Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan ( KTSP ) 2006 telah digantikan dengan Kurikulum 2013, saat ini disempurnakan menjadi Kurikulum Nasional. Tujuan dari Kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Dengan model pembelajarannya yang Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan Gembira Berbobot ( PAIKEM GEMBROT). Pembelajaran berfungsi meningkatkan keaktifan siswa, sehingga guru harus bisa menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Salah satu muatan pelajaran dalam Kurikulum 2013 diantaranya pelajaran IPA dengan alokasi waktu per minggu 6 jam. Pelajaran IPA termasuk salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam USBN. Pelajaran IPA bagi sebagian besar siswa dianggap sulit dan tentu saja berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini diperparah dengan cara guru mengajar yang monoton, karena sebagian besar guru masih menggunakan metode ceramah yang membosankan. Kondisi seperti ini juga terjadi pada sebagian besar siswa Sekolah Dasar pada umumnya, motivasi belajar siswa terhadap pelajaran IPA sangat rendah.
Belajar IPA dapat dilakukan dengan berbagai media misalnya media alam, video pembelajaran, permainan kata serta strategi pembelajaran yang lain yang interaktif agar menumbuhkan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran IPA. Strategi pembelajaran yang tepat akan menunjang keberhasilan pembelajaran IPA. Penulis menggunakan metode Word square untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar IPA. Metode Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Metode Word square ini mirip seperti mengisi Teka – Teki Silang. Akan tetapi, perbedaannya adalah jawaban pada word square sudah ada, namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf penyamar atau pengecoh. Tujuan huruf pengecoh bukan untuk mempersulit peserta didik, melainkan untuk melatih sikap teliti dan kritis. Media yang diperlukan : Buatlah kotak sesuai keperluan, kemudian buat soal sesuai Kompetensi Dasar. Adapun langkah – langkah pembelajarannya sebagai berikut : Pertama Pendidik menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai. Kedua Pendidik membagikan lembaran kegiatan berupa soal – soal Word square. Jumlah soal berkisar antara 10 – 20 soal. Dimana dalam kotak Word square tersedia jawaban dari soal tersebut dengan menambah huruf – huruf pengecoh di antara jawaban soal. Ketiga Peserta didik menjawab soal, kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban. Dalam mengarsir siswa harus teliti jangan sampai huruf pengecoh ikut terarsir karena huruf pengecoh bukan jawaban. Siswa juga bisa menggunakan pensil warna dalam mengarsir agar jawaban lebih menarik. Keempat Berikan poin setiap jawaban dalam kotak. Zainal Aqib (2016:315).
Strategi pembelajaran Word square dapat diterapkan secara individu maupun kelompok, tetapi akan lebih efektif dan efisien serta menarik apabila dilakukan secara kelompok. Penerapan secara kelompok dengan cara kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-6 siswa. Kemudian tiap kelompok mendapat lembar tugas kelompok dan mendiskusikan jawaban soal tersebut. Dengan berdiskusi kelompok secara tidak langsung ada transfer ilmu antar siswa. Siswa yang sudah paham materi pelajaran bisa menjelaskan anggota kelompok yang kurang paham. Dengan demikian semua siswa paham dan mengerti betul materi yang telah disampaikan oleh guru. Berdasarkan ulasan tersebut dapat dikatakan bahwa strategi pembelajaran Word square dapat meningkatkan motivasi belajar IPA.
SUSI ANDARINI, S.Pd.
SD NEGERI KAJEN