Bupati Terpilih Sragen Sigit Jangan Terjebak Politik Balas Dendam

JATENGPOS.CO.IDSRAGEN – Pelantikan kepala daerah rencananya akan digelar pada 6 Februari 2025 mendatang. Lantas langkah politik bupati Sragen terpilih saat ini bakal menjadi banyak sorotan. Sebagai Bupati Sigit Pamungkas diharap mampu lepas dari pertarungan politik lokal di Sragen.

Pengamat politik UNS sekaligus mantan Komisioner KPU Sragen Agus Riewanto mengungkapkan waktu pelantikan tinggal menghitung hari. Lantas yang menjadi sorotan tajam kinerja Bupati terpilih, Sigit Pamungkas justru setelah dilantik. Seperti Bupati terpilih akan berhadapan dengan tagihan janji pada publik. ”Apakah dia bisa tidak, mewujudkan janji-janji kampanyenya dalam pilkada itu. Karena mewujudkan itu tidak mudah. Satu tahun pertama menyesuaikan anggaran yang dibuat oleh bupati lama. Karena seluruh anggaran, program kerja, dan lain-lain, itu kan program kerja yang dibuat bupati lama,” ujarnya.

Lantas dengan kesempatan yang ada, dia harus bisa menerjemahkan visi misi dalam RAPBD yang akan dilaksanakan oleh dinas-dinas. ”Penerjemahan visi misi dalam bentuk progam kerja yang dijanjikan dalam pemilihan kepala daerah, itu tidak mudah menurut saya,” ujar dia.

Baca juga:  Zona Integritas BPN Kabupaten Semarang Tingkatkan Pelayanan Menuju WBK dan WBBM

Kemudian problem mengenai birokrasi perlu ditata. Selama inin seluruh birokrasi, mulai dari lurah, sampai dengan sekda produk bupati lama. ”Nah, sementara Sigit Pamungkas yang terpilih ini harus mampu membuat susunan kabinet, yang sama dengan visi misi dia. Memilih PNS itu tidak mudah. Karena PNS itu ya itu-itu saja sebenarnya. Misalnya mau memilih kepala dinas, pejabat eselon 2, jumlahnya terbatas. Apakah orang ini dulu loyal ke bupati lama, beralih nggak loyal kepada bupati baru. Itu Problem sendiri,” bebernya.


Selanjutnya yang tidak kalah penting, Sigit Pamungkas ini dinilai pendatang. Sebagai newcomer dalam kancah politik Sragen. Newcomer di Sragen itu tidak mudah. Karena Sragen ini struktur sosial, birokrasi, dan juga aspek-aspek terkait dengan perubahan sistem, itu sudah bagian dari produk lama.

Lantas Sigit tidak bisa bekerja sendiri. Karena pada saat Pilkada selama ini bergantung pada kelompok oposisi yang berbeda pandangan dengan keluarga Untung Wiyono. Dalam konteks ini dimotori Agus Fatchur Rahman dan teman-teman.

Baca juga:  Wisata dengan Menonjolkan Kearifan Lokal

”Mereka ini kan pemain watak lama. Nah, mampu tidak, Mas Sigit melepaskan diri dari situ, itu justru menurut saya. Supaya dinamika politik ini betul-betul bisa diciptakan berdasarkan visi misi sigit seorang diri. Bukan visi misi pemain-pemain lama ini,” ujarnya.
Jika tidak bisa lepas untuk memimpin Sragen dari Agus Fatchur Rahman, artinya Sigit ini hanya meneruskan pertikaian dua keluarga besar. Antara keluarga Agus Fatcurrahman Cs dan kelompoknya melawan Untung Cs dan kelompoknya.

“Kalau Sigit ini masih berada di bawah bayang-bayang Agus Fatchurrahman Cs, dia tidak ada bedanya, Mas Sigit bagian kelompok dendam politik. Itu berbahaya bagi Sigit. Catatan saya, Mas Sigit ini harus bisa melepaskan dirinya, dari cengkraman kelompok politisi gaek yang lama ini. supaya dia menjadi dirinya sendiri. Otentik” tandasnya.

Dalam kampanye, Sigit menyuarakan ingin menjadi pembaharu yang romantis. Dia akan membawa perubahan-perubahan besar ke anak muda, dengan kedekatan program dengan pemerintahan.“”Dia buktikan itu. Nah ini ditantang publik, bisa tidak dia buktikan itu. Jangan-jangan dia masih pola lama saja, pola agus fatchurrahman juga,” bebernya.
Saat ini publik memandang Sigit sebagai citra Agus fatchur Rahman. Bukan sigit yang otentik. Itu tantangan yang mesti diselesaikan Sigit sendiri, untuk membangun sragen lebih baik. Jika masih berkutat pada pola ini, akan melahirkan dendam politik lama. ”Dan dendam politik lama, itu tidak baik. Karena Sragen seolah-olah hanya ada dua kubu kekuasaan. Kalau tidak Untung ya Agus,” tegasnya.

Baca juga:  JLK Gelar Dialog Publik Menjalin Persaudaraan Kebangsaan

Dia menyarankan agar Sigit lebih mendekat pada politisi muda, yang berpikir progresif. Intelektual-intelektual muda Sragen, akademisi, dan seterusnya perlu dia ajak berteman. ”Jangan ajak pemain lama, kalau pemain lama, polanya tetap sama. tidak ada perubahan apa-apa, Kalau dia masih dalam bayang-bayang Agus Fatchur Rahman, tidak ada banyak harapan,” singgungnya. (ars)