JATENGPOS.CO.ID, – Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) di SMA akan lebih bemakna bagi siswa apabila dilakukan pembelajaran yang aplikatif dan bukan sekedar teoretis. Naif, ketika materi PPKn yang sangat lekat dengan masalah-masalah warga negara, namun pembelajaran yang dilakukan hanya sebatas teoretis dengan berpedoman pada buku teks semata. Ini menjadi tantangan bagi guru untuk terus berinovasi dan membaca situasi di lingkungan menjadi materi yang menarik untuk dibahas bersama dengan siswa. Pembelajaran yang kontekstual ini akan terealisasi, apabila guru keluar dari rutinitas lama dan berusaha out of the box dari zona nyaman yang telah lama dirasakan.
Demokrasi merupakan salah satu materi PPKn yang seharusnya tidak hanya diajarkan secara teoretis, namun perlu diajarkan secara aplikatif sehingga diharapkan akan tumbuh pada diri siswa sebuah kesadaran tentang arti pentingnya demokrasi dan berdampak pada kebiasaan untuk menghargai sebuah perbedaan. Selama ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Tengah telah menggandeng dunia pendidikan untuk memberikan pembelajaran tentang sebuah demokrasi, mengenalkan sejak dini tentang proses pemilu melalui kegiatan pemilihan ketua osis yang lebih dikenal dengan Pemilos. Bahkan kegiatan tersebut dilombakan antar sekolah untuk mendapatkan sekolah mana yang menyelengarakan Pemilos terbaik. Pada umumnya, kegiatan tersebut hanya sebatas rutinitas kerjasama antara KPU dan bagian kesiswaan di sekolah.Apakah kegiatan tersebut sudah dimanfaatkan oleh guru PPKn menjadi topik yang menarik untuk dibahas bersama siswa?
Ada beberapa cara yang menarik untuk dilakukan guru PPKn dengan adanya kegiatan Pemilos yang pernah meraih juara pertama Pemilos di Kota Semarang. Pertama, jauh-jauh sebelum dilakukan pemilos, siswa perlu diberikan penugasan untuk mengeksplore seluas-luasnya tentang demokrasi, penerapan demokrasi dalam pemilihan umum dan tata cara pemilihan umum di Indonesia. Dari penugasan tersebut diharapkan siswa akan mendapatkan pengetahuan teoretis tentang hakikat demokrasi dan aplikasinya dalam kehidupan di masyarakat. Kedua, ketika mendekati Pemilos, siswa mendapatkan tugas untuk melakukan pengamatan secara langsung berlangsungnya Pemilos di sekolah. Secara kelompok, mereka berbagi tugas untuk melakukan pengamatan dengan media rekam audio maupun video tentang berlangsungnya Pemilos. Berdasarkan hasil pengamatan, mereka mendapatkan tugas untuk menuangkan dalam bentuk laporan kegiatan yang berisi tentang prosedur pelaksanaan pemilos serta membandingkan perbedaan dan kesamaan dengan kegiatan pemilu yang dilaksanakan di Indonesia berdasarkan laporan pada tahap I. Ketiga, ketika pembelajaran di kelas, masing-masing kelompok mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan hasil laporan yang dituangkan dalam media presentasi power point. Kegiatan ini, melatih kelompok untuk mempertanggungjawabkan atas tugas yang diberikan. Keempat, usai melakukan presentasi adalah melakukan refleksi. Bentuk kegiatan refleksi berupa renungan yang dituangkan dalam bentuk tulisan tentang hal-hal apa yang sepatutnya dilakukan sekaligus mengungkapkan hal-hal apa yang perlu dihindari seba oleh warga negara yang demokratis. Harapan dari kegiatan ini agar tumbuh kesadaran tentang arti pentingnya demokrasi dan berperilaku menjadi warga negara yang demokratis.
Secara umum kegiatan Pemilos yang dilakukan di sekolah menjadi topik pelajaran yang menarik dari aspek teoretis, aplikatif dan menumbuhkan kesadaran tentang demokrasi di kalangan siswa. Sehingga ketika terjun di masyarakat mereka akan menjadi insan warga yang menjunjung tinggi demokrasi dengan penuh kejujuran.
Oleh: Musyarofah, S.Pd
Guru PPKn, SMA N 13 Semarang