Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Semboyan itu sejatinya masih sangat relevan untuk dapat diterapkan di Indonesia mengingat luas wilayah, banyaknya penduduk serta keberagaman yang dimilikinya. Namun, mengutip data dari Yayasan Denny JA, selama 14 tahun masa reformasi setidaknya ada 2.398 kasus kekerasan dan diskriminasi yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan data tersebut, sebanyak 65 persen berlatar agama, 20 persen berlatar kekerasan etnik, 15 persen berlatar kekerasan gender, dan sisanya kekerasan seksual sebanyak 5 persen.
Mengingat banyaknya kasus yang ada, sangat penting memberikan pemahaman yang baik tentang persatuan nasional. Mempelajari materi Ancaman terhadap Negara dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan guna meningkatkan pemahaman tersebut. Materi ini dapat ditemukan dalam Mata Pelajaran PPKn Kelas X Semester Genap. Diharapkan, setelah mempelajari dan memahami materi ini, akan hadir generasi penerus yang lebih sadar akan kebhinnekaan Indonesia dan waspada akan ancaman perpecahan bangsa.
Namun, tantangan tersendiri bagi guru untuk dapat membuat siswa mau belajar PPKn secara bersemangat dan menyenangkan agar dapat menyerap materi dengan baik. Di SMA Negeri 1 Pejagoan, pembelajaran PPKn untuk kelas X dengan metode diskusi kelompok tanpa penggunaan media berjalan membosankan dan hanya membuat sebagian siswa saja yang aktif. Akhirnya, tidak ada pemahaman materi, pun tidak mungkin meningkatkan kesadaran persatuan nasional. Salah satu solusi yang dilakukan guna mengatasi proses belajar yang membosankan tersebut adalah dengan mengajak siswa untuk belajar sambil bermain.
William Burton menyatakan “ Teaching is the guidance of learning activities” mengajar pada hakekatnya adalah membimbing kegiatan siswa belajar (Saidihardjo : 2004 : 13 ). Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan (Suprayekti : 2004: 2). Menurut KBBI, Bermain diartikan sebagai melakukan sesuatu untuk bersenang-senang. Jadi, siswa diajak untuk belajar tetapi juga bersenang-senang. Metode bermain sambil belajar yang ditawarkan dalam memahami materi Ancaman terhadap Integrasi Nasional dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika yaitu dengan menggunakan media puzzle. Puzzle merupakan kata dari Bahasa Inggris yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti teka-teki, tebakan atau kesukaran. Di dalam hal ini, puzzle yang digunakan adalah puzzle gambar kasus-kasus kekerasan yang dipicu oleh keberagaman di Indonesia.
Dalam proses diskusi kelompok dengan media puzzle ini, kelas dibagi dalam kelompok diskusi yang terdiri dari 3-4 siswa. Setiap kelompok diskusi akan diberikan satu puzzle gambar kasus yang harus disusun. Kemudian, berdasarkan gambar kasus yang sudah berhasil mereka susun, tiap kelompok berdiskusi untuk membuat laporan yang berisi tentang: judul kasus, inti permasalahan yang menyebabkan terjadinya konflik, pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, serta solusi yang ditawarkan guna mengatasi konflik tersebut.
Setelah proses diskusi kelompok selesai, dua atau tiga kelompok diskusi diminta untuk presentasi sebagai perwakilan. Pada saat salah satu kelompok presentasi, kelompok yang lain diminta menyimak dan wajib memberi umpan balik bagi kelompok yang sedang presentasi. Umpan balik bisa berupa pertanyaan, saran atau tambahan informasi yang relevan dengan kasus yang sedang dipresentasikan.
Metode belajar dengan menggunakan puzzle ini terbukti membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Tidak ada siswa yang sempat tidur atau melamun pada saat pembelajaran karena masing-masing mendapatkan peran dalam proses diskusi. Proses belajar yang aktif dengan keterlibatan semua siswa pun berjalan dengan lancar dan menyenangkan, serta tentu saja lebih mengena tujuan untuk pemahaman siswa akan materi ajar.
Oleh: Endah Tri Rachmani, S.Sos
Guru PPKn SMA Negeri 1 Pejagoan