JATENGPOS.CO.ID, – Di abad 21 ini, kita berada di masa pengetahuan (knowledge age) dengan percepatan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang luar biasa. Otomasi dan komputasi telah merubah cara hidup. Mesin, komputer dan internet menguasai hampir semua peran pelayanan. Bekerja, bertransaksi dan berkomunikasi dapat dilakukan hanya dengan duduk di depan komputer, tanpa harus keluar rumah menuju lokasi yang menyedikan pelayanan tersebut, demikain pula dengan proses pembelajaran.
Pendidikan menjadi semakin penting. Menjamin peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, menggunakan teknologi, media informasi, serta dapat bekerja sesuai kebutuhan pasar global. Menyesuaikan pola pendidikan di sekolah dengan keadaan di dunia industri merupakan salah satu alternatif pembelaran yang efisien (training ground).
Kemajuan IPTEK sudah sangat kental mewarnai berbagai aktifitas sehari – hari. Komunikasi, transaksi dan pekerjaan berbasis digital, dapat kerjakan dengan komputer dan robot. Peralatan industri semakin modern, dalam mengoperikannya cukup memberikan perintah dari tombol – tombol yang tersedia, tidak perlu berkeringat dan menunggu lama.
Sudahkan di sekolah mengadopsi sistem tersebut, ataukah masih konvensional tidak menyesuaikan perkembangan IPTEK ? Permasalahan yang paling mendasar adanya gap antara kebutuhan pasar kerja dan potensi siswa dengan proses pembelajaran di sekolah. Mengesampingkan keadaan tersebut dengan alasan berpegang pada berbagai aturan yang mengikat. Sedangkan globalisasi pasar kerja dan potensi siswa sudah mengandalkan teknologi sebagai problem solving. Mereka malas menghafal dan mengingat, namun mengandalkan kemudahan layanan internet yang tersedia untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Dari smartphone akses internet didapat dengan mudah dan murah.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan, mendorong siswa untuk memiliki kompetensi 4C (creativity, critical thinking, collaboration, dan communication). Sehingga mereka akan terbiasa berfikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). Apabila pembelajaran hanya dilakukan dengan ruang lingkup yang terbatas dan peralatan yang konvensional maka hasilnya juga tidak akan maksimal. Namun jika ditunjang dengan peralatan moderen dan akses internet maka menjadikan pembelajaran tak terbatas.
Mengunjungi lokasi yang menyediakan informasi lengkap seperti, pasar, tempat sejarah, museum tentu akan memberikan data lengkap bagi siswa dalam pembelajaran tersebut. Namun biaya yang dibutuhkan sangatlah besar, waktu yang diperlukan juga cukup lama sehingga dapat mengganggu kegiatan pembelajaran sesuai jadwal pada hari tersebut.
Koleksi buku di perpustakaan dan jumlah komputer yang tersedia belum tentu mencukupi sesuai jumlah siswa. Smartphone manjadi alternatif paling mudah dan murah untuk peserta didik mendapatkan informasi dari internet. Sekolah tinggal menyediakan wifi sebagai penunjang kebutuhan sambungan data.
Sebagai efisiensi waktu dan biaya, kebutuhan globalisasi pasar kerja dan potensi peserta didik maka menggunakan smartphone dalam pembelajaran sangatlah efektif. Â Dengan demikian sekolah tidak perlu melarang siswa membawa atau menggunakan smartphone di sekolah, melainkan menggali potensi positif perangkat tersebut sebagai media yang potensial dalam proses pembelajaran. Namun perlu pembekalan literasi digital bagi mereka, agar tepat guna dan tidak berlebihan dalam penggunaannya. Mereka juga harus menjaga dan merawatnya dengan baik.
Wahyu Saryadi
SMK Negeri 1 Giritontro