JATENGPOS.CO.ID, – Tiktok merupakan salah satu aplikasi media sosial sekaligus platform video musik diluncurkan pada Awal September 2016 yang berasal dari Tiongkok. Aplikasi Tiktok memberikan fitur kepada para penggunanya untuk membuat dan menyebarkan luaskan video musik pendek mereka sendiri serta mengakses atau melihat video musik orang lain. Aplikasi ini dapat digunakan oleh penggunaya dalam berbagai hal seperti promosi, personal branding, media pembelajaran, media kampanye, media pemasaran suatu produk, mengembangkan bakat, mengetahui suatu informasi maupun berita dll.
Aplikasi Tiktok menjadi salah satu aplikasi yang sedang trend digunakan dalam beberapa tahun terkahir. Selama periode tahun 2018 hingga 2019, Tiktok menjadi aplikasi palimg banyak diunduh yakni 45,8 juta kali. Dilansir dari lamat https://tekno.kompas.com dari periode sebelumnya total unduhan aplikasi Tiktok mengalami peningkatan 1,6 persen yaitu 63,3 juta di perang IOS maupun android. Dan Indonesia menyumbang 11 persen dari total unduhan TikTok. Aplikasi ini ditingkat global diprediksi akan terus bertambah popular dan diramalkan menjadi media sosial terbesar ketiga didunia. Insider Intelligence, memprediksi pada tahun 2022 jumlah pengguna aktifnya mencapai 755 juta orang.
Jika dahulu TikTok digunakan oleh remaja untuk mengekspresikan diri mereka melaui konten video musik, sekarang trend konten yang dihasilkan pengguna TikTok sudah beragam. Hal tersebut dapat dijumpai terdapat konten sebagai edukasi hal-hal yang berkaitan tentang dunia pendidikan, dakwah agama, berita (yang sebelumnya hanya dapat dilihat melalui media televisi), bercerita tentang hal yang terjadi di kehidupannya, mencari sensasi agar viral hingga persuasi melakukan sesuatu yang baik dan produktif dan masih banyak lagi.
Berdasarkan banyaknya pengguna dan berbagai macam penggunaan aplikasi TikTok menimbulkan sebuah persepsi sosial. Persepsi sosial adalah suatu proses memperoleh, menafsirkan, memilih dan mengatur informasi sensorik tentang orang lain dalam hal sosial. Persepsi sosial disini berkaitan tentang bagaimana seseorang membentuk kesan dan membuat kesimpulan terhadap orang lain atau peristiwa tertentu dalam konteks sosial. Konten yang dibuat oleh pengguna Tiktok dikatakan sebagai objek persepsi yang dapat menghasilkan persepsi bagi pengguna lainnya. Konten tersebut dapat menimbulkan persepsi positif maupun negatif sebab terdapat banyak jenis konten ada yang bersifat mengedukasi, personal branding, gimmick ataupun mencari sensasi dan lain sebagainya. Dengan adanya persepsi sosial akan membentuk kesan terhadap orang lain yaitu pendapat setiap manusia tentang sesuatu. Misalnya saja berita Desember 2022 yaitu kisah Norma Risma dilansir dari https://www.kompas.com yang juga tengah viral di media sosial termasuk Tiktok. Kisah tersebut akan menimbulkan persepsi berupa kesan bahwa seorang ibu tega melakukan hal yang tak pantas terhadap anaknya. Kemudian Fajar yang juga tengah viral di Tiktok dari cara ia bercerita di salah satu konten atau podcast artis Indonesia, bercerita tentang kisah cintanya yang selalu kandas, menghasilkan kesan netizen terhadapnya sebagai ‘Fajar Sadboy’.
