Pemkot Surakarta Tak Paksakan Sekolah Tatap Muka

Suasana uji coba sekolah tatap muka siswa SMP. FOTO:ILUSTRASI/DOK

JATENGPOS.CO.ID, SOLO – Pemerintah Kota Surakarta tidak memaksakan kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) pada awal 2021 mengingat hingga saat ini jumlah kasus positif COVID-19 di daerah itu terus meningkat.

“Kesiapan pembelajaran tatap muka pada awal 2021 saya nilai belum sepenuhnya (siap),” kata Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo di Solo, Senin.

Ia mengatakan terkait hal itu, Pemkot Surakarta tetap akan meminta izin pada orang tua siswa. “Menurut saya yang penting menyelamatkan generasi penerus bangsa, anak sekolah. Kalau belum layak dan belum berani pembelajaran tatap muka ya jangan dulu,” katanya.

Mengenai uji coba pembelajaran tatap muka yang sudah dilakukan pada siswa kelas IX SMP beberapa pekan terakhir ini, Hadi mengatakan ada satu siswa yang reaktif usai menjalani tes cepat.


Baca juga:  Usai Piknik, 36 Warga Desa Candi Boyolali Dikarantina Karena Positif COVID-19

“Yang bersangkutan tidak diperbolehkan masuk, kalau hanya satu itu ya tetap kami lanjutkan (uji coba pembelajaran tatap muka). Kalau memang masyarakat mengizinkan pembelajaran tatap muka ya harus tanggung jawab, salah satunya proses penjemputan (dilakukan oleh orang tua masing-masing siswa) karena harus seperti ini. Memang cukup berat,” ujarnya.

Sebelumnya, Dinas Pendidikan Kota Surakarta mengatakan akan mengkaji ulang penambahan kelas pada uji coba pembelajaran tatap muka.

Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Surakarta Dwi Ariyanto mengatakan hal tersebut dilakukan karena keterbatasan sumber daya manusia (SDM). “Harapannya mulai Desember tambah kelas, tetapi kelihatannya belum menemukan solusinya,” katanya.

Ia mengatakan pada praktiknya untuk menjalankan proses pembelajaran tatap muka mulai dari siswa masuk hingga pulang sekolah dibutuhkan jumlah SDM dua kali lipat dari yang biasanya.

Baca juga:  Ditagih Biaya RS Rp 46 Juta, Mbah Sadimen Kirim Surat ke Presiden

Menurut dia, jika penambahan kelas pada jam yang sama sulit dilakukan, maka ada kemungkinan siswa kelas VIII akan mengikuti pembelajaran tatap muka di jam berbeda. “Jika pembelajaran tatap muka dilakukan dengan selisih satu jam, diperkirakan akan lebih kondusif,” tuturnya. (fid/ant)