spot_img
32.6 C
Semarang
Minggu, 29 Juni 2025
spot_img

25 Hektar Pertanian Kalijirak Terancam Gagal Panen

JATENGPOS.CO.ID,  KARANGANYAR – Petani padi dan palawija di Desa Kalijirak, Kecamatan Tasikmadu menyesalkan penutupan Waduk Delingan sehingga sulit mendapatkan air. Pasalnya sumur dalam yang ada selain mengering, kondisinya juga malah merugi karena pulsa listrik dan air yang dihasilkan tidak sepadan.

“Ini puncak kesulitan warga. Kita datangi waduk Delingan. Kita minta agar pintu air dibuka. Karena sudah 14 hari petani kesulitan mengairi sawah. Ini petani kita terancam gagal panen,” jelas Tri Joko Susilo, Kepala Desa Kalijirak itu pada wartawan, kemarin.

Pihaknya mengaku sudah berkirim surat ke BBWS Bengawan Solo dan Bupati Karanganyar, namun juga belum ada solusi terhadap keluhan petani. Sehingga, dengan sangat terpaksa Kades ditemani warganya datang ke Delingan. Untuk meminta agar pintu air waduk Delingan dibuka karena jika tidak, dipastikan petani akan gagal panen.

Baca juga:  Ning Nawal Ajak BKOW Sukseskan Program "Satu Kecamatan Satu Rumah Perlindungan"

“Kita lakukan pendekatan persuasif, karena kita tahu waduk ini penting. Dan kita tanya jedalaman masih 10,7 meter, kondisi waduk itu ada air dan lebih dari batas elefasi. Makanya penutupan waduk oleh BBWS itu sangat disayangkan. Logika kita g masuk. Jika untuk jaga-jaga MT 1, karena itu sudah musim hujan. Wong saat ini saja hampir mati. Mikir MT 1,” keluhnya.

Jirih payahnya bersama warga akhirnya membuahkan hasil, pasalnya pihak waduk Delingan membuka pintu meski hanya 100 liter per detik. Namun, petani Kalijirak yang sebagian besar adalah petani palawija ini masih berharap ada bantuan dari pemerintah agar persoalan pengairan petani Kalijirak dapat dicarikan solusi.

Baca juga:  Terjerat Kasus Jual Beli Saham, Salah Satu Pengacara Peradi Surakarta Dilaporkan Polisi Dugaan Pemerasan

Salah satu petani Kalijirak, Suyoko (60) mengeluhkan kondisi sulitnya pengairan ini. Padahal, kemarin waktu mau tanam padi itu, Pemerintah memberi bibit, petani disuruh tetap menanam pada MT3.

“Bibit padi dan kedelai juga dikasih. Begitu tanam, lha kok malah ditutup bendungannya. Petani butuh sumur bur besar. Kita ada dia sumur kecil dengan kekuatan dua liter perdetik. Malah gak terpakai. Karena pulsa dan air tak sesuai. Petani susah mas, pupuk juga sulit, barang ada, gak boleh beli. Karena jatah habis,” ujarnya. (yas)

spot_img

TERKINI