JATENGPOS.CO.ID, – Pernahkan Anda berpikir adanya perubahan perilaku peserta didik kita yang kadang bisa membuat geleng kepala, ketika melihat perubahan generasi kekinian, yang dikenal dengan generasi milenial, kadang kita sebagai guru berpikir, “kok anak – anak sekarang begini ya?”. Generasi milenial merupakan generasi yang lahir di zaman teknologi dan informasi. Umumnya lahir di atas tahun 2000.Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, anak-anak generasi masa kini merupakan generasi digital native, mereka sudah mengenal media elektronik dan digital sejak lahir. Sedangkan guru/orang tua merupakan generasi imigrant digital, merupakan individu yang lahir sebelum munculnya teknologi digital.
Generasi milenial memiliki beberapa ciri. Mereka membuat beberapa akun di media sosial seperti Fb – Twitter – Path – Instagram – Youtube, WhatsApp, Line dan lain sebagainya. Generasi milenial cenderung lebih terbuka, blak-blakan dan agresif, mereka cenderung ingin memperoleh kebebasan dan dengan internet bisa mengekspresikan kebebasan tersebut. Generasi milenial selalu mengakses mesin pencari seperti Google dan membuat kemampuan belajar mereka jauh lebih cepat karena segala informasi tersedia di internet.
Mendidik generasi milenial berbeda dengan generasi masa lalu. Perkembangan zaman dan konversi teknologi menjadi penyebabnya. Contoh konversi teknologi di era milenial, buku cetak ke buku elektronik (ebook), surat ke surat elektronik (email), mesin ketik ke komputer, telepon kabel ke telepon seluler, kaset/CD ke file.Menurut penelitian Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) rata-rata orang yang hidup di era milenial menghabiskan 6,5 jam setiap hari untuk akses internet, membuka media sosial, membaca berita dan broadcast.
Tentu saja, mendidik di era ini tidak mudah. Setiap perubahan meskipun perubahan menuju yang lebih baik pasti ada ketidaknyamanan, ketidaknyamanan itulah yang harus diadaptasi menjadi kenyamanan. Guru bisa mulai beberapa langkah. Pertama, memastikan diri terus belajar atau bersedia meng-uprade keterampilan menggunakan media baru. Kedua, secara logis dan kreatif menunjukkan betapa produk teknologi informasi sebagaimana teknologi apapun seperti pisau bermata dua, bisa membuat mereka lebih baik, atau sebaliknya. Ketiga, menjadikan kekayaan dunia digital sebagai ruang belajar bersama. Pemanfaatan e-learning, penugasan melalui blog, upload video kreatif dan lain sebagainya. Keempat, perkuat jaringan belajar bersama untuk memperbanyak kolaborasi.
Generasi milenial lahir di tengah derasnya arus informasi dan perkembangan teknologi yang demikian pesat. Karena itulah, cara ajar untuk mendidik mereka pun harus dibedakan dan ada triknya. satu hal yang memudahkan bahwa generasi milenial tak perlu lagi diperkenalkan dengan teknologi. Mereka hanya perlu diarahkan agar ilmu yang sudah mereka miliki dari hasil pencarian sendiri itu mampu diterapkan dalam dunia nyata.
Peneliti dari Dalton State College, Christy Price, EdD, menyampaikan beberapa trik untuk mengajar generasi milenial. Pertama: Research; pembelajaranceramah konvensional sudah sulit menarik minat generasi milenial. Mereka lebih suka diberikan kesempatan kolaborasi, dan kemampuan mencari serta merangkum informasi sendiri. Tugas guru lebih ke arah menjadi fasilitator untuk ‘meluruskan’ jika ada sesuatu yang salah dipahami peserta didik. Kedua: Relevance; generasi milenial akanmenghargai sebuah informasi karena ‘relevan’ dengan kehidupan mereka. Peran guru ‘menyortir’ materi – materi yang ada di buku, mana yang relevan dalam kehidupan peserta didik dan mana yang tidak. Sudah bukan zamannya lagi seorang guru memberikan materi, tanpa peserta didik tahu apa manfaatnya untuk mereka. Ketiga: Rationale; generasi milenial akan cenderung respek kalau tugas yang diterapkan masuk akal. Guru harus memberitahukan apa esensi dalam memberikan tugas kepada peserta didik dan berikan pemahaman terkait manfaatnya untuk mereka. Keempat: Relaxed; Berdasarkan hasil penelitian, milenial lebih senang berinteraksi dalam kondisi belajar yang lebih santai. Namun tetap menerapkan batas – batas tertentu.Kelima: Rapport; Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa milenial ini bersifat relasional.Guru harus menjalin hubungan personal yang baik dengan peserta didik. Guru dapat mencoba mengingat nama, menanyakan kabar, atau mendengarkan peserta didik curhat. Hasilnya, mereka cenderung untuk respek, terbuka, dan berminat belajar tinggi.
Sodikin, S.Pd., M.Kom.
Guru SMK Negeri 1 Kendal