JATENGPOS.CO.ID, – Pertengahan bulan Juli tahun ini semua pelajar sudah mulai masuk sekolah, termasuk siswa baru di SMA. Rata-rata dari mereka dag-dig-dug dalam menentukan peminatan ataupun lintas minat. Peminatan adalah suatu keputusan yang dilakukan peserta didik untuk memilih kelompok mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan kemampuan selama mengikuti pembelajaran di SMA. Permendikbud no 64 tahun 2014 tentang peminatan pada pendidikan menengah menyatakan bahwa peminatan dilakukan atas dasar kebutuhan siswa untuk dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Tujuannya adalah untuk : (1). Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan minatnya sesuai mata pelajaran yang diminatinya di perguruan tinggi nantinya, (2). Mengembangkan minat para siswa terhadap suatu disiplin ilmu atau suatu ketrampilan tertentu. Sedangkan lintas minat merupakan program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodir perluasan pilihan minat dan bakat atau kemampuan akademik siswa dengan orientasi penguasaan kelompok mata pelajaran keilmuan di luar pilihan peminatan kelompok mata pelajaran.
Pada jenjang SMA terdapat tiga peminatan yaitu peminatan Matematika dan IPA (MIPA), IPS serta Bahasa dan Budaya. Bagi siswa peminatan MIPA dapat memilih mata pelajaran lintas minat Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Sejarah, Bahasa Jepang dan Bahasa Inggris. Sedangkan siswa peminatan IPS dapat memilih mata pelajaran peminatan diantaranya : Matematika, IPA, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Jepang, dan Bahasa Inggris. Sedangkan para siswa Bahasa dan Budaya dapat memilih mata pelajaran peminatan Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Ekonomi, Sejarah, Geografi dan sosiologi. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa diantara mata pelajaran peminatan, mata pelajaran Fisika-lah yang paling dihindari untuk dipilih. Banyak faktor yang mempengaruhi mengapa fisika dihindari, salah satunya karena fisika dianggap sebagai mata pelajaran yang seram dan sulit. Tak bisa dipungkiri memang, karena Fisika merupakan mata pelajaran yang terdiri dari sekumpulan teori yang dikombinasikan dengan seabrek rumus yang kesemuanya itu mesti dipelajari dan dipahami oleh para siswa yang memilih fisika sebagai mata pelajaran peminatan. Ditambah lagi dengan figur guru fisika yang killer pun jarang memberikan proses pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan yang menambah deretan anggapan bahwa fisika itu sulit dan menyeramkan.
Sebagian siswa yang sudah terlebih dulu memiliki minat dan motivasi belajar fisika tentunya beranggapan bahwa fisika bukanlah sesuatu yang terlampau sulit untuk di taklukkan, namun bagi siswa dari peminatan IPS yang memilih Fisika sebagai mata pelajaran lintas minatnya, maka akan terasa bahwa fisika itu berat dan sulit. Selayaknya rindu yang dirasa berat oleh Dilan, yang mau nggak mau harus dijalaninya sebagai konsekuensi pilihannya. Inilah tantangan bagi guru fisika SMA untuk dapat mempropagandakan bahwa fisika itu menyenangkan dan tidak menyulitkan, sehingga diharapkan banyak siswa peminatan IPS memilih Fisika sebagai mata pelajaran lintas minatnya.
Lalu, apa yang mesti dilakukan oleh guru fisika dalam pembelajarannya? Tentunya hal yang pertama kali dilakukan adalah guru mesti selalu up to date baik dalam kedalaman ilmu fisikanya maupun inovasi-inovasi pembelajaran yang dilakukan. Kedalaman ilmu inilah modal utama yang menyelamatkan guru dari kesalahan teori dan praktek fisika. Sedangkan inovasi-inovasi pembelajaran inilah yang menyelamatkan proses pembelajaran fisika dari gaya yang monoton penuh kejenuhan dan miskin motivasi belajar siswa.
Guru pemegang peran utama dalam proses pembelajarannya. Mau diapakan dan dibawa kemana kelasnya semua itu bergantung pada kreativitas guru. Model-model pembelajaran fisika yang menyenangkan berbasis siswa perlu diterapkan oleh guru. Pembelajaran menggunakan model discovery learning menjadi salah satu solusi bagi guru fisika SMA. Pasalnya didalam model discovery learning setidaknya memuat enam sintak yaitu : (1) stimulation atau pemberian rangsangan diawali dengan kebingungan siswa agar timbul keinginan untuk menyelidiki, (2) problem statemen atau pernyataan sebagai bentuk identifikasi masalah dengan jalan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan stimulation, (3) data collection atau pengumpulan data dimana siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang fungsinya untuk membuktikan kebenaran dari sebuah hipotesis, (4) data processing atau pengolahan data yang merupakan suatu kegiatan mengolah data dan informasi yang diperoleh para siswa untuk kemudian dilakukan penafsiran, (5) verification atau pembuktian, kali ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan pemeriksaan secara cermat dalam membuktikan kebenaran dari sebuah hipotesis, (6) generalization atau menarik kesimpulan yang sering disebut sebagai generalisasi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat menarik kesimpulan dan membuat keputusan.
Jika setiap sintak dalam model pembelajaran discovery learning diikuti tiap tahapnya maka bukan tidak mungkin akan mencipkan output siswa yang aktif dan kreatif yang tentunya sesuai dengan fitrah anak muda yang penuh rasa ingin tahu. Sehingga anggapan fisika itu sulit tinggallah sebuah anggapan yang tak nyata. Namun fisika akan menjadi mata pelajaran yang disukai dan digemari yang pada akhirnya fisika sebagai mata pelajaran peminatan dan lintas minat bukan untuk dihindari namun untuk digemari.