Pada saat proses belajar mengajar tak jarang guru mendapati siswa mondar-mandir mengganggu temannya. Siswa tidak dapat duduk dengan tenang, berbicara pada saat yang tidak tepat di dalam kelas. Tak sedikit guru kelas satu Sekolah Dasar(SD) mempunyai keluhan yang sama. Bahkan ada perilaku siswa yang ekstrim misalnya perilaku yang mudah marah, impulsif, dan berperilaku destruktif dengan merusak barang milik temannya. Guru pun kerap melabeli anak jenis ini sebagai anak nakal, bodoh, dan biang masalah.
Perilaku yang digambarkan di atas adalah sebagian contoh dari perilaku anak hiperaktif. Seperti yang disebutkan pakar psikologi anak Dr. Seto Mulyadi bahwa hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Guru sepatutnya waspada terhadap gangguan perilaku hiperaktif. Jika tidak ditangani dengan tepat maka akan mengganggu lingkungan belajar serta merugikan diri siswa itu sendiri. Agar lebih waspada kita kenali terlebih dahulu karakteristik anak hiperaktif.
Berdasarkan kajian dari berbagai ahli anak hiperaktif dapat ditunjukkan dengan tanda-tanda seperti: terus bergerak secara berlebihan, seolah tidak pernah lelah. Agresif dengan bersikap atau bertutur kata kasar. Impulsif (tak berpikir panjang sebelum bertindak) yang menyebabkan siswa ini sulit diterima temannya karena sering merebut barang miliki temannya. Tidak bisa memusatkan perhatian dalam rentang yang lama sehingga anak mudah lupa, selalu ganti-ganti aktivitas dan susah diajak bicara.
Data tentang perilaku hiperaktif terhadap tiga siswa kelas satu SD Negeri Gadudero Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati melalui pengamatan dan wawancara, karakteristik perilaku hiperaktif dapat dikenali melalui aktifitas fisik dan keadaan psikologis siswa.
Aktifitas fisik siswa hiperaktif antara lain; siswa selalu menggoyang-goyangkan kaki pada saat mengerjakan tugas. Tidak dapat duduk tenang, sering menggeliat di kursi pada waktu guru menyampaikan materi, mondar-mandir dan berkeliaran berkeliling kelas sehingga mengganggu proses kegiatan belajar-mengajar, keluar masuk kelas dengan berbagai alasan. Berperilaku semaunya ketika pelajaran berlangsung.
Keadaan psikologis yang dialami anak hiperaktif yaitu anak hiperaktif memiliki emosi yang mudah marah, mudah tersinggung dan kecil hati jika mendapatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaannya.
Beberapa alternatif penanganan yang dapat diterapkan di kelas antara lain dengan menempatkan siswa di bangku yang dekat guru. Menghindari menempatkaan siswa dekat jendela, pintu terbuka, gambar atau lukisan yang warnanya cerah karena dapat merusak konsentrasinya. Menatap siswa saat berkomunikasi. Penggunaan metode ceramah secukupnya saja. Sesekali menggunakan kontak fisik, seperti memegang pundak untuk memfokuskan perhatiannya.
Pemberian jabatan di kelas juga dapat menjadi pilihan guru agar siswa merasa bertanggung jawab lebih untuk menjaga ketenangan kelas. Apabila siswa bisa tenang pada batas waktu yang ditentukan maka guru dapat memberikan acungan jempol atau pemberian pujian dan hadiah.
Selain alternatif penanganan di kelas, guru seyogyanya berbicara dengan orang tua agar melatih anak melakukan kegiatan secara terjadwal saat waktu tertentu (misalnya: bangun pagi, mandi, makan, tidur, main, baca buku, dan sebagainya.
Anak hiperaktif memang kadang kala membuat guru kesal. Meski begitu, guru harus tetap tenang dan sabar. Dan yang tidak kalah penting guru harus selalu memantau perilaku siswa di kelas, sehingga apabila terdapat perubahan perilaku yang dialami siswa dapat segera teratasi.
Nining Fatmawati, S.Pd.SD
Guru SDN Gadudero, Sukolilo, Pati