spot_img
33 C
Semarang
Sabtu, 28 Juni 2025
spot_img

Dampak Psikologis Siswa pada Pembelajaran Online

Sejak pandemi covid-19, pemerintah memutuskan agar segala kegiatan belajar mengajar dilakukan di rumah secara online. Walau bisa melindungi anak dari virus Corona, sekolah online juga berpotensi menimbulkan dampak negatif terutama dampak psikologis. Dari semua subyek satuan pendidikan, siswa ternyata paling terdampak selama proses pembelajaran jarak jauh. Mereka harus melakukan penyesuaian akademik, membatasi interaksi sosial, dan mengalami perasaan negatif.

Kegiatan belajar yang dilakukan di rumah secara terus-menerus berpotensi menimbulkan dampak psikologis pada anak, di antaranya adalah pertama: Kurang memahami pelajaran dengan baik. Keterbatasan interaksi saat belajar secara online bisa membuat anak kesulitan untuk memahami penjelasan yang dipaparkan oleh guru. Ditambah lagi bila anak sungkan atau ragu untuk bertanya. Selain itu, koneksi internet dan gadget yang tidak memadai pun dapat menyebabkan anak kesulitan dalam memahami pelajaran dan berdampak pada nilai akademisnya.

Kedua, lebih malas dan tergantung pada orang tua. Menghabiskan lebih banyak waktu bersama orang tua memang penting. Namun, ini bisa membuat anak menjadi lebih malas, kurang belajar untuk mandiri, dan tergantung pada orang tua. Bagi sebagian anak, belajar di rumah secara online dianggap lebih susah dan tidak menarik daripada belajar langsung di sekolah. Ini bisa membuat anak jadi enggan untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Terkadang orang tua ingin membantu anak menyelesaikan tugas-tugas tersebut agar anak bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan memperoleh nilai maksimal. Namun, jika ini terlalu sering terjadi, anak bisa mengandalkan orang tua dan lepas tangan akan tugas-tugasnya.

Baca juga:  Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Teknologi Informasi Komunikasi

Ketiga, terpapar gadget lebih sering. Sekolah online mengharuskan anak untuk lebih sering menggunakan gadget. Padahal waktu menggunakan gadget yang dianjurkan pada anak sekolah menengah pertama hanya 2-3 jam. Bila tidak dilakukan pembatasan yang ketat, anak bisa jadi terbiasa menggunakan gadget, bahkan di sela-sela waktu belajarnya. Hal ini bisa menimbulkan dampak negatif pada kesehatan mata anak dan menyebabkan anak kecanduan gadget.

Keempat, rasa cemas dan stres meningkat. Anak bisa lebih rentan merasa cemas dan stres selama sekolah online. Hal ini karena sebagian guru mungkin akan merasa bahwa yang disampaikan lewat kelas online masih tidak cukup, sehingga mereka cenderung memberikan lebih banyak tugas yang bisa membebani anak. Berada di rumah lebih sering juga bisa membuat anak bosan dan merasa bertanggung jawab akan tugas-tugas rumah. Belum lagi jika orang tua meminta tolong kepada anak di sela-sela waktu istirahat yang sebenarnya anak butuhkan. Ini bisa membuat anak merasa kebebasannya terenggut dan akhirnya stres.

Baca juga:  Penyediaan Air Minum Meningkatkan Imunitas dan Konsentrasi Siswa

Kelima, Minim bersosialisasi. Selama menjalani sekolah di rumah, anak jadi tidak bisa bermain bebas di sekolah bersama teman-temannya. Anak pun jadi tidak bisa bersosialisasi dengan orang baru. Bila hal ini terjadi dalam waktu yang lama, anak bisa menjadi pribadi yang pendiam dan tidak percaya diri di kemudian hari.

Keenam, berisiko tinggi menjadi pelampiasan stres orang tua. Perlu diakui bahwa membimbing anak belajar memerlukan energi dan kesabaran yang cukup besar. Ditambah lagi, sebagian orang tua juga harus berkerja di rumah. Melakukan semua ini secara bersamaan tentu dapat membuat orang tua menjadi stres. Dengan tingkat stres yang tinggi dan mungkin anak yang terus-menerus menuntut untuk dibantu atau ditemani, bukan tidak mungkin orang tua sewaktu-waktu kehilangan kesabaran dan memarahi, membentak, atau bahkan melakukan kekerasan fisik pada anak.

Meski begitu, tetap berada di rumah merupakan pilihan yang paling baik pada keadaan pandemi covid-19. Tentunya, anak juga tetap perlu mendapatkan edukasi yang memadai. Jadi, usahakan untuk tetap bersabar dan melakukan yang terbaik saat mendampingi anak belajar.

 

Etik Hambawany, S.Psi

SMP Negeri 2 Wonosari

spot_img

TERKINI