Bermain Drama Tingkatkan Kemapuan Berbasa Jawa Krama

ARIS WIDAYAD, S.Pd Guru SMP N 3 Bandar, Pacitan, Jawa Timur
ARIS WIDAYAD, S.Pd Guru SMP N 3 Bandar, Pacitan, Jawa Timur

JATENGPOS.CO.ID, – Terpuruknya kondisi bahasa, sastra, dan budaya Jawa sebagai budaya lokal utamanya penggunaan basa Jawa Krama di kalangan anak-anak saat ini di sebabkan derasnya pengaruh arus globalisasi. Krisis identitas yang paling nyata terjadinya perubahan tatanan adat, pergeseran bahasa dan sastra  serta  budaya Jawa, hal itu adanya penagruh  faktor  migrasi, biligualisme, dan juga pemerintah yang kurang dalam menyikapi pengaruh budaya global. Banyak generasi muda yang sudah merasa asing dan merasa canggung apabila harus  menggunakan bahasa Jawa. Apa lagi orang Jawa yang sama sekali tidak pernah dibiasakan  berbahasa Jawa oleh orang tuanya dan selalu menggunakan bahasa.

Dibalik keprihatinan tersebut masih  terbersit rasa bangga  karena Pembelajaran Bahasa Jawa ditetapkan sebagai mata pelajaran Mulok Wajib pada tingkat jenjang  Sekolah Dasar, SMP bahkan sekarang pada jenjang  tingkat SMA dan SMK. Namun hal itu merupakan suatu tantangan yang berat bagi semua guru terutama Guru Bahasa Jawa untuk meningkatkan minat serta keterampilan siswa dalam kemampuan Bahasa Jawa Krama.

Baca juga:  Menghebatkan Diri dengan Menghadirkan Hati

Kelemahan pembelajaran keterampilan berbahasa, terletak pada metodologi pengajaran yang cenderung menggunakan pendekatan tradisional. Kurang Variasi dalam teknik penyampaiannnya. Dengan penekanannya hanya pada ceramah untuk mentransfer ilmu pada siswa secara teori saja. Sedangakan sifat keterampilan berbahasa bahasa dapat dikuasai melalui latihan dan praktek yang cukup.

Bermain drama adalah sejenis permainan dalam bentuk seni yang berusaha mengungkapkan perihal kehidupan manusia melalui gerak atau aksion dan percakapan atau dialog, (Tjahyono: 1998: 186). Bermain drama dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar atau siswa membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran sebagai orang lain  dengan menerapkan penggunaan bahasa Jawa Ngoko dan Krama sesuai figur yang diperankan. Model mengajar ini mengasumsikan bahwa proses-proses psikhologis yang tersembunyi berupa sikap-sikap, nilai-nilai perasaan-perasaan dan sistem keyakinan dapat diangkat ketaraf kesadaran melalui kombinasi pemeranan secara spontan dan analisisnya. Model ini mengasumsikan bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ketaraf kesadaran  untuk kemudian  ditingkatkan melalui  proses kelompok. Bermain drama memberi kemungkinan kepada para siswa untuk mengungkapkan perasaan-perasaan nya yang tidak dapat mereka kenali tanpa bercermin pada orang lain.


Baca juga:  Shalat Berjamaah, Bentuk Karakter Siswa

Pelaksanaan metode Bermain drama ada sembilan fase  atau tahapan.

Tahap Pertama Memotivasi kelompok. Guru memberikan arahan bahwa belajar bahasa Jawa Ngoko dan Krama dengan baik dan benar akan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari di masyarakat. Berlatih menerapkan bahasa Krama melalui metode bermain drama , dimana siswa memerankan sebagai orang tua, anak, teman dan lain sebagainya.

Tahap Kedua Memilih Pemeran Pada tahap fase ini siswa membentu kelompok , menentukan tema dialog , memilih dan menetapkan pemeran.

Tahap Ketiga Menyiapkan pengamat. Guru bersama-sama siswa mendiskusikan apa yang perlu diamati dalam pemeranan siswa tersebut.Setiap kelompok siswa diberi lembaran observasi, untuk memberikan pengamatan kepada kelompok siswa yang sedang bermain peran di depan kelas.

Tahap Keempat Menyiapkan Tahap-tahap. Guru membimbing siswa menentukan peran-peran yang akan dimainkan. Merinci urutan peran. Untuk persiapan tampil di depan kelas.

Tahap Kelima Pemeranan Pada tahap ini siswa mempraktekkan penerapan bahasa Jawa Ngoko dan Krama secara langsung sesuai dengan peran yang dimainkan.

Baca juga:  Piknik Tingkatkan Prestasi Belajar Biologi

Tahap Keenam Diskusi dan evaluasi. Pada tahap ini siswa  bersama-sama guru mengkaji ketepatan pemeranan, mendiskusikan fokus utama. Siswa memberikan penilaian dan tanggapan terhadap kelompok yang sedang bermain peran .

Tahap Ketujuh Pemeranan Ulang. Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengulangi pemeranannya. Sehingga siswa bisa memperbaiki pemeranan yang kurang pas atau kurang sesuai dengan yang diharapkan.

Tahap Kedelapan Diskusi dan Evaluasi. Siswa dan guru mengadakan refleksi terhadap hasil pembelajarannya. Seperi tahap keenam. Pada tahap ini guru memberikan tes tertulis kepada siswa. Sehingga dari hasil tes terulis ini akan diketahui perkembangan keterampilan siswa  dalam berbahasa Jawa krama.

Tahap Kesembilan Membagi Pengalaman dan Menarik Generalisasi. Guru dan siswa menghubungkan situasi masalah yang dihadapi dengan pengalaman nyata dan masalah-masalah yang tengah berlangsung. Dari hasil tes tulis pada evaluasi tersebut kemudian guru mengadakan refleksi.

ARIS WIDAYAD, S.Pd

Guru SMP N  3 Bandar, Pacitan, Jawa Timur