Banyak Keluhan BPNT via Medsos, Kemensos Disebut Tengah Pantau Lapangan

Ilustrasi.
JATENGPOS.CO.ID, SRAGEN – Sejumlah warga mengeluhkan kualitas barang Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kabupaten Sragen. Sebagian keluhan itu diumbar ke media sosial. Lantas tersiar kabar tim dari Kementerian Sosial (Kemensos) terjun langsung ke sejumlah wilayah di Sragen untuk memastikan kondisi di Sragen.
Tersiar kabar tim dari kemensos Sragen melakukan pemantauan produk BPNT yang dibagikan ke warga di sejumlah wilayah di Kabupaten Sragen pada Rabu (18/8) malam. Salah satu warga asal kecamatan Sambungmacan, S membenarkan hal tersebut. Bahkan ada salah satu warga diminta bansos BPNT oleh Kemensos sebagai sampel.
Beras yang dibagikan warga tidak ada label yang jelas. Karena seharusnya beras premium. Bahkan dia menunjukkan bulir beras kondisinya banyak yang patah.
Bahkan di salah satu desa di Kecamatan Sambungmacan tidak ada E warung. ”Pembagian dari Sub Agen, sub agen itu nanti minta uang ke penerima antara Rp 5.000 – Rp 8.000, katanya buat bensin,” terangnya.
Selain itu, sejumlah keluhan sempat dilontarkan warga. Salah satunya tokoh masyarakat  tokoh masyarakat Sri Wahono yang mengunggah keluhan soal BPNT pada Selasa (3/8) lalu melalui media sosial.
Menanggapi hal tersebut, Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Sragen pada Minggu (8/8) lalu memberikan penjelasan :
”Kemarin banyak yang kami pantau. Tiga bulan dirapel berturut-turut, Juli, Agustus, September sudah menerima bantuan itu dan menunya sama. Beras 15 kilogram, telur setengah kilogram, bawang setengah kilogram, kentang 1 kilogram tapi kentang yang tidak berkualitas mutunya. Kalau orang pasar nyebutnya kentang afkiran, yang sudah tidak laku,” ujarnya.
Dia menyampaikan sudah mendapat daftar harga eceran dari Dinsos. Namun tidak yakin karena dinilai harga dinilai lebih tinggi.  ”Jadi pada umumnya keluhan masyarakat seperti kentang terlalu mahal untuk barang yang tidak berkualitas,” ujarnya.
Wahono menilai BPNT harus tepat waktu, tepat sasaran, tepat mutu dan tepat administrasi. Namun kenyataanya dilanggar oleh penyalur. Seperti beras yang diberikan seharusnya kualitas premium hanya diberi kantong polos tanpa label dengan jahitan kantong yang terlihat baru.
Sedangkan beras di pasaran saat ini harusnya Rp 10 ribu/kilogram, namun di Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) per tanggal 19 Juli 2021 senilai Rp 12 ribu. Demikian telur ayam di Pasar Rp 22 ribu per kilogram dalam HET Rp 23 ribu. Sedangkan Kentang Rp 13 ribu per kilogram, sesuai HET, tapi kualitasnya harus lebih baik.
Kepala Bidang Penanganan Fakir Miskin (Kabid PFM) Dinsos Sragen Nunuk Sri Rejeki membenarkan ada tim dari Kemensos yang hadir di Sragen untuk mengecek bansos BPNT. Pengecekan ingin mengetahui komoditas apa saja yang dibagikan.
”Beliau mengarahkan komoditas apa saja, harganya berapa, dan jenis-jenisnya apa saja. Serta cara pendistribusian bagaimana,” terangnya.
Di Sragen, menurutnya, sudah mengarahkan sesuai dengan petunjuk teknis (juknis). Selain itu warga bisa menolak jika barang yang diberikan tidak sesuai ketentuan. ”Kalau berasnya tidak premium seperti arahan kepala dinas, bisa tidak diterima, dikembalikan ke E warungnya,” ujarnya.
Sedangkan jika ada desa yang belum ada E Warung bisa disampaikan ke BNI 46 sebagai Bank Himbara di Kabupaten Sragen. Sementara untuk distributor yang menyetok barang, diserahkan sebagai kewenangan E warung. (ars/rit)
Baca juga:  Membangun Persatuan Tanpa Radikalisme, Separatisme dan Rasisme