Trend konten yang ada di TikTok dalam perspektif konsep diri dapat memberikan gambaran di masa depan, sebab adanya konten yang memotivasi. Disisi lain, Tiktok dapat mempengaruhi harga diri (self esteem) penggunanya yaitu suatu evaluasi diri ang dibuat individu dan mempertahankan diri mereka sendiri. Self esteem sendiri mempunuyai sisi gelapnya seperti yang sering terjadi di Tiktok yaitu seseorang menjadi narsisme yakni kecintaan terhadap diri sendiri yang berlebihan dan cenderung negatif. Selain itu juga menimbulkan insecure dan lebih mengarah pada harga diri rendah dengan usaha cantik, kaya, atau popular yang mungkin akan kehilangan pandangan tentang apa yang sebenarnya membuat hidupnya berkualitas. TikTok dapat menjadikan self serving bias seseorang dalam bentuk false consensus of failings yakni menganggap orang lain memiliki sikap, pandangan, atau minat yang sama dengan dirinya. Penggunaan Tiktok juga mampu menghibur diri penggunanya, karena sebagai media pemuasan kebutuhan hiburan/afektif. Namun TikTok juga dapat memberikan dampak negatif kepada penggunanya berupa stress dan tertekan dikarenakan terbuai dan terdistraksi untuk terus scrolling TikTok.
Dalam perspektif psikologi sosial, trend penggunaan TikTok dapat menghasilkan persepsi seseorang berupa kemenonjolan atau salience yakni kecenderungan seseorang mengarahkan perhatiannya pada aspek yang menonjol, misalnya konten yang sedang trend akan banyak muncul di for your page (fyp) atau beranda pada aplikasi TikTok seseorang, yang kemudian menarik perhatian lalu tertarik untuk membuat konten yang sama. Selain itu, penggunaan TikTok dapat menimbulkan kategorisasi yang mempengaruhi persepsi yang melahirkan sebuah penilaian sosial berupa stereotip yaitu keyakinan terhadap orang lain tentang karakteristik, dan perilaku. Pada TikTok stereotip dapat terjadi antara netizen dengan pemilik konten.
Berdasarkan hal – hal yang telah dijabarkan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa trend penggunaan TikTok pada konteks sosial perspektif psikologi sosial dapat di simpulkan bahwa berbagai konten dan cara dalam menggunakan aplikasi TikTok dapat menimbulkan perpsepsi sosial seseorang dan berpengaruh terhadap diri seseorang dalam penggunaan TikTok sebagai media sosial.
OLEH :
Fortuna Fatan Sabilla
DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Khalek, A. M. (2017, January). Introduction to the Psychology of self-esteem. (F. Holloway, Ed.) 3-4.
Christian Montag, Haibo Yang, Jon D. Elhai. (2016, March). On the Psychology of TikTok Use: A First Glimpse From Empirical Findings. Public Health, 9, 2-4.
James L. Hilton, William von Hippel. (1996). Stereotypes. Annual review of psychology, 240.
Pertiwi, W. K. (2020). Indonesia Sumbang Angka Unduhan TikTok Terbanyak di Dunia. Kompas.com.
Pratama, K. R. (2022). TikTok Diprediksi Jadi Medsos Terbesar Ketiga pada 2022. Kompas.com.
Riandi, A. P. (2022). Sosok Fajar Sad Boy dan Quotes-nya yang Viral di Media Sosial. Kompas.com.
Saleh, A. A. (2018). Pengantar Psikologi. Makassar, Sulawesi Selatan: Aksara Timur.
Sari, R. P. (2022). Norma Risma Akui Tahu Suami Selingkuh dengan Ibu Kandungnya Sejak Sebelum Menikah, Ini Alasan Tetap Menikah. Kompas.com.
Shelley E. Taylor, Lettitia Anne Peplau, David O. Sears. (2006). Social Psychology. Los Angeles: Person Education Internasional.
Wisnu Nugroho Aji, Dwi Bambang Putut Setiyadi. (2020, April). Aplikasi Tiktok sebagai Media Pembelajaran Keterampilan Bersastra. Metafora, 6, 148-149.