JATENGPOS.CO.ID, – Konfusius menyatakan, “apa yang aku dengar aku lupa, apa yang aku lihat aku ingat, apa yang aku lakukan aku pahami”. Pembelajaran yang baik tidak hanya menggunakan metode ceramah karena tipe belajar anak berbeda, ada pembelajar yang bersif atau ditori, visual, dan kinestetik. Pembelajaran aktif sangat cocok untuk pembelajaran peserta didik zaman sekarang. Teknik pembelajaran aktif menghadirkan tantangan-tantangan yang tidak biasa kepada peserta didik. Guru memang dituntut untuk kreatif dan selalu menciptaka inovasi baru agar peserta didik merasa senang dalam pembelajaran.
Pelajaran bahasa tidak lepas dari masalah literasi khususnya membaca. Pelajaran Bahasa Jawa banyak menyuguhkan teks bacaan yang kadang sulit dipahami karena factor dialek. Kata tertentu sering digunakan didaerah A belum tentu digunakan di daerah B. Faktor asal kota penulis dominan mempengaruhi kosa kata yang digunakan. Memahami teks bacaan berbahasa Jawa tidak semudah teksbacaan berbahasa Indonesia.
Teks bacaan dalam pelajaran Bahasa Jawa terutama dalam cerita wayang maupun kethoprak banyak menggunakan kosa kata Jawa Kuno maupun Kawi sehingga peserta didik sulit memahami bacaan. Kata-kata tersebut sudah jarang digunakan pada masa sekarang. Maka diperlukan trik khusus agar peserta didik dapat mengerti arti kosa kata tersebut. Ibarat makanan kita disuguhi makanan yang disajikan dengan sangat indah tetapi rasanya hambar maka tidak bias menikmatinya. Begitu juga denganbacaan, bahasa yang digunakan sangat bagus dan indah, namun maknanya tidak tahu makaakan kesulitan memahami isi teks yang dimaksud, apalagi harus menceritakan kembali isi bacaan.
Peserta didik dalam mempelajari kosa kata hanya didikte artinya oleh guru maka akan cepat lupa. Otak ibarat computer apabila tidak dihidupkan maka otak tidak akan bekerja. Pembelajaran pasif sama dengan otak tidak hidup.Peserta didik hanya disuruh menulis dan menghafalkan akan cepat lupa, karena hanya menerima informasi saja.Pembelajaran aktif akan mengaktifkan otak, karena dalam pembelajaran ini otak akan menguji informasi yang sudah diprosesnya, merangkum, dan menjelaskan kepada orang lain. Pembelaran aktif juga membutuhkan kolaborasi, hal ini berfungsi juga mengajarkan sisi social belajar peserta didik.Peserta didik akan bertukar pikiran, bekerjasama bahkan belajar menghargai pendapat orang lain.
TekaTeki Silang (TTS) adalah salah satu solusi pembelajaran aktif. Peserta didik pada masa sekarang menyukai pembelajaran yang aktif tidak hanya sebagai pendengar saja.Agar kosa kata yang diajarkan melekat dalam ingatan maka peserta didik harus menyatukan apa yang didengarnya, dilihatnya dan dilakukannya. Pembelajaran dengan permainan TTS memudahkan kosakata yang dipelajari tertanam dalam memori. Peserta didik akan bermain mengutakatik tiap huruf sehingga mereka akan tekun mencermati tiap kata.Bermain teka-teki itu hal yang menyenangkan. Peserta didik akan belajar sambil bermain, sehingga tidak membosankan. Belajar dengan rasa senang tanpa paksaan akan memudah kan materi pelajaran terserap oleh peserta didik dan tersimpan lama dalam memori otak.
Cara permainan TTS sebagai berikut: langkah pertama adalah mencarikosa kata yang sulit dalam bacaan, buatlah TTS sederhana, membuat petunjuk panduan mengisi dengan membuat kalimat yang membantu untuk menjawab kata yang dimaksud, bagikan TTS tersebut secara berkelompok, tentukan batas waktunya dan apabila ada yang paling cepat selesai memberikan jawaban dan benarmaka berikan hadiah. Guru memantau dan memberikan bimbingan serta menyuruh seluruh kelompok bekerjasama mengisi TTS.Kosa kata yang tadi nya sulit akan mudah dipahami arti katanya karena mereka tidak harus menghafal.
TTS ini menggunakan Teknik diskusi kelompok maka akan terjadi kolaborasi antar peserta didik. Peserta didik yang pintar akan berbag pengetahuan dengan temannya. Peserta didik yang bertipe auditori akan mendengar dan menyerap apa yang diajarkan temannya. Yang bertipe kinestetikpun akan aktif dan berkonsentrasi dalampem belajaran. Pembelajaran dengan permainan TTS ini akan menarik karena memberikan tantangan kepada Peserta Didik. Hal yang menantang akan membuat penasaran dan ingin menaklukan. Peserta didik jaman sekarang sangat menyukai tantangan.
Widyastuti, S.S., M. Pd.
Guru SMP N 1 Kertek