JATENGPOS.CO.ID, – Permainan tradisional merupakan warisan budaya nenek moyang kita. Selama ini sudah tertidur pulas. Lalu siapa yang salah? Orang tua kita kah? Para guru kah? Atau anak didik kita?Semua tidak bisa disalahkan. Pengaruh era global dan alat-alat digital saat inilah yang tidak bisa dibendung. Padahal permainan tradisional merupakan kekayaan budaya bangsa yang tidak ternilai harganya. Pada permainan tradisional terdapat nilai-nilai luhur yang sangat mendidik atau membentuk karakter seseorang. Nilai-nilai luhur itu diantaranya kejujuran, kedisiplinan, sportivitas, kerukunan, gotong-royong dan sebagainya. Nilai-nilai ini identik dengan penguatan pendidikan karakter (PPK).
Pada Pepres nomor 87 tahun 2017 mengatur tentang 5 aspek nilai-nilai utama PPK yaitu 1) religius, 2) nasionalis, 3) integritas, 4) kemandirian, 5) gotong royong. Banyak permainan tradisional yang mengandung nilai-nilai tersebut. Salah satu contoh permainan tradisional adalah permainan gobag sodor. Sebelum bermain biasanya membuat aturan permainan yang disepakati bersama. Ini jelas mengandung nilai demokratis (aspek nasionalis). Setiap regu harus kerja keras, menjaga kekompakan, kerukunan dan kerja sama yang baik (aspek integritas, kemandirian dan gotong royong). Dalam bermain harus jujur dan mengakui kekalahan, tidak membedakan agama (aspek religius). Dan masih banyak lagi permainan tradisional yang lain misalnya petak umpet, suda manda, sepak tekong dan sebagainya.
Begitu tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tersebut. Sangat disayangkan kalau permainan ini hilang begitu saja. Banyak anak-anak sekarang yang tidak mengenal permainan tersebut. Jaman sekarang banyak orang tua membelikan permainan dengan yang mahal-mahal. Hampir semua anak sekarang memiliki HP. Anak-anak sibuk dengan dunianya sendiri tanpa peduli lingkungan. Sehingga terbentuk sifat yang egois, sombong, keras kepala, berani pada orang tua, tidak punya sopan santun, dan tidak peduli dengan lingkungan.Di era digital ini anak-anak lebih pandai mengakses dunia luar. Memang HP ada segi positifnya. Tetapi sebagai orang tua harus benar-benar kontrol dengan apa yang dilakukan anak-anak. Begitu juga orang tua harus meluangkan waktunya untuk anak. Mungkin bisa membuat aturan untuk keluarga. Misalnya ada aturan jam untuk tidak pegang HP. Permainan tradisional bisa dilakukan di sela-sela jam istirahat, atau jam olahraga. Di rumahpun anak-anak bisa bermain dengan tetangganya, sehingga ada rasa peduli dan kebersamaan.Model PPK tidak mengharuskan siswa terus menerus belajar di kelas. Namun mendorong agar siswa dapat menumbuh kembangkan karakter positifnya melalui berbagai kegiatan kokurikuler, ekstra kurikuler dalam pembinaan guru.
Seberapa penting pendidikan karakter dan kepribadian bagi anak? Pendidikan karakter merupakan kunci yang sangat penting di dalam membentuk kepribadian anak. Selain di rumah, pendidikan karakter di lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial. Pada hakikatnya, pendidikan memiliki tujuan untuk membantu manusia menjadi cerdas dan tumbuh menjadi insan yang baik dalam rangka mempersiapkan Generasi Emas 2045, pemerintah menguatkan karakter generasi muda agar memiliki keunggulan dalam persaingan global abad 21. Selain lima nilai karakter melalui PPK, pemerintah mendorong peningkatan literasi dasar, kompetensi berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaborasi generasi muda.
PPK adalah milik kita semua. Gerakan pendidikan di sekolah merupakan upaya memperkuat karakter pesertadidik dengan mengembalikan marwah pendidikan berasas Ki Hajar Dewantara yakni olah hati, olah rasa, olah karsa, dan olah raga. Dukungan publik dibutuhkan guna menambah proses kualitas pendidikan karakter yang lebih baik. Oleh sebab itu keterlibatan orang tua, sekolah dan masyarakat merupakan sebuah gerakan nasional revolusi mental. Masa depan bangsa adalah tanggung jawab kita semua.
Ngadiyem, S.Pd
Guru SDN Tlogorejo Purwodadi Purworejo