Pengajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bertujuan untuk menumbuhkan keterampilan berbahasa yang meliputi empat aspek: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Melatih keterampilan berbahasa berarti melatih kreativitas dan kemampuan berpikir. Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang cukup kompleks. Menurut Henry Guntur Tarigan (2008:3) keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain.
Komunikasi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa tulis. Satu di antara alat komunikasi terpenting berbentuk tulisan adalah surat. Surat adalah informasi tertulis yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi tertulis yang dibuat dengan persyaratan tertentu (Finoza, 2009:4). Surat izin tidak masuk sekolah termasuk jenis surat resmi yang di dalamnya menyangkut berbagai hal tentang kedinasan (Marjo, 2008:209).
Keterampilan menulis surat termasuk kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia pada Kompetensi Inti (KI) 3, Kompetensi Pengetahuan; Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. Lebih jelasnya dapat dicermati dalam Kompetensi Dasar (KD) 3.11 Mengidentifikasi informasi (kabar, keperluan, permintaan, dan / atau permohonan) dari surat pribadi dan surat dinas yang dibaca dan didengar; Kompetensi Dasar 3.12 Menelaah unsur-unsur dan kebahasaan dari surat pribadi dan surat dinas yang dibaca dan didengar (Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 dalam Materi Bimbingan Teknis Fasilitator dan Instruktur Kurikulum 2013 Tahun 2017: 9).
Tujuan pembelajaran berbahasa secara umum agar siswa terampil berbahasa bukan sekadar terampil menghafal teori-teori tentang bahasa. Demikian juga tujuan pembelajaran menulis surat agar siswa terampil menulis surat (dalam hal ini surat izin tidak masuk sekolah) dalam konteks dunia nyata. Namun faktanya surat izin tidak masuk sekolah yang terarsip di kelas-kelas di SMP N 2 Winong masih jauh dari sempurna. Ini dapat menjadi indikator bahwa tujuan pembelajaran menulis surat belum mencapai target. Hal tersebut dibuktikan juga saat diadakan tes tertulis menulis surat izin tidak masuk sekolah di kelas VII C SMP N 2 Winong belum dapat mencapai ketuntasan baik secara individual maupun klasikal.
Untuk itu guru perlu ekstra berpikir guna menemukan dan menerapkan model pembelajaran yang jitu untuk mendongkrak perolehan hasil belajar menulis surat izin tidak masuk sekolah hingga mencapai ketuntasan baik secara individual pun klasikal; yang pada akhirnya nanti keterampilan tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran yang dipilih yaitu Tuman Korkel (Tulis Mandiri Koreksi Kelompok). Langkah-langkah Tuman Korkel sebagai berikut: 1) siswa menulis surat izin tidak masuk sekolah secara mandiri; 2) kelas dibagi menjadi 8 kelompok (8 bagian dalam sistematika surat izin tidak masuk sekolah); 3) tiap kelompok mengoreksi bagian surat dinas sesuai pembagian kelompok; 4) presentasi hasil koreksi berupa temuan kesalahan sekaligus saran perbaikan; 5) penguatan guru sebagai fasilitator dan mediator; 6) refleksi pembelajaran. Model pembelajaran ini dipilih karena selain dapat menunjukkan pencapaian kompetensi secara individual karena kegiatan menulis dilakukan secara mandiri juga dapat membangun karakter-karakter yang muncul saat kerja kelompok mengoreksi hasil pekerjaan teman.
Model pembelajaran Tuman Korkel sejalan dengan sintak model pembelajaran Jigsaw. Jigsaw dapat diterapkan untuk materi-materi yang berhubungan dengan keterampilan membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara (Miftahul Huda, 2013: 204). Sintak model pembelajaran Jigsaw sebagai berikut: 1) guru membagi topik pembelajaran menjadi sub-subtopik; 2) guru memberikan pengenalan tentang sub-subtopik tersebut; 3) siswa dikelompokkan sesuai sub-subtopik; 4) tiap kelompok mempelajari sub-subtopik yang menjadi bagiannya; 5) siswa saling berdiskusi mengenai subtopik yang menjadi bagiannya bersama-sama rekan-rekan satu anggota dalam kelompok topik.
Setelah diterapkan model pembelajaran Tuman Korkel (Tulis Mandiri Koreksi Kelompok) pada pembelajaran menulis surat izin tidak masuk sekolah di kelas VII C SMP N 2 Winong terjadi peningkatan pencapaian hasil belajar secara signifikan. Selain tercapainya standar nilai yang tuntas secara individual pun klasikal; bonus semakin mantapnya nilai-nilai sikap dalam diri siswa juga terwujud.
Indah Peni Kusumawanti, S. Pd.
Guru Bahasa Indonesia SMP N 2 Winong
Pati