Budayakan Literasi dengan Pojok Baca

Anies Khusnul Varia, S.Pd Guru SMP N 2 Sumberlawang, Kabupaten Sragen
Anies Khusnul Varia, S.Pd Guru SMP N 2 Sumberlawang, Kabupaten Sragen

JATENGPOS.CO.ID, – Budaya literasi telah banyak diterapkan di sekolah-sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa, serta meningkatkan mutu pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai pengembangan dari Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti pada Anak. Awal peluncuran GLS sendiri dilakukan secara simbolis dengan memberikan buku-buku paket bacaan yang didistribusikan di berbagai sekolah sebagai tonggak budaya literasi

Literasi pada dasarnya mengacu pada kemampuan membaca dan menulis. Kemampuan ini juga tidak bisa dilepaskan dari kemampuan menyimak dan berbicara. Dengan demikian, literasi identik dengan kemampuan menyeluruh keterampilan berbahasa yang terdiri dari kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Oleh karena itu seorang dikatakan literate (terdidik) apabila ia menguasai keempat keterampilan berbahasa. Dari ke empat keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan membaca dan menulis perlu terus dipelajari, dilatih, dan dibiasakan secara konsisten.

Upaya menanamkan budaya literasi agar seorang anak dapat mengembangkan  kemampuan membacanya adalah dengan cara pembiasaan membaca di rumah dan sekolah. Sehingga dengan adanya kemampuan membaca, kemampuan menulis seseorang tentu saja akan tumbuh. Membudayakan kebiasaan membaca harus dilatih secara kontinyu. Dengan demikian, kemampuan literasi mampu menjadi jantung dari semua proses pendidikan mulai dari pendidikan  prasekolah sampai ke perguruan tinggi.

Salah satu cara untuk menjadikan literasi sebagai jantung dalam proses pendidikan  di sekolah dengan menyediakan buku-buku di sekolah. Artinya membentuk budaya literasi siswa, sekolah menyediakan buku-buku yang dapat diakses tidak hanya terbatas pada buku paket. Untuk mewujudkan budaya gemar membaca seluruh warga sekolah, upaya yang dapat dilakukan  dengan memperkenalkan buku pada seluruh warga sekolah dan membuat pojok baca di setiap kelas. Pojok baca merupakan program dimana setiap kelas diharuskan membuat sudut tempat para siswa-siswi membaca, program ini sangat bermanfaat karena siswa diarahkan untuk menjadi produktif dalam hal membaca. Buku-buku  yang disediakan dalam pojok baca bisa tentang pendidikan, ilmu pengetahuan, buku fiksi, buku koleksi peserta didik sendiri, dan beberapa karya siswa yang bernilai seni agar memiliki kesan lebih indah. Sehingga mereka dapat bertukar pinjam dengan teman-teman.

Pengembangan minat baca siswa melalui pojok baca mempunyai beberapa manfaat antara lain: Pertama, pojok baca dapat merangsang siswa untuk lebih gemar membaca dan memiliki daya pikir yang baik. Kedua, untuk mendekatkan buku pada siswa. Ketiga, setiap saat siswa bisa membaca buku tanpa harus mondar mandir ke perpustakaan, sebab di kelas sudah tersedia buku-buku non pelajaran. Keempat, guru dapat menjadikan pojok baca sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran.

Diharapkan dengan adanya pojok baca akan memberikan kesadaran akan Gerakan Literasi Sekolah memberi manfaat bagi semua warga sekolah dan dapat mengangkat minat baca. Kesadaran akan  pentingnya berliterasi akan membuka mata bahwa  dengan membiasakan diri membaca dapat mengubah hidup dan jalan pikiran. Tinggi rendahnya minat baca suatu bangsa amat menentukan kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia sangat menentukan perkembangan suatu bangsa.

Anies Khusnul Varia, S.Pd

Guru SMP N 2 Sumberlawang, Kabupaten Sragen