JATENGPOS.CO.ID, KUDUS – Universitas Muria Kudus, Jawa Tengah, berhasil menciptakan alat khusus yang diklaim mampu membantu proses pembuatan mainan menjadi lebih cepat dan efektif sehingga bisa menunjang produktivitas perajin mainan tradisional di Kabupaten Jepara.
“Jenis mainan taradisional yang diproduksi para perajin mainan di Desa Karanganyar, Kecamatan Welahan, Jepara, selama ini berupa mainan tarik, trotokan dan kitiran,” kata Ketua Tim Pengabdian UMK Imaniar Purbasari di Kudus, Sabtu.
Sementara permintaan pasar, kata dia, saat ini masih cukup tinggi.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya berinisiatif untuk membuat alat yang bisa memudahkan pembuatan mainan tersebut karena di pasaran belum ada.
Dari hasil survei, mayoritas mainan yang dibuat menggunakan bahan spon, sehingga dibuatkanlah alat pemotong spon hidrolis agar lebih efektif.
“Mesinnya sederhana dan cetakannya juga bisa diganti, serta kapasitas cekatnya lebih besar dibanding secara manual,” terangnya.
Untuk operasional mesin tersebut, katanya, cukup mudah karena cukup tekan tombol “on” maka mesin hidrolis bekerja dan silinder hidrolis yang membawa cetakan potong akan memotong bahan sesuai kebutuhan.
Adapun kelebihannya, selain operasionalnya yang mudah, hasilnya juga lebih efisien karena tidak membutuhkan banyak tenaga dan perajin bisa mengoperasikan sambil duduk.
Kelebihan lainnya, yakni produk mainan yang diproduksi bisa lebih konsisten karena memiliki cetakan yang sama dan dibuat dengan mesin hidrolis yang memiliki tingkat presisi tinggi.
“Karena merupakan alat baru, tentunya masih ada hal-hal yang perlu disempurnakan,” ujarnya.
Konsekuensi dengan penggunaan alat baru tersebut, maka pengrajin mainan harus menanggung biaya tambahan penggunaan daya listrik.
Sebelum dibuatkan mesin hidrolis, tim pengabdian UMK juga melakukan pendampingan terhadap perajin mainan tersebut, baik berupa manajamen usahanya hingga pendampingan berupa pembuatan model atau gambar yang lebih menarik, sesuai dengan kesukaan anak-anak saat ini.
“Maklum, sebelumnya gambar yang dibuat masih terkesan kuno dan belum mengikuti perkembangan sehingga harus disesuaikan dengan keadaan terkini,” ujarnya. (fid/ant)