TSTS Tingkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS

HIMMAH QURROTUL AYUUNI, S.Pd.SD Guru SD Negeri 2 Selosabrang Bejen Temanggung
HIMMAH QURROTUL AYUUNI, S.Pd.SD Guru SD Negeri 2 Selosabrang Bejen Temanggung

Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) bertujuan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam konteks masyarakat yang berkeadaban berdasarkan nilai dan moral Pancasila. Salah satu komponen untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tujuan pembelajaran IPS yaitu untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, ketrampilan dalam rangka membentuk dan mengembangkan pribadi warga negara yang baik. Dari pernyataan tersebut IPS sangat penting untuk menunjang perkembangan karakter siswa. Namun masalah yang ada di lapangan prestasi belajar IPS siswa rendah.

Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Banyak siswa mendapat nilai rendah saat mengerjakan soal IPS. Penyampaian materi yang kurang menarik tidak bisa diserap secara keseluruhan oleh siswa. Ditambah lagi dengan kurangnya alat peraga dan sumber belajar yang tidak mutakhir, melengkapi kegagalan siswa untuk mendapatkan nilai yang baik.

Baca juga:  Mengubah Syair Lagu “Balonku” dalam Pembelajaran Bahasa Jawa

Berdasarkan deskripsi di atas maka dipandang perlu adanya inovasi-inovasi metode pembelajaran IPS. Metode yang memperhatikan keaktifan siswa untuk membantu siswa memiliki prestasi belajar IPS yang baik dan menciptakan rasa senang dan menghilangkan rasa bosan terhadap mata pelajaran IPS. Siswa harus terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Salah satu metode yang diterapkan untuk meningkatkan keaktifan siswa adalah metode Two Stay Two Stray (TSTS) atau “Dua Tinggal Dua Tamu” (Spencer Kagan, 1992). Menurut Ika Berdiati (2010:92) model pembelajaran TSTS merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif yang memberi pengalaman kepada siswa untuk berbagi penegtahuan baik di dalam kelompok maupun dalam kelompok lainnya.

 Dengan metode TSTS siswa yang telah dikelompokkan harus membagi informasi kepada kelompok lain. Langkah-langkah pembelajaran TSTS (Lie, 2002:60-61) adalah sebagai berikut : 1) siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa, 2) setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok lain, 3) dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka, 4) tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, 5) kelompok mencocokan dan membahas hasil kerja mereka. Model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi bagi tamu dan menyampaikan materi bagi tuan rumah.

iklan
Baca juga:  Pelajar Katolik Membangun Percaya Diri dalam Berelasi dengan Pelajar Umumnya

Penggunaan  model pembelajaran TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang disampaikan oleh teman. Siswa terlibat secara aktif, sehingga akan memunculkan semangat siswa dalam belajar. Dengan begitu, siswa juga dapat mengevaluasi sendiri, seberapa tepatkah pola pikirnya terhadap suatu konsep dengan pola pikir narasumber. Dengan metode TSTS siswa menjadi lebih aktif dan tidak merasa jenuh terhadap kegiatan pembelajaran IPS. Siswa dapat meningkatkan prestasi belajar IPS karena kegiatan pembelajaran yang aktif.

HIMMAH QURROTUL AYUUNI, S.Pd.SD

Guru SD Negeri 2 Selosabrang Bejen Temanggung

iklan