JATENGPOS.CO.ID, – Negara Indonesiatermasuk negara berkembang maka akan berusaha memajukannya salah satu diantaranya adalah bidang pendidikan. Persaingan semakin ketat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi di era perkembangan ini.. Oleh karena itu, diperlukan tenaga-tenaga ahli yang mampu bersaing, serta mau mempelajari penyebab kurang berhasilnya target nilai yang telah dicapai, sehingga persingan dapat berhasil lewat pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Seiring dengan perkembangan jaman itulah maka dunia pendidikan perlu dikembangkan juga, dalam hal ini menyangkut metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Agar tercapai secara maksimal
Seperti yang kita ketahui bersama yaitu masalah yang sangat menonjol yang dihadapi oleh pendidikan (khususnya dalam pembelajaran matematika) adalah hasil belajar para siswa yang belum memuaskan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil UASBN/US, bahwa rata-rata skor matematika siswa kelas VI di Indonesia jauh dibawah rata-rata skor internasional.. Kenyataan itu sangatlah memprihatinkan khususnya bagi dunia pendidikan kita, hal ini dapat disebabkan karena pada umumnya pembelajaran matematika yang ditemui selama ini masih menekankan pada tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu .
Kondisi ini tidak akan menumbuhkembangkan aspek kemampuan dan aktivitas siswa seperti yang diharapkan. Merujuk pendapat para ahli psikologi dikemukakan bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang nyata, wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi siswa, dengan mempraktekkan sendiri dan menemukan sendiri. Berdasarkan hal itu maka tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi yang memotivasi anak untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri. Di lain pihak umumnya jumlah siswa pada suatu kelas terlalu besar, kurangnya alat pelajaran dan siswa perlu mendapat kesempatan untuk bekerja dalam kelompok, serta memperoleh umpan balik padahal waktu guru terbatas.
Sekarang ini berkembang model-model pembelajaran matematika yang dimaksudkan untuk lebih memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk aktif belajar. Dapat juga dikatakan model-model tersebut untuk mengupayakan agar pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher oriented) berubah menjadi terpusat kepada siswa (student oriented). Salah satu model pembelajaran yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah model pembelajaran teman sebaya (model pembelajaran tutor sebaya). Kita tahu bahwa dalam kenyataannya, anak yang belajar dari anak-anak lain yang memiliki status dan umur yang sama, kematangan / harga diri yang tidakjauh berbeda, maka dia tidak akan merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap-sikap dari ‘guru-guru’nya tersebut. Sebab ‘guru-guru’nya , yaitu teman sebayanya itu, tidaklah begitu lebih bijaksana dan berpengalaman dari padanya. Anak relatif bebas bersikap dan berpikir, anak relatif bebas memilih perilaku yang dapat diterima / tidak diterima oleh teman-teman sebayanya. Anak bebas mencari hubungan yang bersifat pribadi dan bebas pula menguji dirinya dengan teman-teman lain. Dengan perasaan ‘bebas’ yang dimiliki itu maka diharapkan anak dapat lebih aktif dalam berkomunikasi, sehingga dapat mempermudah mereka dalam memahami konsep / materi yang sedang diajarkan oleh guru. Dengan demikian penggunaan model
Pembelajaran tutor sebaya ini selain dapat meningkatkan kecakapan siswa dalam berkomunikasi juga dapat memberi solusi kepada siswa dalam memahami suatu konsep mata pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mereka.
Pembelajaran tutor sebaya dapat dilakukan di berbagai tingkatan pendidikan dan tanpa terbatas pada pokok bahasan tertentu, sehingga dalam setiap jenjang pendidikan dapat diterapkan model pembelajaran tutor sebaya tanpa harus terpancang pada suatu pokok bahasan tertentu. Dengan menggunakan metode tutor sebaya sehingga siswa akan lebih leluasa dan tidak canggung dalam menyelesaikan materi pelajaran.
Misti Haryani, S.Pd.SD
Guru SD Negeri Bandungrejo, Bayan, Kab. Purworejo