a ncrk H N C R K
ftswl F T S W L
pdjyv P D J Y V
mgbqz M G B Q Z
Aksara diatas adalah aksara Jawa. Berjumlah 20 huruf dari Ha hingga Nga. Menurut cerita turun temurun aksara ini dibuat oleh Ajisaka untuk mengenang kedua abdinya yang setia. Ha Na Ca Ra Kaada dua utusan. Da Ta Sa Wa La keduanya berselisih dan akhirnya berkelahi. Pa Dha Ja Ya Nya mereka sama-sama kuat dan sakti. Ma Ga Ba Tha Nga akhirnya kedua abdi mati. Menurut Ki Sarodjo, makna dari aksara Jawa di atas merupakan ungkapan filosofi yang berlaku universal, sangat dalam maknanya dan membawa kita tunduk dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Sarodjo, 1982).
Ha Na Ca Ra Kaberarti ada utusan, yakni utusan hidup berupa nafas yang menyatukan jiwa dan jasad manusia. Da Ta Sa Wa Laberarti manusia yang diciptakan hingga saatnya kembali kepada Tuhannya tidak sawala (mengelak). Pa Dha Ja Ya Nyaberarti menyatunya Ilahi dengan makhluknya. Ma Ga Ba Tha Ngaberarti menerima segala sesuatu yang diperintahkan dan dilarang oleh Tuhan.
Aksara Jawa merupakan salah satu peninggalan budaya yang tidak ternilai harganya. Tidak hanya di Jawa, aksara Jawa juga digunakan di daerah Sunda dan Bali walaupun ada perbedaannya. Aksara Jawa resmi dinyatakan oleh Unicodelembaga di bawah UNESCO. Pernyataan ini diberikan pada tanggal 2 Oktober 2009 bersamaan dengan pernyataan batik merupakan warisan budaya asli Indonesia oleh UNESCO. Dengan pernyataan tersebut, maka aksara Jawa bisa digunakan di komputer sejajar dengan aksara lainnya dari seluruh penjuru dunia.Maka dari itu, kita yang memiliki aksara Jawa harus bersyukur karena Allah menciptakan ilmu tentang aksara yang bisa membanggakan bangsa dan negara Indonesia. Pernyataan tersebut diberikan setelah Ki Demang Sokowaten pada tanggal 9 September 2007 setelah mendaftarkannya ke Unicode. Kelebihannya setelah diakui oleh UNESCO menjadi simbol bahasa ibu sedunia, diantaranya yaitu dilindungi dari ancaman kepunahan, dilestarikan, dikembangkan, serta diakui oleh bangsa lain di dunia.
Dalam pembelajaran bahasa Jawa kelas X KD 5 tentang Aksara Jawa, disini saya menggunakan kartu yang berisi aksara Jawa untuk menyampaikan materi. Setiap kartu berisi satu aksara. Ini untuk memudahkan siswa lebih mengenal aksara Jawa. Walaupun aksara Jawa ini sudah dipelajari dari SD dan SMP, akan tetapi banyak siswa yang tidak tahu cara penulisannya dan memahami betul aksara Jawa tersebut. Seperti halnya Tadan Tha, Da dan Dha. Anak seringkali keliru untuk menuliskannya walaupun pada tulisan latinnya sudah jelas tertulis perbedaannya.
Pada awalnya siswa dikelompokkan. Masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 siswa. Kemudian siswa diberikan soal. Kemudian siswa dalam kelompoknya menjawab soal tersebut dengan merangkaikan kartu-kartu yang ada. Yang lebih dulu selesai bisa menjawabnya dengan menempelkan kartu tersebut di depan kelas. Kemudian di cek oleh guru. Apabila benar maka kelompok tersebut akan mendapat point. Bila salah maka akan digantikan oleh kelompok lain. Hal ini dilakukan hingga 3 tahap.
Tahap awal yang tidak bisa akan dibantu oleh guru. Diterangkan kembali agar siswa lebih memahami aksara Jawa dengan baik. Setelah itu diadakan tes kembali dengan jumlah anggota kelompok lebih sedikit. Apabila masih ada yang belum bisa maka masuk pada tahap kedua dengan pembelajaran teman sebaya. Siswa yang sudah lolos dari tahap awal akan menjelaskan dan menerangkan kepada temannya yang lain. Setelah itu diadakan tes kembali. Bagi yang tidak lolos maka masuk ke tahap 3. Disini jumlah siswa yang tidak lolos sedikit sekali, sehingga tutor teman sebaya dengan mudah dan cepat memberikan penjelasan kepada temannya. Disini masing-masing anak berpasangan, satu menjadi tutor satunya lagi mendengarkan penjelasannya. Setelah itu diadakan tes kembali dan pada hasil akhir jumlah siswa yang lolos mencapai 95%.
Pembelajaran semacam ini ternyata bisa meningkatkan pemahaman dan semangat siswa untuk mempelajari lebih lanjut aksara Jawa. Dengan tumbuhnya minat mereka pada aksara Jawa, secara tidak langsung ikut melestarikan dan mengembangkan aksara Jawa. Bagaimana dengan anda?
Sri Kustanti, S.Pd
Guru Bahasa Jawa