GROBOGAN – Banyak budaya adiluhung hasil ciptaan nenek moyang bangsa Indonesia yang masih dapat dinikmati hingga sekarang. Diantara budaya adiluhung itu berupa sistem tanda grafis yang disebut aksara. Salah satu aksara yang hingga kini masih digunakan ialah aksara Jawa (ha na ca ra ka).
Menurut Djaelani (2010:14) dalam jangka waktu ratusan tahun itu, aksara Jawa telah berjasa mendokumentasikan dan mengabadikan banyak buah cipta dalam bentuk karya tulis, baik yang masih dalam bentuk manuskrip maupun yang sudah dalam bentuk cetakan. Pada tahun 1975-1990 terasa bahwa kepedulian terhadap penggunaan aksara Jawa sungguh amat jauh tidak sepadan dengan jasanya.
Pada kurun waktu itu, aksara Jawa hampir lenyap dari peredaran yang berkaitan dengan aktivitas baca tulis, terutama dilingkungan SD,SMP apalagi SLTA karena bahasa Jawa tidak dijadikan mata pelajaran wajib. Akibatnya anak-anak semakin tidak mengenal aksara Jawa, dalam arti tidak mampu menggunakan aksara ha na ca ra ka dalam kegiatan baca-tulis.
Dalam situasi seperti itu, kedudukan pembelajaran bahasa daerah kususnya Bahasa dan Sastra Jawa makin strategis. Kenyataan itu secara tidak langsung berpengaruh pada kegiatan proses belajar mengajar di kelas. Kurang termotivasinya guru terhadap materi yang disampaikan menyebabkan suasana pembelajaran tidak kondusif. Imbasnya, siswa menjadi jenuh, malas, dan akhirnya menurunkan minat siswa terhadap sastra Jawa kususnya menulis bacaan berhuruf Jawa, bahkan nilai – nilai yang dapat ditanamkan melalui sastra justru luntur. Banyak siswa – siswa jaman sekarang tidak bisa menulis bacaan huruf Jawa. Padahal itu merupakan nilai budaya bangsa yang sangat luhur.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode jigsaw terbukti dapat meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa pada peserta didik kelas VIII I SMP N 2 Toroh Grobogan Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal tersebut ditandai dari ketercapaian indikator keberhasilan PTK dan adanya peningkatan rata-rata siklus I sebesar 71 dan siklus II 81.Untuk pencapaian ketuntasan belajar individual siklus I sebesar 64% dan siklus II sebesar 82%.Sikap dan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran juga terlihat meningkat dari rata-rata, sedang menjadi baik bahkan baik sekali. Aktifitas guru juga semakin meningkat yakni mampu mengelola proses pembelajaran lebih aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan.
Nasution (2000:34) mengemukakan beberapa manfaat dari kerja kelompok, 1) mempertinggi hasil belajar, baik secara kuantitaif maupun kualitatif, 2) keputusan kelompok lebih mudah diterima setiap anggota, bila mereka turut memikirkan dan memutuskan bersama- sama, 3) mengembangkan perasaan social dan pergaulan social yang baik, dan 4)meningkatkan rasa percaya diri anggota kelompok. Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kelompok dapat digunakan untuk membantu siswa memecahkan masalah yang sedang dihadapi secara bersama- sama dalam interaksi social yang dapat menumbuh kembangkan sifat-sifat disiplin, toleransi, kerjasama, dan bertanggung jawab.
Sampai saat sekarang terdapat beberapa model pembelajaran kooperatif atau pembelajaran kelompok yang dikembangkan oleh para pakar pendidikan, diantaranya adalah Jigsaw. Suhita dan Nugraheni (2011:12) menjelaskan bahwa skenario pembelajaran dengan Jigsaw adalah sebagai berikut: (1) guru membagi siswa dalam kelompok kecil beranggotakan 5-6 siswa yang heterogen. (2) materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi – bagi menjadi beberapa sub bab. (3) setiap anggota kelompok membaca subbab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajari. (4) anggota dari kelompok lain yang mempelajari subbab yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk berdiskusi tentang subbab yang mereka pelajari. (5) setiap anggota kelompok ahli kembali kekelompoknya dan mengajar teman-teman dalam kelompoknya tentang materi yang telah didiskusikan dalam kelompok ahli. (6) pada pertemuan dan diskusi kelompok asal setelah memperoleh penjelasan dari tim ahli, siswa dikenai tagihan berupa kuis individu. Persyaratan yang harus dipersiapkan guru dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah (1) bahan kuis (2) lembar kerja (3) rencana pembelajaran (4) evaluasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengemukakan bahwa dengan menerapkan metode Jigsaw dapat meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa.
Ambarwati,S.Pd
SMP Negeri 2 Toroh Kab.Grobogan