BANJARNEGARA. JATENGPOS.CO.ID- Korban pembunuhan dilakukan penipu dengan modus penggandaan uang bertambah menjadi 12 orang. Pelaku pembunuhan sadis itu, Slamet Tohari alias Mbah Slamet (45), mengeksekusi satu per satu korbannya di kebun miliknya di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara, sekitar 2 km dari rumahnya.
Polisi pun membuka posko pengaduan orang hilang buntut kasus pembunuhan berantai Slamet tersebut. Posko yang baru dibuka satu hari sudah menerima 14 laporan.
Kapolres Banjarnegara AKBP Hendri Yulianto mengatakan, sampai saat ini sudah ada 14 laporan masuk ke posko pengaduan orang hilang. Laporan itu di antaranya dari Lampung, Palembang, Wonosobo, dan Magelang.
“Setelah membuka posko pengaduan orang hilang di Polres Banjarnegara, kita sudah mendapatkan informasi yang merasa keluarganya hilang. Total ada 14 laporan yang masuk,” kata Hendri saat ditemui di posko pengaduan di kantor Polres Banjarnegara, Kamis (6/4/2023).
Hendri menjelaskan sebagian pelapor datang langsung ke posko dan sebagian lainnya melalui nomor telepon yang sudah disiapkan oleh petugas posko. Bagi pelapor, petugas menyarankan agar menyiapkan identitas keluarganya yang hilang.
“Dari tim posko memberikan syarat-syarat yang harus dibawa pelapor apa saja. Seperti identitas, foto, dan lainnya. Ini untuk mencocokkan postmortem dan antemortem,” sebutnya.
Usai syarat lengkap, petugas pos baru memproses untuk mencocokkan antara korban Mbah Slamet dengan keluarga pelapor.
“Nanti kalau sudah lengkap syaratnya, kita langsung proses. Bukan langsung dikembalikan. Kita proses dulu kalau sudah benar cocok baru kita kembalikan,” kata dia.
Sampai saat ini, dari total 12 korban tewas aksi keji dan sadis Mbah Slamet, sudah ada tiga yang teridentifikasi. Satu korban asal Sukabumi dan dua lainnya warga Lampung.
“Yang dari Sukabumi sudah kami serahkan ke pihak keluarga. Sedangkan korban dari Lampung, saat ini keluarganya sedang perjalanan ke sini,” imbuhnya.
Hendri mengatakan para korban dibunuh dengan menggunakan minuman yang dicampur racun potasium. Namun demikian, Hendri belum dapat memastikan dari mana saja korban tewas. Hanya satu yang pasti yakni Paryanto alias PO berasal Sukabumi, Jawa Barat.
Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi mengatakan pihaknya masih melacak identitas sebagian korban. Kasus ini terungkap setelah keluarga salah satu korban atas nama Paryanto melapor ke Polres Banjarnegara, belum lama ini. Keluarganya melapor karena Paryanto sempat meninggalkan pesan melalui chatting sebelum dibunuh.
“Ini pintu masuk membongkar kasus Tohari. Senin dia mengakui membunuh 5 orang yang TKP-nya sama di Desa Balun. Ternyata saat itu ditemukan 12 jenazah,” ujar Luthfi
Irjen Luthfi mengatakan identifikasi dilakukan oleh tim DVI Polda Jateng. Data dugaan asal daerah korban juga dihimpun dari keterangan tersangka dan akan dipastikan oleh petugas.
“Ini kan baru pengakuan sepihak dari dukunnya. Ada dari Banjarnegara, Kulon Progo. Kita penyidik proaktif. Kejar apa yang disampaikan tersangka. Kan tidak bisa mayat diserahkan tanpa bukti antemortem yang menguatkan,” jelasnya.
Sementara itu, cerita Slamet, bahwa setelah mengelabui korbannya dengan ritual malam selama satu jam, dia lalu menyuguhkan minuman ‘penghabisan’.
“Berangkat dari rumah jam 4 (sore). Sampai sini (kebun miliknya, red) masih terang. Setelah itu ritual bersama korban,” kata dukun asal Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara, itu saat dibawa polisi ke ladang tempat eksekusi sekaligus kuburan massal korbannya.
Dia mengatakan ritual itu berlangsung satu jam. “Setelah ritual, sekitar setengah 8 malam, saya suruh minum yang dicampur dengan potasium dan obat penenang,” ujar Slamet. Menurutnya, reaksi larutan racun pencabut nyawa itu tak butuh waktu lama.
“Setelah diminum, orangnya tidak sempat bilang seperti itu (teriak meminta tolong, red). Tidak bisa bilang apa-apa, muntah sedikit. Lima menit kemudian tidak terasa apa-apa. Nggak sampai bilang apa-apa,” ucapnya.
“Pada saat meninggal dunia, nadinya sudah betul-betul mati, baru dikubur,” imbuh Slamet.
Kapolres Banjarnegara AKBP Hendri Yulianto menjelaskan korban tidak curiga saat diajak ke lokasi. Karena saat itu belum ada lubang atau liang lahad.
“Pada saat pelaku dan korban ke lokasi belum ada lubang. Jadi lubang ini baru digali pada saat korban sudah tidak berdaya,” terangnya.
Selain mengaku sebagai dukun pengganda uang, ternyata Mbah Slamet pernah ditangkap polisi karena transaksi uang palsu (upal) di Pekalongan, Januari 2019 lalu. Ia tertangkap saat akan melakukan transaksi di sebuah minimarket di Wiradesa, Pekalongan. (dtc/muz)