JasMerah dan Literasi

Ika Wahyuningsih SDN Kuwarasan 02
Ika Wahyuningsih SDN Kuwarasan 02

JATENGPOS.CO.ID, – Tahun lalu, Presiden Joko Widodo mulai memberlakukan hari Lahir Pancasila sebagai hari libur nasional walaupun sejak 2016 sudah ditetapkan 1 Juni sebagai hari Lahir Pancasila. Sejak saat itu tanggal 1 Juni lebih diingat oleh siswa. Bukan karena sejarahnya melainkan hari liburnya meski mereka harus tetap mengikuti upacara. Hal ini hanya salah satu fakta ketika melihat anak Indonesia yang mulai lupa terhadap sejarah, khususnya siswa kelas V yang materi ini dipelajari di semester 2 mulai dari perjuangan melawan penjajah, proklamasi, hingga perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Setiap bangsa pasti memiliki sejarah. Kesadaran sejarah memahami perjalanan sejarah bangsanya sendiri. Sejarah mengenal bagaimana kehidupan masyarakat atau bangsa terdahulu sehingga dapat memberikan gambaran dan menjadi pedoman bagi suatu bangsa untuk melangkah di kehidupan masa kini dan akan datang. Hal itulah yang harus dipahamkan kepada generasi muda khususnya mulai tingkat sekolah dasar betapa pentingnya sejarah.

“Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”. Itu salah satu pesan yang disampaikan Bung Karno dan dikenal sebagai pidato Jasmerah. Menurut AH Nasution, Jasmerah merupakan akronim (singkatan) yang dibuat oleh kesatuan aksi, sedangkan Bung Karno sendiri memberi judul pidatonya “Karno Mempertahankan Garis Politiknya yang Berlaku, Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”. Menurut beliau, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.

Baca juga:  Pelayanan Prima Dalam Belajar Kimia

Sejarah merupakan salah satu bagian dari pelajaran IPS yang dianggap siswa cukup membosankan. Oleh karena itu sebagai guru harus mencari solusi supaya siswa lebih terbiasa mengenal sejarah, sehingga sejarah bukan lagi menjadi masa lalu yang harus dilupakan. Salah satu cara yang dapat diterapkan guru adalah dengan budaya literasi. Sangat tepat sekali dikaitkan dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) saat ini yang tengah digerakkan oleh pemerintah, tak terkecuali pada jenjang Sekolah Dasar.

iklan

Literasi sekolah dalam konteks gerakan literasi sekolah (GLS) di Sekolah Dasar merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, seperti membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara. Literasi tetap merujuk kepada kemampuan membaca dan menulis. Hal yang terpenting dari literasi adalah seseorang harus bebas buta aksara  atau melek huruf (bisa baca-tulis) agar mampu memahami semua konsep fungsionalnya. Kemampuan baca tulis yang sudah dimiliki anak usia SD khususnya kelas V dilakukan pembiasaan oleh sekolah dan terlebih oleh guru kelas.

Baca juga:  Menulis Puisi dengan Menemu Baling

Melalui budaya literasi, kesadaran sejarah dan pendidikan karakter siswa juga akan terbentuk dari pembiasaan. Pendidikan karakter adalah segala usaha yang dilakukan dalam mendidik peserta didik sehingga memiliki karakter yang dikehendaki yaitu karakter-karakter yang sesuai dengan nilai-nilai moral, berbangsa dan bernegara serta etika dan budaya. Penguatan karakter yaitu mempertegas pencapaian terbentuknya karakter peserta didik. Pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya melalui literasi berkaitan dengan kesadaran sejarah dapat terbentuk nilai karakter cinta tanah air.

Karakter cinta tanah air adalah suatu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Pendidikan karakter dan literasi selalu berproses dan tidak pernah selesai dilakukan oleh individu. Proses itu terus menerus dilakukan untuk mencapai kesempurnaan. Guru kelas dapat membantu menumbuhkan proses pengembangan budaya literasi dan pendidikan karakter itu dengan cara memberikan soal yang berkaitan dengan sejarah.

Setiap 2 minggu sekali guru memberikan kuis kepada siswa yang berkaitan dengan sejarah. Soal dari kuis tersebut membutuhkan jawaban yang harus didapatkan dengan kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, seperti membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara (literasi). Setiap anak yang menjawab benar harus mempresentasikan di depan guru sehingga guru akan mengetahui sejauh mana peserta didik membudayakan literasi. Peserta didik yang berhasil menjawab kuis dari guru dengan baik akan diberikan poin dalam bentuk koin literasi yang bisa dikumpulkan peserta didik yang kemudian dapat dijadikan sebagai tambahan nilai, khususnya nilai sikap.

Baca juga:  Pembelajaran Multikultural Tingkatkan Berpikir Kritis Matematika

Kegiatan penumbuhan budaya literasi dan kesadaran sejarah tersebut harus dilakukan dengan konsisten. Dengan pembiasaan tersebut maka peserta didik akan tertarik dan semangat untuk mendapatkan koin tersebut sehingga menjadi motivasi untuk menumbuhkan budaya literasi dan kesadaran sejarah bangsa ini. Jika sudah berhasil dapat diaplikasikan pada program sekolah ketika upacara memperingati hari besar diadakan kuis. Dengan demikian, peserta didik akan memahami sejarah dan meningkat budaya literasi sekaligus penguatan pendidikan karakter cinta tanah air. Para pendiri bangsa ini pasti akan bangga terhadap generasi penerus bangsa yang tak melupakan sejarah.(Jasmerah).

Ika Wahyuningsih

SDN Kuwarasan 02

iklan