Tenun Ikat Bima, Dikenal Dunia Berkat Pertamina

Dibantu Modal hingga Pameran ke Luar Negeri

- PERAJIN TROSO- Riyan Hidayat (39), perajin kain Tenun Ikat Bima, dari Troso Jepara, sebagai mitra binaan Pertamina, saat memamerkan produknya disela pameran di Semarang baru-baru ini. FOTO : ANING KARINDRA/JATENG POS

JATENGPOS.CO.ID, – BERAWAL dari modal yang diterima dari Pertamina, usaha Tenun Ikat Bima, dari Troso, Kabupaten Jepara, terus berkembang. Usaha milik
milik Riyan Hidayat (39) yang ditekuni sejak tahun 2005 ini bahkan mulai dikenal dunia dengan pasar luar negeri makin luas.

Riyan menuturkan, latar belakang usahanya dimulai dari membantu kedua orang tuanya. Kebetulan, usaha orang tuanya telah sukses terlebih dahulu melalui brand Dewi Sinta, yang juga menjadi mitra binaan Pertamina.

Terpacu memiliki usaha sendiri, Riyan pun berambisi membuat brand produk sendiri. Menggunakan nama anaknya, ia pun mulai mengajukan diri sebagai bagian dari mitra binaan Pertamina dengan brand ‘Tenun Ikat Bima’.

“Pada awal usaha, tahun 2005 saya sama orang tua hanya dimodali 5 unit Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan 5 orang karyawan. Untuk model membeli bahan baku benang, saya mengajukan pinjaman modal ke Pertamina senilai Rp25 juta,” katanya, kepada Jateng Pos.

iklan

Menurt Riyan, dari modal tersebut ia mampu mengembangkan usahanya. Bahkan produksinya terus meningkat seiring permintaan pasar yang makin bagus.

“Dalam sebulan saya bisa produksi ribuan meter kain tenun, dengan karyawan yang sempat mencapai 40-50 orang,” ungkapnya.

Baca juga:  Komisi IV DPR RI Tinjau Program Serasi di Banyuasin

Untuk terus mengembangkan usahanya, Riyan pun tetap kembali mengajukan permodalan ke Pertamina. Bahkan, terhitung sudah 3 kali usahanya mendapatkan suntikan modal dari Pertamina.

“Sampai sekarang sudah 3 kali dapat suntikan modal sebagai mitra binaan Pertamina. Dari yang semula Rp25 juta, terakhir bisa mendapatkan modal Rp250 juta,” ujarnya.

Berbagai keuntungan dirasakan oleh Riyan selama menjadi mitra binaan Pertamina. Selain bunga yang sangat rendah, usahanya terus mendapat pendampingan. Bahkan, untuk pemasaran pun ikut dibantu melalui pameran-pameran, baik dalam negeri maupun sampai ke luar negeri.

“Sudah dapat modal, usahanya juga masih didampingi, dipromosikan. Sering diikutkan pelatihan-pelatihan, dapat banyak ilmu, seperti latihan e commerce, dan lain-lain. Saya juga sering diajak pameran di sejumlah kota di Indonesia, hingga ke beberapa negara,” tukasnya.

Dijelaskan, dari pameran-pameran yang diikutinya sebagai mitra binaan Pertamina, produk Tenun Ikat Bima makin dikenal dunia melalui permintaan ekspor yang terus meningkat. Bahkan, tak jarang Riyan harusbmenolak permintaan luar negeri karena keterbatasan produksi.

“Permintaan dari luar negeri bisa 35-40 persen dari total produk, mulai dari Asia seperti Cina, Myanmar, juga dari Eropa seperti Belanda, dan beberapa negara Timur Tengah. Permintaan dari luar negeri minimal sekali kirim 5.000 meter,” ujarnya.

Baca juga:  PKS Ingatkan Beratnya Pemprov Penuhi Target Pertumbuhan Ekonomi 3 %

Riyan mengakui, produknya banyak diminati pasar luar negeri lantaran unik. Dari pameran yang diikuti di Cina dan Belanda misalnya, 80 persen produk yang dibawanya ludes terjual, dan berlanjut dengan pemesanan yang terus mengalir.

“Kalau pasar luar negeri lebih senang dengan produk jadi karena diisana terbilang ribet kalau harus menjahit ongkos mahal. Baju-baju, sutra, sarung santai, sarung goyor itu laris sekali. Produknya saya jual dengan harga Rp55 ribu hingga Rp3 jutaan per potong,” terangnya.

Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Resposibility (CSR) PT Pertamina Patra Niaga Jawa bagian Tengah Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero), Brasto Galih Nugroho mengatakan, melalui program kemitraan, Pertamina memang berkomitmen untuk mendorong UMKM bisa maju dan berkembang. Beragam keuntungan dengan persyaratan yang relatif mudah bisa diperoleh oleh UMKM dalam program kemitraan.

“Banyak keuntungan yang akan didapatkan para mitra binaan. Mulai dari bantuan untuk mendapatkan sertifikat atau izin usaha, menjadi UMK naik kelas, penambahan omzet, kapasitas produksi, dan pekerja, pendampingan usaha, pemasaran, serta dapat menjadi UMK Go Global,” jelasnya.

Baca juga:  Panarama Bangun Cluster Sentiasa

Di wilayah Jawa Tengah dan DIY, lanjut Brasto, Pertamina telah menyalurkan dana program kemitraan hingga Rp327 miliar. Program yang kini bernama Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil (PUMK) ini sudah dirasakan oleh 9.269 mitra binaan di kedua provinsi ini

“Jumlah Mitra Binaan Pertamina dari awal program hingga kini, baik yang sudah lunas atau masih berjalan mencapai 9.269 UMKM yang tersebar di seluruh wilayah Jateng – DIY,” tuturnya.

Adapun sektor usaha yang dapat dibantu dengan program kemitraan ini mulai dari Sektor Industri, Sektor Perdagangan, Sektor Pertanian, Sektor Peternakan, Sektor Perkebunan, Sektor Perikanan, dan Sektor Jasa. Sedangkan cara menjadi mitra binaan Pertamina secara umum adalah usaha mikro dan usaha kecil yang belum memenuhi kriteria atau memiliki akses pinjaman kepada lembaga Pendanaan atau perbankan.

“Untuk mengetahui lebih jauh terkait program kemitraan Pertamina bisa membuka website https://www.pertamina.com/id/cara-menjadi-mitra-binaan-program-kemitraan ). Selain itu, calon mitra binaan dapat pula mengubungi call center Pertamina yaitu 135,” tandasnya.

Sementara, sejak program kemitraan digulirkan, tingkat pengembalian pinjaman atau kolektabilitas penyaluran pinjaman sangat terjaga, dengan rata-rata mencapai 98,41%.(aln)

iklan