Kurikulum 2013 yang saat ini menjadi acuan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, menempatkan peserta didik sebagai subjek pembelajaran. Dalam kurikulum tersebut guru sebagai fasilitator pembelajaran berperan penting dalam mengembangkan potensi peserta didik melalui kegiatan pembelajaran di kelas. Demi tujuan tersebut salah satu hal yang menjadi perhatian guru adalah menumbuhkan keaktifan peserta didik. Peserta didik yang aktif dalam pembelajaran di sekolah akan menuai hasil yang positif pada setiap kompetensi pembelajaran. Dengan demikian keaktifan belajar peserta didik menjadi sangat penting dalam mendukung pencapaian perkembangan pendidikan secara optimal.
Beberapa kekurangan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas III A SD Negeri Petarangan kecamatan Kledung adalah kurangnya keaktifan peserta didik dalam pembelajaran, sehingga mempengaruhi dalam pencapaian hasil belajar. Hal tersebut sering terjadi ketika pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada materi keterampilan menyimak. Peserta didik menangkap informasi hanya sedikit. Tidak hanya itu mereka juga kurang antusias saat pembelajaran berlangsung. Peserta didik terlihat bosan dan banyak bersendagurau dengan teman sebelahnya. Akibatnya, suasana di dalam kelas kurang kondusif dan hasil belajarpun kurang memuaskan. Melihat kenyataan demikian, penulis sebagai guru kelas tergugah untuk melakukan inovasi pembelajaran untuk menumbuhkan dan meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran.
Beberapa ahli telah mengemukakan pendapat tentang keaktifan belajar, seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2010: 20), bahwa keaktifan belajar terjadi apabila proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat intelektual dan emosional sehingga betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu, keaktifan belajar peserta didik sangat penting untuk ditumbuhkan. Hal tersebut menurut Setiani dan Donni, (2015:65) karena keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya.
Dalam upaya menumbuhkembangkan keaktifan belajar peserta didik, penulis menggunakan media pembelajaran dalam bentuk pembelajaran berbasis video ( Video Based Learning). Dalam pembelajaran ini video merupakan media utama yang digunakan di dalam pembelajaran. Media video dipilih karena manfaatnya yang sangat banyak dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Rusman dkk. (2012: 220), bahwa bentuk pembelajaran yang dikemas dalam bentuk video sangat bagus digunakan untuk menciptakan kondisi yang menyerupai keadaan sebenarnya, apabila media ini digunakan secara tepat dengan memberikan video yang menggugah perasaan, pembelajaran sikap atau afektif pun dapat dilakukan menggunakan media pembelajaran berbasis video.
Langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis video adalah guru menyiapkan perangkat video ke dalam ruang kelas, menyiapkan materi pembelajaran yang akan disampaikan, memutar video pembelajaran untuk disimak oleh peserta didik, peserta didik memperhatikan dan menyimak video pembelajaran yang diputar guru, peserta didik mencoba memahami materi dalam video, peserta didik mendiskusikan materi dengan teman dan mencatat hal-hal penting serta menyampaikan kesimpulan kepada guru sebagai tugas pembelajaran.
Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis video, peserta didik terlihat aktif dalam mengamati video pembelajaran pada saat kegiatan menyimak. Mereka dapat memperhatikan dengan fokus, serta tidak bercanda dengan teman yang lain. Selain itu, beberapa peserta didik berani bertanya kepada guru tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi dalam video pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Sahat (2013:4), bahwa multimedia merupakan penyajian informasi yang berupa teks, gambar dan suara secara bersamaan (integrated) sehingga menjadi efektif dan efisien. Dengan demikian pembelajaran berbasis video ini efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Oleh:
Teti Lestian Wurdiyani, S.Pd.
Guru SD Negeri Petarangan Kecamatan Kledung,
Kabupaten Temanggung.