GROBOGAN – Role Playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang di dalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing, murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Role Playing biasanya lebih cocok untuk pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya materi drama, tetapi tidak ada salahnya jika bermain peran ini juga digunakan untuk pelajaran IPA, salah satunya adalah materi yang terdapat dalam kompetensi dasar Tata Surya. Mempelajari tata surya termasuk salah satu materi favorit siswa, dimana siswa begitu tidak sabar untuk memperagakan peristiwa fenomena alam melalui role playing. Materi tata surya yang dapat menggunakan metode role playing adalah terjadinya siang dan malam, serta terjadinya gerhana matahari dan bulan.
Proses terjadinya siang dan malam adalah sebagai akibat gerakan rotasi bumi, sedangkan gerhana matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara bumi dan matahari, sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya matahari, demikian juga gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi, itu terjadi bila bumi berada diantara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar matahari tidak mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi. Ketiga hal tersebut dapat diperankan oleh siswa melalui permainan gerak, masing-masing siswa dalam satu kelompok mendapatkan peran sebagai matahari, bumi ataupun bulan. Role playing materi tata surya ini membutuhkan senter sebagai salah satu sumber cahaya yang akan digunakan oleh salah satu siswa yang berperan sebagai matahari, satu siswa yang berperan sebagai bulan dan 4 siswa yang lainnya berperan sebagai bumi.
Sebagian besar siswa belum memahami bagaimana terjadinya siang dan malam serta belum mengetahui juga bagaimana proses gerhana matahari dan bulan. Ketika guru memberikan apersepsi tentang pengertian gerhana, beberapa siswa menjawab gerhana matahari dan bulan berdasarkan asumsi masyarakat atau dari cerita kedua orang tuanya yang mengatakan bahwa gerhana bulan terjadi karena bulan dimakan raksasa atau makhluk magis lainnya, konon katanya ada racun yang tersebar saat gerhana, gerhana dipercaya juga sebagai akibat dari pertikaian antara bulan dan matahari, bahkan saat gerhana ibu hamil harus bersembunyi di kolong tempat tidur karena dipercaya anak akan lahir cacat, sehingga orang tua tidak memperbolehkan anak-anaknya melihat fenomena alam itu secara langsung karena takut terjadi sesuatu yang buruk.
Role playing materi tata surya salah satu metode yang dapat dilakukan oleh siswa untuk memahami materi tata surya, dalam pembelajaran ini, siswa dalam satu kelompok dibagi peran sebagai matahari, bumi dan bulan. Siswa yang berperan sebagai matahari membawa senter sebagai sumber cahaya. Peristiwa terjadinya siang dan malam dapat dilakukan dengan cara siswa yang berperan sebagai bumi dan bulan melakukan gerakan rotasi dan revolusiterhadap siswa yang berperan sebagai matahari, sambil mengatakan “siang” saat mendapatkan cahaya lampu senter dan mengatakan “malam” ketika berada pada posisi yang tidak mendapatkan cahaya lampu dari senter. Selain mempelajari terjadinya siang dan malam, siswa melakukan juga role playing terjadinya gerhana, siswa melakukan role playing seolah-olah berada pada posisi terjadi gerhana matahari dan bulan, yaitu ketika gerhana matahari, siswa yang berperan sebagai bulan berada di antara matahari dan bulan, demikian juga ketika gerhana bulan, siswa yang berperan sebagai bumi berada di antara siswa yang berperan sebagai matahari dan bulan. Senter sebagai sumber cahaya sebaiknya berukuran besar dan lebih dari satu, sehingga dapat terlihat daerah umbra dan panumbranya dan sebaiknya dilakukan dalam suatu ruangan yang gelap.
Role playing materi tata surya dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang terjadinya gerhana matahari dan bulan, sehingga siswa mendapatkan ilmu yang tepat dan tidak mempercayai lagi mitos terjadinya gerhana berdasarkan asumsi masyarakat zaman dulu. Dengan bermain peran dan melakukan gerakan sesuai dengan perannya masing-masing, siswa mendapatkan pemahaman melalui perannya sebagai matahari, bumi dan bulan dengan hati yang riang dan mampu menerapkannya dalam memahami proses terjadinya gerhana matahari dan bulan.Role playing dalam pembelajaran IPA membuat siswa termotivasi mengamati fenomena alam, ini dapat dilihat dari antusias siswa ketika menceritakan pengalaman mereka saat melihat gerhana bulan yang terjadi pada hari Rabu, tanggal 31 Januari 2018 kemarin, dan menumbuhkan rasa keingintahuan yang besar bagaimana Super Blue Blood Moon dapat terjadi. Sebelum bermain role playing terjadinya gerhana matahari dan bulan, siswa belum mengetahui mengapa gerhana dapat terjadi dan hanya mendapatkan cerita dari masyarakat tentang bulan berwarna merah yang menakutkan dan akan mengakibatkan hal-hal yang negatif.
Setelah bermain peran terjadinya siang dan malam serta bermain peran posisi gerhana matahari dan bulan, siswa mampu menjelaskan terjadinya gerhana dengan benar dan sesuai logika tidak hanya berdasarkan asumsi yang sudah terlanjur dikenal di masyarakat berhubungan dengan gerhana. Melalui role playing terjadinya gerhana, pemahaman siswa dapat meningkat dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar dalam belajar IPA dan menumbuhkan pola pikir berdasarkan fakta yang benar tidak hanya sekedar percaya pada mitos.
Oleh :
Anita Nur Sholekha, S. Pd.
Guru SMP N 2 TEGOWANU,Kabupaten Grobogan