“TSTS” Jadikan Belajar IPA Lebih Bermakna

Khaerumanah, S.Pd. Guru IPA SMP N 1 Jumo Kabupaten Temanggung
Khaerumanah, S.Pd. Guru IPA SMP N 1 Jumo Kabupaten Temanggung

Selama ini pelajaran IPA sering kali masih dianggap sulit oleh sebagian siswa. Siswa sering kali pasif dan akan merasa bosan setiap kali dalam proses pembelajaran IPA. Kondisi ini dipicu oleh beberapa hal diantaranya proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru, serta siswa masih menjadi objek pembelajaran. Artinya siswa hanya menerima konsep-konsep yang disampaikan oleh guru. Ide kreativitas siswa sering kali tidak tersalurkan sehingga pengalaman belajar siswa kurang bermakna. Lebih parah lagi siswa tidak memiliki kesempatan untuk protes terhadap kondisi yang terjadi.

Kurikulum yang sekarang ini menuntut adanya perubahan proses belajar dari yang berpusat pada guru menjadi proses belajar yang berpusat pada siswa. Proses pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti berdiskusi, melakukan pengamatan, percobaan, memecahkan masalah dan lain sebagainya. Menjadi tantangan bagi guru IPA untuk selalu berinovasi menerapkan model-model pembelajaran yang dapat membat siswa lebih terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Bukan hanya itu, guru juga memberikan pengalaman belajar yang nyata bagi siswa untuk dapat membangun suatu konsep. Menjadikan siswa memiliki kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang jauh lebih baik, kreatif dan inovatif.

Baca juga:  Tantangan Mengajar Di Era Digital

Melihat kondisi pembelajaran yang selama ini terjadi, penulis sebagai guru merasa ikut bertanggungjawab untuk mengubahnya menjadi proses pembelajaran yang lebih menyenangkan, mengasyikkan dan lebih bermakna. Sebagai tindak lanjutnya, guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.TSTS (Two Stay Two Stray) merupakan salah satu jenis dari model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa untuk berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran. TSTS (Two Stay Two Stray) bertujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggungjawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.Metode ini melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik ( Huda, 2014: 207 ).

Model pembelajaran TSTS ( Two Stay Two Stray ) bisa memberikan sedikit gambaran pada siswa mengenai kenyataan kehidupan di masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat diperlukan hubungan ketergantungan antara individu dengan individu lain dan antar individu dengan kelompok. Model pembelajaran TSTS (Two Stay Two Stray) menurut Ika Berdiati (2010:92) merupakan pembelajaran kooperatif yang memberi pengalaman pada siswa untuk berbagi pengetahuan baik dalam kelompok maupun dalam kelompok lainnya.


Baca juga:  Tingkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Eksperimen Berbantuan Media Visual

Kreativitas siswa dalam belajar IPA khususnya materi eksresi dapat digali melalui pembelajaran menggunakan model TSTS (Ttwo Stay Two Stray). TSTS (Two Stay Two Stray) menurut Suprijono (2010: 93) diawali dengan pembentukan kelompok, kemudian guru memberikan permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi kelompok usai, dua anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok lain.

Anggota kelompok yang tidak bertugas sebagai tamu mempunyai kewajiban menerima tamu dari kelompok lain dengan menyajikan hasil kerja dari kelompoknya. Dua siswa yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompok asal. Baik siswa yang bertamu maupun siswa yang tinggal mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan. Dengan penerapan model TSTS (Two Stay Two Stray) dalam mempelajari materi IPA khususnya materi ekskresi dapat dilakukan dengan lebih mudah, lebih bermakna dan kreativitas siswa menjadi lebih terasah. (*)

Baca juga:  Pembinaan Berbusana Muslimah Sejak Dini