Taman Siswa yang Kian Jauh dari Pendidikan

Nety Tri Nurakidah,S.Kom SMK Bina Taruna Masaran
Nety Tri Nurakidah,S.Kom SMK Bina Taruna Masaran

JATENGPOS.CO.ID, – Taman Siswa  didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta. Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti murid). Prinsip dasar dalam sekolah/pendidikan Taman Siswa dikenal dengan Patrap Triloka. Patrap Triloka memiliki unsur-unsur dalam bahasa jawa yaitu “ ing ngarsa sung tulada” ( yang didepan memberi teladan ), “ Ing madya mangun karsa “ ( yang ditengah membangun ), “ tut wuri handayani” ( dari belakang mendukung ). Artinya ”Di depan menjadi panutan, di tengah menjadi  penyeimbang , dan di belakang melakukan dorongan ”betapa hebat maknanya.

Sampai sampai Tut Wuri Handayani ini dijadikan logo pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan nasional Taman siswa adalah semacam perlawanan terhadap sistem pendidikan penjajah yang hanya mengutamakan orang-orang kaya,dan golongan tertentu. Kehadiran Taman Siswa memberikan kesempatan kepada semua orang agar bisa bersekolah dengan mudah dan murah, karena tidak ada persyaratan – persyaratan khusus yang menyulitkan. Taman Siswa mengedepankan karakter, bagaimana belajar yang menyenangkan, memelihara kearifan lokal, memlihara dan menjaga alam dan menanamkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air terhadap siswa. Betapa luhurnya cita-cita beliau yang ingin membangun pendidikan bangsa ini untuk mencetak generasi hebat berakhlaq mulia

Baca juga:  Generasi Muda Harus Sadar Pentingnya Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Tapi yang terjadi sekarang system pendidikan kita semakin jauh dari tujuan yang ingin dicapai oleh Taman siswa. Masih saja siswa dibebani dengan nilai-nilai pelajaran yang begitu banyak, padahal nantinya ketika mereka bekerja ternyata hanya satu atau dua pelajaran yang akan mereka butuhkan untuk mendukung pekerjaannya. Dari tahun ke tahun kemunduran bangsa ini semakin nyata, korupsi ,kejahatan, kemiskinan, kerusakan moral terjadi semakin parah. Siswa-siswa kita dari SD hingga SMA/SMK saat ini sudah terbiasa dengan pornografi, pergaulan bebas, bullying, narkoba, tawuran, kelompok-kelompok geng anak muda. Betapa memprihatinkan! Apakah kita hanya akan biarkan saja ini terus menerus terjadi?

Ternyata pergantian  kurikulum yang sering dilakukan tidak menjamin peningkatan kualitas pendidikan. Apabila Taman Siswa ini di aplikasikan secara teori dan praktek secara sungguh-sungguh maka akan membawa perubahan pada system pendidikan yang lebih baik. Perbaikan pendidikan ini membutuhakan kerjasama dari semua pihak yaitu, guru, orang tua, lingkungan, sarana dan prasaran, serta yang paling mendasar adalah kebijakan pemerintah.


Baca juga:  Optimalisasi Pembelajaran IPA Berbasis LDS

Ayo mulai sekarang kita sebagai orang tua, guru dan masyarakat ubah pola pikir kita. Nilai yang bagus, rangking bukan segalanya, ingat kehidupan nyata yang akan mereka lalui tidak memerlukan nilai angka-angka. Ketika mereka hidup pada kehidupan nyata ternyata yang mereka butuhkan adalah karakter yang hebat, semangat yang membaja dan pantang menyerah.

Mari sebagai guru kita dedikasikan profesi kita dengan ikhlas untuk generasi bangsa. Guru-guru di tingkat pendidikan dasar  memegang peranan penting dalam pembentukan karakter anak. Janganlah hanya menitikberatkan pada  pelajaran membaca dan berhitung, ajarkan dan didik mereka untuk antri, jujur, tolong menolong, hormat menghormati terhadap sesama. Akan sulit mengubah anak yang sudah disekolah lanjut karena karakternya sudah terbentuk.

Baca juga:  Do’a Guru dan Perubahan Perilaku Siswa
Orang tua sebagai madrasah pertama bagi anaknya juga memegang peranan penting dalam pendidikan. Karena orang tualah yang mendidik anaknya ketika dirumah. Para orang tua luangkanlah waktu untuk anak-anakmu, kasih sayangilah mereka, jadilah panutan bagi anak-anakmu. Para pemangku kebijakan pendidikan niatkanlah dengan ikhlas  anda sebagai pemimpin untuk menjadikan pendidikan bangsa ini untuk menciptkan generasi – generasi hebat berakhlak mulia, tanpa dibarengi dengan kepentingan yang menguntungkan pihak tertentu. Dengan pembentukan karakter yang hebat akan mudah membentuk generasi yang cerdas dan berprestasi,dan Taman Siswa tidak lagi hanya menjadi sejarah belaka.

Nety Tri Nurakidah,S.Kom

SMK Bina Taruna Masaran