JATENGPOS.CO.ID, – Global warming merupakan ancaman bagi seluruh penduduk dunia. Sebagai akibat dari konsentrasi zat rumah kaca di atmosfer. Hal tersebut disebabkan aktifitas manusia seperti pembakaran bahan bakar minyak dan penebangan liar yang terus – menerus terjadi hampir di seluruh dunia. Selain itu, meningkatnya polusi dan menipisnya daya pendukung sumberdaya alam juga akibat dari aktifitas manusia dalam bidang industri, komersial dan pribadi. Namun setidaknya, kita punya kewajiban untuk berikhtiar menyelamatkan lingkungan sebagai antisipasi untuk memperlambat laju peningkatan suhu bumi. Masalah lingkungan merupakan masalah yang timbul dari manusia sendiri, maka penanggulangannya ditentukan oleh perilaku hidup manusia yang ramah.
Pendidikan untuk Peduli Lingkungan (Pepeling) perlu diupayakan untuk membekali kids zaman now agar mampu bertindak dan beraksi mengatasi global warming. Hal ini diperlukan karena pendidikan kita selama ini berjalan dengan berorientasi semata-mata kepada penguasaan mata pelajaran. Pendidikan difokuskan agar siswa menguasai informasi yang terkandung dalam materi pelajaran dan kemudian dievaluasi dari seberapa jauh ketuntatasan penguasaan itu dicapai oleh siswa. Seakan-akan pendidikan bertujuan untuk menguasai matapelajaran apalagi adanya kebijakan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Bagaimana keterkaitan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari dan bagaimana materi tersebut dapat digunakan untuk memecahkan problema kehidupan?
Pendidikan seakan terlepas dari kehidupan keseharian. Oleh karena itu, siswa tidak mengetahui manfaat apa yang dipelajari dan sampai lulus seringkali tidak tahu bagaimana menggunakan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Sekolah adalah unit terdepan dalam implementasi pendidikan (jalur sekolah), yang tentunya menghadapi peserta didik dan masyarakat yang sangat heterogen. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan karateristik anak dan konteks lingkungan itulah prinsip Pendidikan Kontekstual (contextual teaching and leaming/CTL). Pembelajaran akan efektif mengembangkan kecakapan hidup jika didukung oleh guru yang baik, sarana yang sesuai, lingkungan sekolah yang kondusif, dan sebagainya. Untuk itu, sekolah harus dikelola dengan baik, yang sesuai dengan karateristik warga sekolah, karateristik masyarakat, potensi yang dimiliki sekolah, dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan aplikasi manajemen yang sesuai dengan kondisi tersebut.
Lingkungan sekolah yang mendukung pembelajaran efektif adalah lingkungan asri, edukatif, dan yang tidak dipenuhi dengan permasalaha. Permasalahan tersebut ditimbulkan limbah industri sebagai problem lingkungan hidup karena dapat menganggu keseimbangan ekosistem, merusak lingkungan hidup, dan menimbulkan pencemaran lingkungan.
Untuk mewujudkan sekolah peduli lingkungan, maka diperlukan partisipasi seluruh komponen dan stakeholders pendidikan untuk bersama-sama berikhtiar dan berkampanye peduli lingkungan hidup. Sekolah sebagai salah satu ruang pendidikan dan pembelajaran, tentu untuk melakukan upaya sadar dan penyadaran menjadi manusia seutuhnya, yang berakhlak mulia/beradab dan berbudaya, manusia yang berarti/berguna atau bermakna.
Proses penyadaran tersebut memerlukan prakondisi lingkungan yang kondusif bagi kesehatan baik secara lahiriah maupun batiniah. Misalnya siswa SMP/MTs diminta merancang pengaturan lalu lintas di depan sekolah, agar tidak macet saat siswa datang dan pulang. Siswa SMA/SMK/MA diminta merancang menu di kantin sekolah, yang gizinya baik, harganya murah dan sesuai dengan selera remaja. Siswa SD/MI diminta memelihara kebersihan kelas, sehingga kelas selalu bersih dan semua anak merasa bertanggungjawab atas kebersihan tersebut.
Oleh karena itu, sanitasi di lingkungan sekolah perlu dipantau dan dikendalikan sedemikian rupa sesuai dengan manajemen pengelolaan yang memadai yaitu dengan teknologi pengelolaan air limbah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dan untuk melakukan pemantauan atau pengendalian dampak kegiatan, produk dan jasa aspek-aspek lingkungan dalam penerapan manajemen lingkungan hidup di sekolah, maka paling tidak ada 2 (dua) sistem manajemen lingkungan hidup yang perlu diperhatikan dengan seksama yaitu manajemen strategi pengelolaan lingkungan hidup dan manajemen personalianya.
Dengan demikian upaya membudayakan cinta lingkungan dapat dilakukan di setiap lini kehidupan, di setiap komunitas dan setiap kesempatan. Membudayakan dengan berbagai kreasi dan model sesuai dengan kebiasaan di lingkungan masing-masing.
Siti Khoiriyah, S.Si, M.Si
Guru SMP Muhammadiyah 1 Surakarta