu, ngobrol, silaturahmi, sekaligus sebagai wujud interaksi religi dengan leluhur.

Lewat nyadran bangsa ini menjadi besar, karena memegang teguh identitas, kearifan lokal, nilai religious, dan nasionalisme. Tradisi nyadran mengajarkan pendidikan nilai dan karakter pada masyarakat. Diantaranya nilai religious yaitu nilai ketuhanan, nilai syukur yaitu perwujudan rasa syukur atas segala  karunian yang diberikan Tuhan setiap waktu, nilai gotong royong yang diwujudkan melalui sikap rukun dalam kehidupan sosial kemasyarakatan yang lebih mengutamakan kepentingan bersama dari pada pribadi, jauh dari rasa permusuhan, saling tolong menolong dalam kebaikan, serta nilai pluralisme (saling menghormati), yaitu perwujudan laku saling menghormati perbedaan atau pluralisme. Betapa tingginya makna tradisi nyadran ini. Mari kita jaga dan lestarikan bersama sama.

Baca juga:  Perpustakaan Digital, Sarana Literasi Zaman Now

 

Oleh

Jarmini, S.Pd.SD

Guru SDN 2 Plosorejo

Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora

iklan