JATENGPOS.CO.ID, – Belajar merupakan unsur yang sangat penting atau fundamental dalam penyelenggaraan pendidikan. Pada saat ini banyak asumsi dilontarkan oleh peserta didik bahwa full day school diharapkan semua materi pelajaran wajib dikuasai. Hal ini, menyebabkan peserta didik merasa terbebani dan menjadikan beberapa mata pelajaran sebagai sebuah momok yang menakutkan. Apalagi kalau materi berupa perhitungan maupun hafalan. Hal ini menjadikan peserta didik menjadi in fell terhadap guru bersangkutan maupun materi yang diajarkan.
Sosiologi merupakan materi berisi hafalan atau banyak terdiri dari konsep. Mata pelajaran sosiologi dipandang oleh sejumlah peserta didik sebagai mata pelajaran membosankan. Muatan materi sosiologi menyajikan banyak teori dan konsep seperti mengandung konsekuensi kepada peserta didik untuk menuntut semuanya dihafal secara baik. Model pembelajaran yang membosankan semakin membuat mata pelajaran kurang diminati oleh peserta didik. Strategi inovatif sudah dilakukan, namun pada prakteknya operasionalisasi model pembelajaran kurang efektif sehingga guru banyak kembali menggunakan model pembelajaran konvensional seperti ceramah. Hal ini, menjadikan ada beberapa peserta didik membolos atau tidak mengikuti pembelajaran, dan mengakibatkan peserta didik tidak merasa fun ketika belajar.
Didalam mengatasi permasalahan tersebut, maka penulis mencoba memberikan solusi. Bagaimana peserta didik bisa merasa fun ketika belajar? Bagaimana caranya agar materi sosiologi bisa dengan mudah diterima peserta didik. Materi berisi hafalan bisa menarik bagi peserta didik. Untuk itu perlu strategi didalam model pembelajaran dengan melakukan game.
Game adalah sebuah permainan yang membuat pikiran menjadi senang dan membuat segar pikiran. Belajar dengan permainan diharapkan bisa meningkatkan minat anak terhadap materi. Ketika anak mulai minat maka materi pembelajaran akan cepat terserap atau dipahami. Disini penulis simpulkan game adalah sebuah permainan yang tidak bisa terlepas dari aktivitas peserta didik sehari – hari.
Materi Sosiologi biasa terjadwal pada jam terakhir dan sering membuat peserta didik mengantuk dan tidak fun. Adanya permainan atau game pembelajaran menjadi lebih menarik. Misalnya, ketika belajar materi interaksi sosial. Disini peserta didik diajak bermain game dengan cara role playing.
Misalnya didalam materi interaksi sosial menggunakan game role playing, maka disini peserta didik diminta mempraktekkan contoh interaksi sosial baik positif maupun negatif serta kontak sosialnya. Pada waktu peserta didik mempraktekkan skenario yang sudah dipersiapkan disini peserta didik sudah mulai fun dan tidak merasa mengantuk meskipun KBM dilaksanakan pada jam terakhir.
Peserta didik mulai melakukan adegan peran lakon yang mereka dapat. Ada sebagian peserta didik memainkan peran bertengkar atau konflik, dengan peran ini peserta didik menyadari bahwa hal tersebut merupakan interaksi negatif dan tidak pantas dilakukan. Sebagian lagi peserta didik berperan melakukan kerjasama atau barter. Peran gotong royong atau barter disini menunjukkan adanya interaksi sosial bersifat positif.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan materi sosiologi bisa fun atau menarik ketika peserta didik belajar sambil bermain. Melalui permainan atau game peserta didik bisa memahami makna interaksi sosial baik positif maupun negatif yang selalu dekat dengan kehidupan sehari – hari serta ada di dalam kehidupan nyata. Hal ini, menunjukkan bahwa didalam masyarakat konflik maupun kerjasama selalu terjadi. Secara umum penggunaan metode game role playing diharapkan dapat memacu semangat peserta didik, meningkatkan rasa ingin tahu terhadap materi interaksi sosial yang sedang dipelajari. Disinilah peserta didik dituntut untuk dapat bekerjasama dengan kelompok, memiliki kepercayaan diri serta dapat memotivasi sesama anggota kelompok atau peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran. Jadi, belajar sosiologi bisa fun dengan game atau permainan.
Rima Ariani, S.Pd
Guru Sosiologi SMA Negeri 1 Sidoharjo – Wonogiri