Sejarah adalah mata pelajaran dalam kuriklum 2013 yang diajarkan di semua jurusan. Dibagi menjadi dua mata pelajaran yaitu mata pelajaran sejarah Indonesia dan mata pelajaran sejarah peminatan. Untuk mata pelajaran sejarah Indonesia dipelajari oleh semua jurusan, baik jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIA), Ilmu Ilmu Keagamaan(IIK), Ilmu Budaya dan Bahasa (IBB) dan Ilmu Ilmu Sosial (IIS). Sedangkan untuk jurusan IIS selain mendapat mata pelajaran sejarah Indonesia jurusan ini juga belajar sejarah peminatan. Banyaknya jam pelajaran sejarah khususnya di jurusan IIS membuat siswa merasa kurang tertarik. Selain itu rasa minat belajar siswa terhadap pelajaran sejarah cukup rendah. Banyak siswa beranggapan bahwa pelajaran sejarah kurang menarik, bahkan sering dikatakan sangat membosankan. Hal tersebut bukan dikarenakan materi sejarah yang banyak hafalan dan cenderung teoritis melainkan peran guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang cenderung kurang bervariatif (Widja, 1989:24). Kondisi tersebut juga terjadi dalam pembelajaran sejarah di MAN Temanggung, siswa khususnya kelas X (sepuluh) merasa kurang tertarik dengan pembelajaran yang mengulas masa lalu tersebut.
Seorang guru dituntut untuk terampil dan variatif dalam menggunakan model-model pembelajaran. Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai (Trianto, 2007:9). Oleh sebab itu, penggunaan berbagai model atau metode pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini karena penggunaan model pembelajaran yang sama dalam setiap pembelajaran akan menimbulkan rasa bosan pada diri siswa sehingga suasana pembelajaran menjadi kurang menyenangkan. Hal ini dapat menimbulkan turunnya minat belajar siswa yang nantinya dapat berakibat terhadap rendahnya hasil belajar siswa.
Di sini penulis sebagai guru sejarah mencoba menerapkan model pembelajaran yang berbeda dalam setiap materi, salah satunya dalam materi kerajaan Hindu Budha, penulis menggunakan model pembelajaran Dramatic Learning. Pembelajaran Dramatic learning mengambil konsep dari Ferdinand Brunetiere dan Balthazar (1996: 2). Menurutnya drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dengan action perilaku. Kemudian definisi dihubungkan dengan dimensi lakonnya saja. Proses pembelajaran model ini melibatkan siswa sebagai pelakon sehingga memberikan pemahaman, pengertian, dan pengetahuan (materi yang diajarkan) melalui lakon.
Dengan penerapan model pembelajaran Dramatic Learning khususnya pada materi kerajaan Hindu Budha kelas X (sepuluh) di MAN Temanggung, apakah siswa merasa tertarik untuk membaca dan memahami materi tersebut? Di sini penulis melihat rasa antusias siswa dalam membaca teks drama untuk mereka tampilkan dalam pembelajaran. Secara otomatis siswa dapat memahami materi kerajaan Hindu Budha. Terlebih rasa antusias siswa dalam memahami dan mendengarkan cerita yang disampaikan oleh teman kelompok lain melalui drama yang memerankan kerajaan yang berbeda dari materi kelompoknya sendiri.
Dalam pembelajaran ini langkah yang pertama adalah membangi siswa menjadi beberapa kelompok, di sini penulis membagi menjadi lima kelompok. Dalam setiap kelompok akan memerankan drama tentang kerajaan hindu budha yang berbeda. Setelah itu siswa dituntut untuk membuat teks drama yang beracuan dengan buku sejarah. Antusias siswa dalam membuat teks dan memahami cerita dalam kerajaan Hindu Budha sangat tinggi.
Dengan demikian model pembelajaran Dramatic learning pada pembelajaran sejarah di MAN Temanggung khususnya kelas X (sepuluh) mampu menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif, secara otomatis model pembelajaran ini mampu menigkatkan rasa minat belajar sejarah dalam materi kerajaan Hindu Budha di Indonesia.
Ardhian Ramadhany, S.Pd
Guru MAN Temanggung