Jigsaw Tingkatkan Minat Belajar IPA

Ismuhartik,S.Pd., Guru MTs N WirosariGrobogan
Ismuhartik,S.Pd., Guru MTs N WirosariGrobogan

GROBOGAN – Setiap guru menginginkan proses pembelajaran yang dilaksanakannya menyenangkan dan berpusat pada siswa. Menurut Nasution(2000:94) pembelajaran akan lebih menarik dan berhasil, apabila dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman dimana anak dapat melihat, meraba, mengucapkan, berbuat, mencoba, berfikir dan sebagainya. Pelajaran tidak hanya bersifat intelektual, melainkan juga bersifat emosional. Kegembiraan belajar dapat mempertinggi hasil pelajaran.

Pembelajaran dengan metode Cooperative Learning model Jigsaw diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif dalam rangka meningkakan hasil belajar siswa kelas VIII  dalam pembelajaran IPA. Keunggulan metode Jigsaw dalam pembelajaran IPA adala: dapat meningkatkan kerjasama antara siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena setiap anggota kelompok harus menguasai materi soal yang ditugaskan oleh guru dan harus menerangkan kepada teman-teman sekelompoknya mengenai materi soal yang menjadi tanggung jawabnya.

Baca juga:  Kamus Zaman ‘Dylan’ versus Kamus Zaman Now

Dengan menggunakan model Jigsaw dalam pembelajaran IPA akan menjadi semakin bervariatif, dapat mengurangi kejenuhan siswa, siswa akan menjadi aktif, tidak mengantuk dan lebih berkonsentrasi dalam proses pembelajaran IPA. Hal tersebut ternyata mampu mendorong perubahan perilaku belajar siswa. Maka sangat tepat jika jigsaw diterpakan oleh guru.

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (biasanya terdapat 4 atau 5 anggota) yang biasanya merupakan kelompok heterogen.Siswa bekerja dalam tim beranggotakan empat atau lima orang, setiap siswa ditugasi mempelajari satu sub-bab tertentu dari sebuah buku. Setiap siswa ditugasi mempelajari suatu topik agar menjadi pakar dalam topik itu. Siswa dalam topik yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan topik itu. Setelah itu mereka kembali ke tim mereka masing-masing untuk secara bergantian mengajarkan apa yang mereka pelajari kepada teman satu tim mereka. Siswa diberi kuis secara individual, yang menghasilkan skor tim (Nur Mohamad, 2000:29).

iklan
Baca juga:  Dengan “Sigit” Guru Kuasai TIK

Sebagai contoh, jika materi yang diajarkan itu adalahSistem gerak pada manusia,  seorang siswa mempelajari tentang rangka manusia, siswa lain mempelajari tentang tulang, siswa lain lagi mempelajari tentang sendi, dan yang terakhir tentangotot. Anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Dengan demikian terdapat kelompok ahlirangka, ahli tulang, ahli sendi, dan ahli otot. Selanjutnya anggota tim ahli kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan di dalam kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada teman kelompok asalnya sendiri.

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini penulis menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning model Jigsaw dengan dua Siklus, masing-masing siklus dua pertemuan. masing-masing pertemuan 2×40 menit. Setiap siklus terdapat 4 tahapan meliputi: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Baca juga:  Treasure Hunt untuk mendorong kreatifitas siswa

Dari perumusan masalah kemudian perencanaan siklus 1,dilanjutkan pelaksanaan siklus1,observasi siklus 1,refleksi siklus Idan akhirnya merencanakan siklus2,pelaksanaan siklus2,observasi siklus2,ditutup dengan refleksi siklus2.

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran yang penulis lakukan  memang ada Siswa yang tidak setuju dengan metode Jigsaw pada mata pelajaran IPA karena tidak dapat berkonsentrasi dengan baik, merasa tertinggal, minder, tidak berani bicara dan takut salah. Namun jika sudah terbiasa Pembelajaran IPA dengan model Jigsaw mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Ismuhartik,S.Pd.,

Guru MTs N WirosariGrobogan

iklan