JATENGPOS.CO.ID, Solo – Sebanyak 500 pembatik terlibat dalam Hari Batik Nasional 2019 yang diselenggarakan di Istana Mangkunegaran Surakarta, Rabu.
Pada kegiatan yang diselenggarakan oleh Yayasan Batik Indonesia didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation tersebut para pembatik tidak hanya dari pembatik profesional tetapi juga sejumlah pelajar sekolah di Soloraya.
Ketua Panitia Hari Batik Nasional 2019 Diana Santosa berharap kegiatan dengan tema “Membatik Untuk Negeri” tersebut dapat meningkatkan semangat pengrajin batik untuk terus berkreasi dan berkembang untuk kemajuan Batik Indonesia.
Pada peringatan tersebut, pihaknya menyelenggarakan beragam kegiatan di antaranya pameran pasar batik rakyat, batik installation, talkshow, dan peragaan busana.
“Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan nilai tambah batik Indonesia yang merupakan potensi kekayaan nasional,” katanya.
Selain itu, kegiatan yang didatangi oleh Presiden Joko Widodo tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap batik tradisional Indonesia sehingga pasar batik yang sudah sedikit menurun dapat bangkit kembali.
“Kegiatan ini juga dilakukan sebagai sebagai simbol dukungan dan kecintaan pemerintah dan masyarakat terhadap batik yang merupakan warisan budaya tak benda milik Indonesia yang sudah diakui oleh UNESCO,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian mengatakan mencintai batik Indonesia adalah tanggung jawab setiap warga negara Indonesia yang berbudaya.
“Yayasan Batik Indonesia sebagai induk organisasi pembatik di Indonesia memiliki visi dan misi untuk pelestarian dan pembinaan batik yang juga menjadi perhatian Bakti Budaya Djarum Foundation, karena itu kami sudah beberapa kali bekerja sama dan mendukung kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Batik Indonesia agar batik sebagai ikon budaya bangsa Indonesia dapat dilestarikan, dikembangkan, dan menjadi bagian dari gaya hidup yang kekinian, khususnya bagi generasi muda Indonesia,” katanya.
Sementara itu, untuk mempertahankan pengakuan tersebut, dikatakannya, diperlukan tindakan nyata untuk memenuhi komponen penilaian dari UNESCO, yaitu preservasi, edukasi, dan inspirasi kepada masyarakat terhadap aset yang dimiliki.
“Oleh karena itu, Yayasan Batik Indonesia sebagai lembaga dan mitra kerja pemerintah dalam mengembangkan, melestarikan, dan membina pengusaha atau pengrajin batik nasional berupaya menggaungkan semangat membatik melalui beragam acara dan serangkaian aktivitas guna meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang batik,” katanya.
Sebagai tulang punggung perekonomian UMKM di Indonesia, Kementerian Perindustrian mencatat ekspor batik Indonesia mencapai 52,4 juta dolar AS atau sekitar Rp747,4 miliar di sepanjang 2018. (fid/ant)