Tumbuhkan Karakter Siswa Melalui Metode “Pemaksaan”

Watini , S.Pd SMP 2 Margorejo Pati
Watini , S.Pd SMP 2 Margorejo Pati

JATENGPOS.CO.ID, – Istilah “terpaksa/dipaksa/pemaksaan” sungguh sangat tidak mengenakkan. Apalagi hal ini bertentangan dengan ideologi negara kita. Tapi jangan salah dulu!Pemaksaan yang bagaimana? Karena ternyata pemaksaan tidak selamanya  membawa dampak negatif.

Terutama sekali dalam era seperti sekarang ini. Dimana dalam istilah kerennya orang menyebut dengan permasalahan  degradasi mental, minimnya karakter atau dengan istilah sejenis yang lain. Hal itu tidak dapat dipungkiri karena semuanya itu terjadi  akibat dari proses modernisasi yang berlangsung terus dalam segala bidang kehidupan.

Oleh karena itu kita sebagai stakeholder yang menyiapkan generasi penerus bangsa Indonesia ini, mari kita ikut bertanggung jawab dalam mengatasi permasalahan tersebut. Dengan gencar-gencarnya pendidikan karakter, hendaknya guru memang harus  berupaya bagaimana menumbuhkan karakter siswa baik di dalam proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran.

Salah satu cara untuk menumbuhkan karakter siswa dalam proses pembelajaran adalah melalui penerapan metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran. Hendaknya guru mampu memilih metode apa yang dapat menumbuhkan karakter yang diharapkan muncul dalam pembelajaran tersebut.

iklan
Baca juga:  Bank Sampah Dukung Budaya Bersih Lingkungan

Dalam pembelajaran IPS ada karakter yang diharapkan muncul pada siswa dapat dilihat dari aktivitas pembelajarannya. Misalnya saja karakter bekerjasama, suka menolong, berani berpendapat, berani bertanya, suka membaca. Dengan kata lain aktif tidaknya siswa dalam pembelajaran sangat berpengaruh pada pembentukan karakter-karakter tersebut.

Padahal kenyataan yang ada sering kita jumpai apalagi pada sekolah-sekolah pinggiran, tingkat aktivitas siswa dalam pembelajaran masih rendah. Istilah student oriented yang diharapkan masih belum nampak, keaktifan masih didominasi oleh guru.Sehingga karakter-karakter yang ingin dimunculkan seperti di atas belum tercapai.

Permasalahan kita sekarang adalah meningkatkan aktivitas siswa melalui metode pembelajaran. Salah satu contoh misalnya dalam pembelajaran IPS  dimana aktivitas siswa  yang masih rendah karena belum tercapai  karakter berani bertanya atau menjawab. Maka aktivitas untuk memunculkan kedua karakter tersebut dapat dilaksanakan  melalui penggunaan metode NHT (Numbered Heads Together) atau bisa dengan istilah metode pemaksaan . Mengapa demikian ?

Baca juga:  Make A Match Tingkatkan Keaktifan Belajar Siswa

Suhermi (2004:43) menyatakan bahwa “Numbered Head Together adalah pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam  menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan  mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut”.

 Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.Sedangkanlangkah-langkahMetode Numbered Heads Togethersecaraumumsebagaiberikut: siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor ; guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya; kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya ; guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka ; tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain ; kesimpulan.  (Miftahul A’la,2010:100)

Pemilihanmetode NHT  untuk meningkatkan aktivitas siswa  karena dalam sintaksnya ada langkah memanggil setiap nomor untuk menjawab. Untuk melakukan kegiatan menjawabmaupunbertanya dalam pleno (presentasi) siswa mau tidak mau harus ada kesiapan. Dimana untuk mendapatkan kesiapan itu siswa dipaksa benar-benar aktif dalam kegiatan diskusi kelompok sebelum pleno.

Baca juga:  “Guling” Alternatif Belajar di Masa Pandemi

Metode ini benar-benar memaksa siswa dalam kondisi siap. Karena dalam kegiatan ini semua nomor siswa akan dipanggil, untuk mengemukakan hasil diskusi secara acak. Jadi siswa yang semula pasif,  tidak mau tahu, tidak peduli, hanya mengandalkan temannya, diharapkan  ada perasaan takut apabila  tidak bisa menjawab maupun bertanya  ketika nomornya dipanggil. Maka walaupun secara terpaksa mereka harus mempersiapkan diri.

Akhirnya dalam kegiatan itu muncul karakter siswa yang berbeda dari sebelum menggunakan metode NHT. Antara lain semakin banyak siswa yang memunculkan karakter suka membaca literatur, bekerja sama dalam kelompok, mencatat hal-hal penting, bertanya, menjawab dan berpendapat. Maka karakter siswa dapat dikembangkan secara bertahap bisa mulai dari paksaan maupun tanpa paksaan.

Oleh. Watini , S.Pd

SMP 2 Margorejo Pati

iklan